• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi, Kelemahan, peluang, tantangan jangka menengah Penyelenggaraan Haji dan Umrah

BAB I PENDAHULUAN

B. Potensi dan Permasalahan

2. Potensi, Kelemahan, peluang, tantangan jangka menengah Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah telah melakukan analisis lingkungan strategis. Hal tersebut berkaitan dengan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman/tantangan yang harus diidentifikasi dan dimanfaatkan untuk menetapkan strategi dalam menetapkan program dan kegiatan yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.

Kondisi Internal

Kondisi internal meliputi keadaan objektif yang terdapat atau berkembang di lingkungan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Kondisi lingkungan internal antara lain meliputi aspek kekuatan yang mendukung berlangsungnya penyelenggaraan haji dan umrah, yaitu:

1. Kekuatan

Kekuatan merupakan modal dasar yang secara potensial dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai program, yakni:

a. Landasan hukum (konstitusional dan peraturan perundangan lainnya).

Landasan hukum ini berupa konstitusi yang termaktub dalam Sila Pertama Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berbagai peraturan perundang-undangan yang ada seperti

Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Menteri Agama, dan Keputusan Dirjen PHU.

b. Standar Pelayanan Minimal sesuai ISO 9001:2008.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai ISO 9001:2008 ini telah dimiliki dan menjadi acuan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi setiap unit kerja.

c. Pembentukan Satker Kantor Misi Haji di Arab Saudi.

Keberadaan Satuan Kerja Kantor Misi Haji di Arab Saudi sangat membantu dalam kelancaran penyelenggaraan haji dan umrah bagi jemaah Indonesia.

d. Kerja Sama Antar staf.

Tidak dapat diabaikan bahwa kerja sama antarstaf di lingkungan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah adalah merupakan suatu kekuatan yang sangat menentukan kelancaran penyelenggaraan haji dan umrah. Kerja sama antarstaf di setiap unit kerja akan menjadi kekuatan yang besar.

e. Siskohat.

Keberadaan sarana ini sangat membantu kelancaran penyelenggaraan haji dan umrah. Ketersediaan perangkat lunak dan keras sangat membantu dalam aksesibilitas penyebarluasan dan untuk memperoleh data dan informasi dari dan ke tingkat lapangan.

2. Kelemahan/Kendala

Kelemahan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah perlu dikurangi dan jika memungkinkan dihilangkan sehingga tidak menjadi hambatan dalam pencapaian tujuan. Kelemahan dimaksud antara lain adalah:

a. Koordinasi eksternal dan internal departemen.

Lemahnya koordinasi eksternal dengan berbagai kementerian dan lemahnya koordinasi internal di lingkungan kementerian dan bahkan di lingkungan direktorat jenderal ini memang cukup dirasakan. Oleh karena itu pada setiap kesempatan, pimpinan selalu mengingatkan dan menghimbau untuk melakukan upaya-upaya mengurangi permasalahan ini.

b. Pemanfaatan sistem informasi haji.

Masih rendahnya pemanfaatan sistem informasi haji, baik di lingkungan internal maupun jemaah menjadi salah satu kelemahan yang perlu mendapat perbaikan.

Untuk mengurangi kelemahan ini perlu melakukan sosialisasi ke masyarakat dan mengingatkan seluruh jajaran Ditjen PHU secara terus-menerus.

c. Kualitas dan kuantitas SDM

Masih rendahnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di lingkungan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah merupakan kelemahan yang secara bertahap harus ditangani.

d. Tugas dan fungsi organisasi di Tanah Air dan Arab Saudi.

Masih adanya ketidakjelasan dan tumpang tindihnya tugas dan fungsi unit kerja serta organisasi penyelenggaraan haji, baik di tanah air maupun Arab Saudi mengakibatkan keadaan ini kurang sinergis.

e. Struktur organisasi penyelenggaraan haji hanya sampai di tingkat kabupaten/ kota.

Kegiatan persiapan dan operasional penyelenggaraan haji pada kenyataannya lebih banyak berada di tingkat perdesaan/kelurahan dan kecamatan. Namun struktur organisasi penyelenggaraan haji hanya sampai di tingkat kabupaten/kota, sehingga hal ini kurang mendukung sinergisitas.

Kondisi Eksternal

Kondisi lingkungan eksternal, baik dalam aspek sosial politik, ekonomi, budaya, sosial keagamaan, maupun aspek lainnya secara manajerial dapat menjadi peluang sekaligus tantangan/ancaman yang perlu dicermati secara serius dalam upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan haji dan umrah sesuai visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan.

1. Peluang

a. Komitmen nasional.

Sebagai suatu negara yang mengakui dan menetapkan adanya berbagai aliran agama yang dipeluk oleh warganegaranya, maka sebagai konsekuensinya pemerintah dan negara sepakat untuk melakukan berbagai dukungan terhadap pelaksanaan ibadah yang dilakukan para pemeluknya. Oleh karenanya pemerintah dan negara secara nasional mempunyai komitmen untuk itu.

b. Ibadah haji sebagai rukun Islam.

Salah satu rukun Islam yang menjadi bagian dari syarat dan harus dilakukan oleh para pemeluknya adalah melaksanakan ibadah haji. Selama ibadah haji menjadi rukun Islam, maka penyelenggaraan ibadah haji oleh pemerintah dan negara tetap akan berlangsung. c. Teknologi informasi yang dapat membantu penyelenggaraan haji.

Majunya pengetahuan dan aplikasi dari teknologi informasi pada kenyataannya sangat membantu kelancaran penyelenggaraan haji. Oleh karena itu kemajuan di bidang teknologi informasi mempunyai peran yang sangat besar dalam penyelenggaraan haji.

d. Peran media cetak dan elektronik.

Secara tidak langsung peran media cetak dan elektronik sangatlah besar. Dengan adanya kegiatan penyebarluasan informasi tentang penyelenggaraan haji yang dilakukan oleh media massa sampai ke pelosok Tanah Air, maka semakin terbuka lebar pengetahuan dan kesempatan masyarakat untuk berhaji.

e. Jumlah umat Islam yang besar di Indonesia.

Jumlah umat Islam di Indonesia adalah yang terbesar, bahkan setiap tahunnya merupakan jemaah paling besar yang datang ke Arab Saudi. Besarnya jumlah umat Islam di Indonesia tersebut merupakan peluang yang juga besar dalam penyelenggaraan haji.

f. Kesejahteraan umat Islam terus meningkat.

Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan ibadah haji adalah tersedianya dana yang harus disiapkan oleh para jemaah. Pembangunan nasional yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun membawa berkah dalam peningkatan kesejahteraan bagi warganegaranya. Oleh karena itu kesejahteraan yang meningkat akan meningkatkan finansial umat Islam sehingga mampu dalam menyiapkan dana yang diperlukan.

g. Kesadaran umat beragama terus meningkat.

Kesadaran masyarakat Indonesia dalam mengamalkan ajaran agama yang dianutnya kian hari terus meningkat juga merupakan peluang besar dalam penyelenggaraan haji oleh pemerintah.

h. Partisipasi masyarakat.

Keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan haji antara lain merupakan modal atau peluang yang perlu disyukuri pemerintah. Partisipasi masyarakat terwujud dalam berbagai bentuk yang merupakan pelengkap sehingga menjadi sinergis.

i. Dana penyelenggaraan haji.

Bagaimanapun baiknya kebijakan penyelenggaraan haji jika pemerintah kurang mendukung pendanaannya, maka pelaksanaannya sudah dapat diperkirakan kurang sukses. Oleh karena itu dukungan dana pemerintah melalui Kementerian Keuangan sangat menentukan kelancaran penyelenggaraannya.

2. Tantangan atau Ancaman a. Reformasi birokrasi

Semangat reformasi selain berdampak positif bagi perkembangan kehidupan di dalam organisasi, juga tidak dapat dihindari munculnya persoalan krusial yang membutuhkan solusi. Persoalan krusial antara lain adalah suasana kehidupan yang meresahkan sejumlah pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal. Hal ini dapat menyebabkan perubahan karena adanya proses penataan berbagai standar operasional prosedur sesuai tuntutan reformasi birokrasi.

b. Otonomi daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintah Daerah mempunyai pengaruh terhadap penyelenggaraan haji dan umrah. Hal ini dimungkinkan karena Kantor Wilayah Kementerian Agama di tingkat provinsi dan Kantor Kementerian Agama tingkat kabupaten/kota adalah merupakan satuan kerja yang berada di daerah dan menjadi bagian dari pemerintah daerah. Walaupun dalam penyelenggaraan haji dan umrah Kanwil dan Kantor Kementerian masih dalam cakupan organisasi hierarkis Kementerian Agama namun dalam banyak hal kondisi tersebut mempengaruhi kebijakan dan efektivitas program yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.

c. Kebijakan Pemerintah Arab Saudi yang dinamis (berubah-ubah).

Ketergantungan penyelenggaraan haji dan umrah Indonesia terhadap Pemerintah Arab Saudi merupakan sesuatu yang masih sulit diprediksi. Ini merupakan tantangan tersendiri sehingga membutuhkan suatu keuletan bagi para pejabat yang diberi tugas untuk melakukan perundingan dengan Pemerintah Arab Saudi.

d. Oknum dalam penyelengaraan haji diluar DJPHU.

Pada kenyataannya masih ada saja individu dan institusi yang memanfaatkan kesempatan mengambil keuntungan pribadi dalam penyelenggaraan haji. Karena ulah mereka, citra pemerintah menjadi kurang baik di mata masyarakat.

e. Tingkat pendidikan masyarakat.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa tingkat pendidikan masyarakat Indonesia masih rendah dan lebih banyak bermukim di perdesaan. Oleh karenanya pemahaman jemaah dan aksesibilitas informasi dalam penyelenggaraan haji akan menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat. Tingkat pendidikan jemaah haji 34,4% hanya berpendidikan sampai tingkat sekolah dasar.

f. Usia rata-rata jemaah haji 40-50 tahun.

Kegiatan berhaji banyak menguras tenaga dan pikiran. Sedangkan pada kenyataannya rata-rata jemaah haji 40-50 tahun sebanyak 30,1%. Semakin tinggi usia jemaah haji akan mempengaruhi aktifitas ibadah bagi para jemaah.

g. Sosial budaya masyarakat Arab Saudi.

Masyarakat Arab Saudi memang mempunyai sosial budaya yang tidak sama dengan bangsa Indonesia sehingga segala sesuatu yang ada di Arab Saudi tidaklah tersedia sebagaimana yang diperlukan oleh jemaah Indonesia. Selain itu, perilaku masyarakatnya juga berbeda sehingga keadaan ini cukup menjadi hambatan tersendiri bagi jemaah Indonesia.

h. Fluktuasi nilai tukar rupiah.

Keadaan ekonomi yang tidak stabil mengakibatkan fluktuasi tukar rupiah selalu kurang menguntungkan bagi jemaah Indonesia.

Dengan komitmen dan tekad bersama untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji dan pembinaan umrah akan dapat diwujudkan penyelenggaraan haji yang profesional, taat asas, berkeadilan, transparan, dan akuntabel. Kondisi ini akan dapat melahirkan jemaah haji mabrur yang memiliki manfaat besar bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat sekaligus menjadi modal dasar membangun bangsa Indonesia yang sukses di masa yang akan datang

Untuk jangka waktu lima tahun ke depan, implementasi peningkatan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada jemaah haji dan umrah yang merupakan visi dan misi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah dijabarkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Penyelenggaraan haji dan Umrah Tahun 2015-2019. Dalam

Renstra ini akan diuraikan berbagai sasaran dan kebijakan strategis, serta substansi kegiatan pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) dalam kurun waktu lima tahun.

ANALISIS SWOT DALAM RENCANA STRATEGIS

DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

KEKUATAN

1. Landasan hukum (konstitusional dan peraturan perundangan lainnya).

2. Standar Pelayanan Minimal sesuai ISO 9001:2008.

3. Pembentukan Satker kantor misi haji Indonesia di Arab Saudi. 4. Kerja sama antarstaf. 5. Siskohat.

KELEMAHAN/KENDALA

1. Koordinasi eksternal dan internal kementerian.

2. Pemanfaatan sistem informasi haji.

3. Kualitas dan kuantitas SDM. 4. Tugas dan fungsi organisasi di

Tanah Air dan di Arab Saudi. 5. Struktur organisasi

penyelenggaraan haji hanya sampai di tingkat kabupaten/kota.

PELUANG

1. Komitmen nasional.

2. Ibadah haji sebagai rukun Islam. 3. Teknologi informasi yang dapat

membantu penyelenggaraan haji. 4. Peran media cetak dan elektronik. 5. Jumlah umat Islam yang besar di

Indonesia.

6. Kesejahteraan umat Islam terus meningkat.

7. Animo masyarakat terus meningkat. 8. Partisipasi masyarakat.

9. Dana APBN penyelenggaraan haji. 10. Penanganan umrah dan haji khusus

secara lebih intensif

UPAYA MEMAKAI KEKUATAN UNTUK MEMANFAATKAN PELUANG

1. Dengan legalitas yang dimiliki, diselenggarakan ibadah haji dan umrah.

2. Dengan SPM sesuai ISO

9001:2008, dan teknologi informasi maka peran media massa lebih meningkat.

3. Dengan adanya kerja sama antarstaf, adanya Satker misi haji, dapat digunakan untuk

meningkatkan kualitas dalam penyelenggaraan haji. 4. Pemanfaatan Siskohat untuk

meningkatkan partisipasi dan kesadaran berhaji masyarakat.

UPAYA MENANGGULANGI KENDALA/KELEMAHAN DENGAN MEMANFAATKAN PELUANG

1. Koordinasi yang lemah dan organisasi yang hanya sampai di tingkat kab/kota dapat

ditanggulangi dengan teknologi informasi (TI), media massa, dan komitmen nasional.

2. Dengan disebarluaskannya penyelenggaraan haji melalui media massa, pemanfaatan dana, serta TI dapat meningkatkan kualitas SDM, tugas dan fungsi.

3. Dengan pemanfaatan SIH yang rendah dapat ditingkatkan melalui pemanfaatan dana

penyelenggaraan haji dan partisipasi masyarakat.

TANTANGAN/ANCAMAN

1. Otonomi daerah.

2. Kebijakan pemerintah Arab Saudi yang berubah-ubah.

3. Oknum dalam penyelenggaraan haji.

4. Tingkat pendidikan masyarakat. 5. Kuota haji

6. Usia rata-rata pendaftar di atas 50 tahun.

7. Penguasaan bahasa jemaah haji 8. Amanat pembentukan BPKH

UPAYA MEMAKAI KEKUATAN UNTUK MENGATASI TANTANGAN/ANCAMAN

1. Menggunakan legalitas sesuai hukum untuk reformasi birokrasi dalam penyelenggaraan haji yang prima, memberantas oknum, meningkatkan pendidikan masyarakat dan mengendalikan fluktuasi tukar rupiah.

2. Menggunakan acuan SPM ISO 9001 untuk pelayanan prima. 3. Kerja sama antarstaf dapat

mengurangi peran oknum dan pengaturan daerah dalam penyelenggaraan haji dan melakukan negosiasi dengan Pemerintah Arab Saudi.

UPAYA MEMPERKECIL KELEMAHAN DAN MENGATASI TANTANGAN/ANCAMAN

1. Memberi batasan peran Pemda dalam memberikan pelayanan. 2. Melakukan koordinasi secara

intensif dengan Pemerintah Arab Saudi.

3. Memaksimalkan peran sistem informasi untuk mengurangi adanya oknum, mengarahkan pendaftar haji di atas 50 tahun, dan peningkatan pendidikan masyarakat.

4. Memanfaatkan SDM yang ada untuk memberikan pelayanan prima dan mengikuti reformasi birokrasi secara maksimal.

Dokumen terkait