• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Prestasi Akademik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan tinjauan teoritis mengenai apa yang dimaksud dengan prestasi akademik, beserta faktor-faktor yang mempengaruhi dan karakteristik siswa yang berprestasi. Selanjutnya akan dijelaskan pula mengenai anak perempuan yatim yang ditinjau dari ranah akademik. Pada bagian akhir, peneliti akan menjelaskan kerangka konseptual penelitian ini.

A. Prestasi Akademik 1. Pengertian Prestasi Akademik

Kamus Psikologi (Reber & Reber, 2010) menjelaskan bahwa prestasi adalah keberhasilan dalam meraih tujuan. Prestasi belajar adalah suatu bukti bahwa siswa berhasil belajar atau berhasil karena kemampuannya dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang telah dicapainya (Winkel, 2004).

Suryabrata (1993) pun menjelaskan bahwa prestasi akademik merupakan hasil evaluasi kegiatan belajar yang dilihat dari bentuk angka (kuantitatif), seperti nilai ujian, nilai pelajaran, atau mata kuliah.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik dan prestasi belajar adalah hal yang serupa karena merupakan hasil dan bukti dari keberhasilan siswa dalam melakukan kegiatan belajar, yang ditinjau dalam bentuk angka.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

Menurut Slameto (2010), Sobur (2003), dan Syah (2008) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi belajar seorang siswa untuk meraih prestasi akademiknya. Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi tiga macam, yaitu; (a) faktor internal (faktor dari dalam diri), (b) faktor eksternal (kondisi lingkungan di sekitar siswa), (c) faktor pendekatan belajar (jenis usaha belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk mempelajari materi pelajarannya) (Syah, 2008).

a. Faktor internal, merupakan kondisi dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran siswa (Syah, 2008; Slameto, 2010; Sobur, 2003). Pada umumnya, faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

1) Inteligensi atau Kemampuan. Inteligensi atau kemampuan adalah kecakapan. Kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif. Seorang siswa yang memiliki inteligensi cenderung mampu untuk mengetahui atau menggunakan konsep-konsep abstrak dengan efektif (Slameto, 2010). Selain itu, seorang siswa yang memiliki inteligensi atau kemampuan yang tinggi akan lebih mudah menangkap dan memahami pelajarannya. Ia akan lebih mudah berpikir kreatif dan cepat dalam mengambil keputusan (Sobur, 2003).

2) Sikap. Sikap adalah gejala internal berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon terhadap orang, baik secara positif maupun negatif. Jika seorang siswa memiliki sikap (attitude) yang positif pada guru atau suka pada

mata pelajaran tertentu, maka ia akan lebih mudah mempelajari pelajarannya tersebut, sehingga prestasi yang dicapai siswa akan lebih memuaskan (Syah, 2008).

3) Bakat. Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilannya di masa depan (Syah, 2008). Bakat juga akan mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar di bidang studi tertentu (Syah, 2008). Karena bakat akan mempengaruhi belajar seorang siswa. Jika materi pelajaran siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan jauh lebih baik karena ia lebih senang belajar dan menjadi lebih giat belajar. Sehingga, sangat penting bagi seorang siswa untuk mengetahui bakatnya (Slameto, 2010).

4) Minat. Minat adalah kecenderungan dan keinginan yang tinggi pada sesuatu. Minat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu. Sebagai contoh, seorang siswa memiliki minat pada pelajaran biologi, ia akan memusatkan perhatiannya pada pelajaran tersebut dibandingkan siswa-siswa lain (Syah, 2008). Bahkan, ia akan memperhatikan materi tersebut dengan perasaan senang (Slameto, 2010). Selanjutnya, karena pusat perhatiannya tersebut tertuju pada mata pelajaran yang diminatinya, memungkinkan siswa tersebut menjadi giat belajar, pelajaran mudah dipelajari, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan (Syah, 2008; Slameto, 2010).

5) Motivasi. Motivasi memiliki peranan dalam proses belajar, karena motivasi merupakan keadaan internal yang mendorong individu untuk melakukan

sesuatu dan belajar merupakan proses yang muncul dari dalam diri individu (Sobur, 2003).

Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic adalah keadaan yang berasal dari dalam diri siswa yang mendorongnya untuk melakukan perilaku belajar. Motivasi intrinsik tercermin pada perasaan menyenangi materi dan kebutuhan pada materi tersebut, misalnya materi tersebut membantu siswa untuk mempelajari hal-hal di masa depannya kelak (Syah, 2008).

Sedangkan, motivasi ekstrinsik itu sendiri adalah keadaan yang datang dari luar diri siswa yang mendorongnya untuk melakukan perilaku belajar. Motivasi ekstrinsik tercermin pada pujian, hadiah, tata tertib sekolah, orang tua, guru, dan lain-lain (Syah, 2008).

b. Faktor Eksternal, juga mempengaruhi prestasi akademik seorang siswa. Faktor eksternal merupakan kondisi lingkungan di sekitar siswa yang mempengaruhi belajar siswa untuk memperoleh keberhasilan.

Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Faktor lingkungan sosial terdiri dari keluarga, guru, teman, dan masyarakat yang dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Sedangkan faktor lingkungan nonsosial merupakan faktor-faktor fisik seperti keadaan dan letak rumah dan waktu belajar yang mempengaruhi proses

belajar siswa (Syah, 2008). Berikut ini penjelasan faktor lingkungan sosial dan nonsosial secara lengkap:

1) Keluarga. Keluarga merupakan pihak di luar diri siswa yang paling mempengaruhi aspek akademik siswa dari usia belia. Kondisi dan suasana keluarga mempengaruhi pandangan anak dalam mencapai pembelajarannya. Salah satunya adalah kondisi ekonomi keluarga. Keluarga yang memiliki kondisi ekonomi kurang baik, berkemungkinan membuat suasana rumah menjadi suram sehingga semangat belajar menjadi turun. Namun, adanya kemungkinan keadaan ekonomi yang rendah justru membuat anak menjadi terdorong untuk berhasil.

Selain itu, hubungan emosional antara orang tua dan anak dapat mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar. Jika keadaan rumah selalu penuh dengan pertengkaran, maka anak akan kesulitan belajar. Jika orangtua cenderung tidak peduli pada anaknya, maka akan menimbulkan reaksi frustasi. Begitu pula jika orangtua terlalu keras pada anaknya, maka hubungan dengan anaknya akan semakin menjauh, sehingga proses belajar menjadi terhambat. 2) Di sisi lain, faktor eksternal juga dipengaruhi oleh adanya Guru. Faktor

lingkungan sekolah seperti guru mempengaruhi semangat siswa dalam belajar. Jika guru memperlihatkan sikap simpatik dan menunjukkan sikap teladan, seperti rajin membaca dan berdiskusi, maka hal tersebut akan mendorong siswanya untuk belajar (Sobur, 2003; Syah, 2008). Faktor hubungan murid dengan gurunya pun juga berpengaruh pada semangat belajar siswa. Jika

siswa senang/kagum dengan gurunya, maka siswa akan lebih mudah mendengarkan dan menangkap pelajaran (Sobur, 2003).

3) Kemudian, Teman dan Masyarakat juga mempengaruhi faktor lingkungan sosial siswa. Faktor teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat juga dapat mempengaruhi kegiatan belajar. Aktivitas di luar sekolah bisa membantu perkembangan anak. Namun, jika anak tidak bisa membagi waktu aktivitas masyarakatnya dengan belajarnya, maka kegiatan belajar pun menjadi terganggu (Sobur, 2003).

4) Selanjutnya, faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah Letak Rumah tempat tinggal keluarga siswa. Rumah yang sempit dan berantakan, perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki fasilitas umum cenderung mengganggu proses belajar siswa untuk meraih prestasinya (Syah, 2008).

5) Faktor lingkungan nonsosial lainnya adalah Waktu Belajar yang siswa lakukan. Seorang siswa cenderung memilih waktu yang ia senangi untuk belajar. Ia bisa belajar di sore hari, pagi, atau saat malam hari.

c. Faktor Pendekatan Belajar, juga merupakan salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dalam mencapai prestasi akademik. Pendekatan belajar (approach to learning) dipahami sebagai strategi, cara, atau metode yang digunakan siswa untuk menentukan tingkat efisiensi dan keberhasilan belajarnya (Syah, 2008).

Menurut hasil penelitian Biggs (dalam Syah, 2008), pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam 3 bentuk dasar, yaitu pendekatan surface, pendekatan deep, dan pendekatan achieving. Biggs menyimpulkan bahwa ketiga bentuk dasar tersebut digunakan untuk melihat motif siswa dalam belajar, tidak hanya sikapnya terhadap pengetahuan. Berikut ini penjelasan mengenai ketiga bentuk dasar pendekatan belajar secara lebih dalam:

1) Pendekatan Surface (permukaan), yakni pendekatan belajar pada siswa yang memiliki motif terdorong untuk belajar karena dorongan ekstrinsik untuk menghindari kegagalan/takut tidak lulus. Oleh karena itu, karakteristik siswa tersebut adalah memiliki kecenderungan tidak bekerja keras, gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam. Strategi belajarnya adalah ia memusatkan pada rincian materi dan hanya mereproduksi materinya secara persis.

2) Pendekatan Deep (mendalam), yakni pendekatan belajar pada siswa yang memiliki motif intrinsik. Ia mempelajari materinya karena ia tertarik dan merasa membutuhkannya. Sehingga, ia berusaha memuaskan keingintahuannya terhadap isi materi. Oleh karena itu, gaya belajarnya cenderung serius dan ia memahami materi secara mendalam, serta memikirkan cara untuk mengaplikasikannnya. Strategi belajar pada siswa ini adalah memaksimalkan pemahaman dengan berpikir, banyak membaca, dan berdiskusi. Bagi siswa ini, lulus dengan baik adalah hal yang penting, namun hal yang lebih penting lagi adalah memiliki pengetahuan yang banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya.

3) Pendekatan Achieving (pencapaian prestasi tinggi), yakni pendekatan belajar pada siswa yang dilandasi oleh motif ekstrinsik, yang memiliki ciri khusus yaitu sering disebut sebagai ego-enchancement, yaitu ambisi pribadi yang besar untuk meningkatkan prestasinya agar dapat diakui dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Siswa ini memiliki karakteristik ingin bersaing untuk meraih prestasi tertinggi. Berkompetisi untuk meraih nilai tertinggi merupakan hal yang penting baginya, sehingga ia sangat disiplin, rapi, sistematis, dan memiliki rencana untuk maju ke depan. Strategi belajarnya adalah memiliki keterampilan belajar, yakni memiliki usaha belajar dan mampu mengoptimalkan pengaturan waktu dengan efisien.

Tabel 2.1 Pendekatan Belajar Bentuk Pendekatan

Belajar Motif Strategi

Pendekatan Surface Motif ekstrinsik, dengan ciri untuk menghindari kegagalan

Memusatkan pada rincian-rincian materi dan semata-mata mereproduksi secara persis.

Pendekatan Deep Motif intrinsik, memiliki ciri berusaha memuaskan keingintahuan dan mengembangkan kemampuan Memaksimalkan pemahaman dengan berpikir, banyak membaca dan berdiskusi. Pendekatan

Achieving

Ego-enchancement, bersaing untuk mencapai nilai tertinggi

Mengoptimalkan

pengaturan waktu, memiliki jadwal, usaha belajar

Dikutip : Syah (2008)

Selain faktor-faktor internal dan eksternal yang sudah dijelaskan di atas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh pada taraf keberhasilan proses belajar siswa. Misalnya, seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar

deep, memiliki kemungkinan besar berpeluang untuk meraih prestasi akademik yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface, karena siswa yang menggunakan pendekatan belajar deep cenderung lebih serius dan memaksimalkan pemahamannya terhadap materi yang dipelajari, dibandingkan siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface (Syah, 2008).

Khusus pada pendekatan belajar deep dan achieving, kedua pendekatan belajar ini paling efektif dilakukan ketika siswa secara sadar menyadari proses pembelajarannya dan ia berusaha merencanakan pembelajarannya untuk mengontrol belajarnya. Ketika siswa penasaran, ia akan berusaha untuk mencari tahu dan memahami semampunya. Ketika siswa ingin meraih hasil yang baik, ia akan mengorganisasikan seluruh kegiatan belajarnya, dengan membuat jadwal, mengerjakan tugas dengan tepat waktu, dll (Biggs, 1987). Sehingga, Biggs (1987) menjelaskan bahwa gabungan pendekatan belajar deep dan achieving mendorong performansi yang baik saat ujian, konsep diri akademik yang baik, dan perasaan puas.

Secara keseluruhan, Syah (2008) menyebutkan bahwa faktor internal, eksternal, dan pendekatan belajar cenderung saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Hal tersebut tercermin ketika seorang siswa yang cenderung menghafal materi atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal), biasanya cenderung memilih pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, jika seorang siswa yang memiliki inteligensi yang tinggi (faktor internal) dan memperoleh dukungan positif dari orangtuanya (faktor eksternal), maka ia akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar.

Sehingga, ketika seorang siswa terdorong untuk belajar karena dipengaruhi faktor-faktor di atas, maka memunculkan tipe-tipe siswa yang memiliki prestasi tinggi (high-achievers), siswa yang memiliki prestasi rendah (under-achievers) atau gagal sama sekali.

Tabel 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Siswa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Siswa

Internal Eksternal Pendekatan

1. Inteligensi 2. Sikap 3. Minat 4. Bakat 5. Motivasi 1. Lingkungan Sosial: Keluarga Guru Masyarakat Teman 2. Lingkungan Nonsosial: Rumah Waktu Achieving-Deep (Bigg, 1987) Deep Surface

Diadaptasi dari Syah (2008)

3. Karakteristik Siswa yang Berprestasi

Siswa yang berprestasi cenderung memiliki motivasi berprestasi. Menurut Winkel (2004), hal tersebut terjadi karena motivasi berprestasi merupakan daya penggerak pada siswa untuk mengusahakan peningkatan dalam belajar, sehingga siswa cenderung mengejar taraf prestasi maksimal. Fokus siswa yang memiliki karakteristik berprestasi adalah memperoleh taraf prestasi yang baik, meskipun kemungkinan untuk gagal tetap ada. Tetapi, tentunya siswa cenderung mengejar hasil yang baik, karena di dalam diri siswa terdapat dorongan motivasi berprestasi, atau menghindari kegagalan.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa yang berprestasi adalah siswa yang cenderung berusaha untuk memperoleh taraf prestasi yang baik dan mengejar hasil yang baik.

Untuk melihat karakteristik siswa yang berusaha mengejar hasil yang baik, dapat tercermin dari berbagai cara, seperti melalui nilai-nilai individual yang tertulis di buku rapor, ulangan harian, (Azwar, 1996), nilai ujian/self report, GPA (Grade Point Average) (Trudeau & Shepard, 2009), atau hasil tes terstandar (tes prestasi) (Woolfolk, 2009). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan nilai rapor untuk melihat prestasi akademik siswi fatherless yang berprestasi.

Dokumen terkait