• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Internsip Dokter

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Internsip Dokter

Dalam rangka pengaplikasian ilmu kedokteran yang telah didapatkan oleh lulusan mahasiswa kedokteran selama pendidikan dokter dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) maka diperlukan suatu program yang dapat mewadahi tujuan tersebut. Hal tersebut diwujudkan dalam program internsip yang telah dilaksanakan di berbagai negara di dunia. Program internsip adalah satu fase pelatihan praktik kedokteran dimana lulusan dokter dapat memahirkan kompetensi yang telah dicapai dengan terjun langsung ke masyakat untuk menerapkan ilmu kedokteran mereka dengan supervisi. Setelah menyelesaikan program internsip selama kurang lebih antara 1-3 tahun, dokter internsip akan memperoleh SIP dan STR yang dapat digunakan untuk menjalankan praktik kedokteran secara penuh.

2.1.1 Definisi Program Internsip Dokter

Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) merupakan tahap pelatihan keprofesian praregistrasi berbasis kompetensi pelayanan primer guna memahirkan kompetensi yang telah dicapai setelah memperoleh kualifikasi sebagai dokter melalui pendidikan kedokteran dasar. Di Indonesia PIDI dilaksanakan oleh Komite Internsip Dokter Indonesia (KIDI) yang berada di tingkat pusat dan provinsi. Waktu pelaksanaan PIDI adalah satu tahun yang terbagi di wahana rumah sakit dan puskemas. Pembiayaan difasilitasi oleh pemerintah atau swasta (Kemenkes RI, 2013). Sedangkan di Australia program internsip dokter adalah suatu fase pelatihan klinis bagi lulusan dokter yang disupervisi dan dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun di sebuah rumah sakit terakreditasi. Dokter internsip akan diberikan registrasi sementara oleh Dewan Medis Australia dan akan mendapatkan registrasi penuh di tahun penyelesaian program internsip mereka. Umumnya, doktern internsip diwajibkan untuk memenuhi 47 minggu

pelatihan klinis yang tidak termasuk waktu yang dibutuhkan untuk cuti sakit atau tahunan (AMSA, 2012). Di Malaysia periode pelatihan yang disupervisi dikenal sebagai program internsip, di mana dokter internsip menjalani pelatihan terstruktur yang memungkinkan mereka mengkonsolidasikan dan memperluas pengetahuan dan keterampilan teknis, klinis, dan teoritis,. Di negara-negara tertentu, sarjana pendidikan kedokteran diakhiri dengan program internsip. Namun, di Malaysia, sesuai dengan UU Kedokteran 1971, program internsip hanya dikenakan pada lulusan dokter (Malaysian Medical Council, 2008).

2.1.2 Pelaksanaan Program Internsip Dokter

Pelaksanaan PIDI mengacu pada prinsip-prinsip praktik kedokteran yang baik di Indonesia (good medical practice) dalam bentuk kegiatan kegiatan:

1. Mempraktikkan standar pelayanan kedokteran Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang baik, dengan menyadari keterbatasan kemampuannya dengan mengutamakan keselamatan pasien, keluarga atau masyarakat.

2. Mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran dan Kesehatan (IPTEKDOKKES) serta selalu meningkatkan keterampilannya dalam UKP dan UKM.

3. Membangun dan meningkatkan komunikasi serta memelihara hubungan baik dengan pasien, kolega, ataupun petugas kesehatan yang lain.

4. Bekerjasama secara efektif dengan sejawat dokter dan tenaga kesehatan profesi dan tenaga kesehatan non profesi serta tenaga pendukung atau penunjang kesehatan.

5. Mengembangkan kompetensi sebagai pendidik bagi sejawat, pasien dan keluarga maupun masyarakat.

6. Mengembangkan sikap jujur, berperilaku dan bertindak sesuai sumpah dokter Indonesia, kaidah ilmiah, etika dan humanistik.

7. Memelihara kesehatan pribadinya sehingga tidak membahayakan pasien, sejawat dan orang lain (Kemenkes RI, 2013).

2.1.3 Tujuan Internsip

Memberikan kesempatan kepada dokter lulusan program studi pendidikan dokter berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk menerapkan serta mempraktikkan kompetensi yang telah diperoleh selama pedidikan dalam rangka penyelarasan antara hasil pendidikan dan praktik di lapangan antara lain dengan membina kolegalitas antara sesama dokter dan membangun kerjasama dengan petugas pelayanan kesehatan yang lain serta mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang diperoleh selama proses pendidikan dan mengaplikasikannya dalam pelayanan kesehatan primer. Selain itu, juga untuk mengembangkan keterampilan teknis, klinis, kepribadian dan sikap profesional yang menjadi dasar praktik kedokteran primer dengan tanggung jawab penuh atas pelayanan kepada pasien, keluarga, dan masyarakat sesuai dengan kewenangan yang diberikan. Dokter internsip dapat membuat keputusan profesional dalam pelayanan pasien, keluarga, dan masyarakat secara memadai dengan memanfaatkan layanan diganostik dan konsultasi dan tetap bekerja dalam batas kewenangan hukum dan etika. Berperan serta aktif dalam tim pelayanan kesehatan holistik, terpadu dan paripurna, menggali harapan dan mengenali jenjang karir lanjutan, dan memperoleh pengalaman dan mengembangkan strategi dalam menghadapi tuntutan profesi (Kemenkes RI, 2013).

Tujuan utama dari program internsip adalah untuk mengintegrasikan pengetahuan medis yang diterima oleh lulusan mahasiswa kedokteran selama studi perguruan tinggi mereka dengan pekerjaan klinis di rumah sakit atau klinik dengan cara mengkonsolidasikan apa yang telah mereka pelajari dan membantu mereka dalam mengembangkan dan meningkatkan keterampilan klinis yang mereka perlukan untuk praktik kedokteran, dan melayani pasien dengan cara yang aman dan memuaskan. (Department of Continuous Medical Education of Ministry of Health Dubai, 2011).

Internsip menawarkan kesempatan untuk mengkonsolidasikan dan membangun pengetahuan teoritis yang telah diperoleh sebagai sarjana kedokteran dan belajar untuk menerapkannya saat merawat pasien, selain itu juga membantu

mengembangkan keterampilan klinis, pribadi, dan professional teknis yang membentuk dasar dari praktik medis. Pengalaman dan pemahaman klinis pun semakin bertambah dengan meningkatnya tanggung jawab dalam merawat pasien yang sejalan dengan berkembangnya penilaian profesional dalam perawatan yang tepat dari pasien dan penggunaan layanan diagnostik serta konsultan. Hal yang tak kalah pentingnya adalah dokter internsip dapat bekerja dalam kerangka etika dan hukum kedokteran, berkontribusi pada tim kesehatan multi disipliner, mengeksplorasi tujuan karir pribadi serta menemukan dan mengembangkan strategi untuk berurusan dengan profesional dan pribadi yang berhubungan dengan menjadi seorang praktisi medis. (Postgraduate Medical Council of

Victoria, 2009).

2.1.4 Sasaran Akhir Program Internsip Dokter

Sasaran akhir program internsip disusun berdasarkan prinsip praktik kedokteran dan berlandaskan pada Standar Kompetensi Dokter (KSDKI 2006). Sasaran akhir program internsip adalah menerapkan serta memahirkan kompetensi yang telah diperoleh selama pendidikan dalam rangka penyelarasan antara hasil pendidikan dan praktik di lapangan. Area kompetensi dan komponen kompetensi meliputi:

1. Area Komunikasi Efektif

a. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarga. b. Berkomunikasi dengan sejawat.

c. Berkomunikasi dengan masyarakat. d. Berkomunikasi dengan profesi lain. 2. Area Keterampilan Klinis

a. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang pasien dan keluarganya.

b. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium dasar. c. Melakukan prosedur kedaruratan klinis.

a. menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehtan tingkat primer.

b. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan prosedur yang sesuai.

c. Menentukan efektifitas suatu tindakan. 4. Area Pengelolaan Masalah Kesehatan

a. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu yang utuh, bagian dari keluaga dan masyarakat.

b. Melakukan pencegahan penyakit dan keadaan sakit.

c. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

d. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan.

e. Mengelola sumber daya manusia serta sarana dan prasarana secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga.

5. Area Pengelolaan informasi

a. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, serta penjagaan, dan pemantauan status kesehatan pasien, kealuarga, dan masyarakat.

b. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi. c. Memanfaatkan informasi kesehatan.

6. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri a. Menerapkan mawas diri.

b. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat. c. Mengembangkan pengetahuan baru.

7. Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien, Keluarga dan Masyarakat

b. Berperilaku profesional dan mampu bekerjasama.

c. Bersikap sebagai anggota tim pelayanan kesehatan yang profesional d. Melakukan praktik kedokteran yang baik dalam masyarakat

multikultural di Indonesia.

e. Memenuhi aspek medikolegal dalam praktik kedokteran.

f. Menerapkan keselamatan pasien, keluarga dan masyarakat dalam praktik kedokteran (Kemenkes RI, 2013).

2.1.5 Waktu Pelaksanaan Program Internsip Dokter

Waktu pelaksanaan PIDI adalah satu tahun dengan rincian delapan bulan di rumah sakit dan empat bulan di puskesmas. Penerimaan peserta dilaksanakan empat kali dalam setahun, mengikuti periode pelaksanaan Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI). Masa internsip yang dilaksankan dalam satu tahun dapat ditambah apabila evaluasi kinerja akhir belum tercapai. Program internsip wajib dilaksanakan oleh dokter yang akan melakukan praktik dokter mandiri. Penundaan pelaksanaan internsip dimungkinkan dalam waktu paling lama dua tahun setelah lulus namun apabila penundaan lebih dari dua tahun harus memperoleh persetujuan KIDI Pusat (Kemenkes RI, 2013).

Sedangkan pelaksanaan program internsip di India adalah 12 bulan dan

selama periode ini dokter internsip menjalani rotasi di berbagai bagian medis dan bedah spesialisasi, termasuk tiga bulan di sebuah pusat kesehatan primer di pedesaan (Jayawickramarajah, 2001). Menurut AMSA (2012) program internsip dokter di Australia dijalankan selama 47 minggu dimana sebagian besar rumah sakit beroperasi dengan lima rotasi blok sepanjang tahun untuk internsip dengan durasi antara 10 dan 12 minggu di setiap blok. Dokter internsip di Australia diminta untuk melengkapi lima hal sepanjang tahun, yang terdiri atas setidaknya satu kedokteran bedah, medis dan darurat medis. Setiap rumah sakit menawarkan pilihan yang berbeda untuk program internsip mereka. Berbeda dengan di Malaysia, program internsip dijalankan selama dua tahun dengan menggabungkan peran layanan dan pelatihan. Hal ini dirumuskan sedemikian rupa untuk memastikan praktisi medis khususnya dokter internsip mendapatkan pengetahuan

yang tepat, keterampilan dan pengalaman serta sikap yang benar bukan hanya pekerjaan dan penyediaan layanan (Malaysian Medical Council, 2008). Di Oman program pelatihan internsip dibagi menjadi tiga periode yang sama dari empat bulan di masing-masing disiplin ilmu meliputi kedokteran umum, bedah umum, pesidiatri dan obsgyn di lembaga-lembaga atau program disetujui untuk tujuan tersebut (Sultan Qaboos University, 2012).

2.1.6 Wahana Program Internsip Dokter

Pada dasarnya program internsip dilaksanakan di wahana pelayanan kedokteran atau kesehatan primer baik milik ataupun swasta yang telah memenuhi syarat sebagai wahana program internsip sesuai pedoman wahana internsip. Adapun yang dapat menjadi wahana internsip adalah Rumah Sakit tipe C dan D atau yang setara, namu pada keadaan tertentu Rumah Sakit tipe B dapat dijadikan wahana apabila memenuhi prinsip kriteria wahana internsip. Selanjutnya, Puskesmas atau yang setara, dengan atau tanpa rawat inap dan yang terakhir adalah klinik layanan primer lainnya baik milik pemerintah atau swasta (Kemenkes RI, 2013).

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengolola wahana adalah menunjukkan komitmen dalam melaksanakan program internsip. Wahana yang digunakan harus memenuhi syarat agar peserta program dapat mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan. Syarat tersebut adalah memiliki layanan kedokteran dan kesehatan kepada masyarakat yang dilakukan setiap hari kerja, layanan kedokteran kedaruratan medik, layanan kesehatan masyarakat, layanan dengan jumlah pasien paling sedikit 20 orang atau kasus dalam sehari, dengan jenis yang bervariasi, serta ada pada sebaran umur dan sebaran jenis kelamin yang cukup merata, kemudian sarana laboratorium klinik sederhana dan farmasi harus memadai serta dokter yang bersedia menjadi pendamping (Kemenkes RI, 2013).

Sedangkan di Dubai program internsip dokter dijalankan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang telah ditunjuk, dengan rincian rotasi klinik meliputi ilmu penyakit dalam, bedah, pediatri, obsgyn, laboratoris, radiologi dan elektif yang ditentukan sendiri oleh peserta program internsip. Namun untuk rotasi klinik

obsgyn untuk peserta program internsip pria diganti dengan kedaruratan medis atau kedokteran keluarga (Department of Continuous Medical Education of Ministry of Health Dubai, 2011). Menurut Bhutan Medical and Health Council, program internsip hanya dilaksanakan di rumah sakit, lembaga atau pusat kesehatan lainnya yang diberikan izin oleh konsil sebagai lembaga pengajaran dengan rincian rotasi klinik mencakup kedokteran umum, pediatri, kulit, psikiatri, bedah umum, mata, tht, ortopedi, anestesi, obsgyn, kegawatdaruratan, forensik, radiologi, transfusi atau laboratoris dan kedokteran komunitas. Di Australia, rumah sakit yang digunakan sebagai wahana harus memiliki syarat antara lain adalah rumah sakit yang memberikan keamanan, kebersihan dan kemudahan akses bagi dokter internsip untuk akomodasi semalam, selain itu juga menyediakan tempat rekreasional di tempat yang sesuai dan didukung dengan akses ke sistem informasi online untuk dokter intern, menyediakan tempat yang aman untuk penyimpanan barang-barang pribadi untuk doktern internsip selama jam kerja dan menyediakan dokter internsip akses ke fasilitas dan sumber daya pendidikan, termasuk fasilitas keterampilan mengajar klinis, sesuai dengan kebutuhan pendidikan mereka dan kebutuhan klinis rumah sakit (Postgraduate

Medical Council of Victoria, 2009).

Setelah ditunjuk sebagai wahana, KIDI Provinsi akan melakukan sosialisasi PIDI di wahana tersebut kepada direktur atau kepala rumah sakit, komite medik, kepala dinas kesehatan kabupaten atau kota, kepala puskesmas, tenaga kesehatan dan petugas lainnya di rumah sakit atau puskesmas sebelum kegiatan.

Selanjutnya wahana melaksanakan hal-hal sebagai berikut, yang pertama adalah menyatakan kesediaan menjadi wahana internsip, selanjutnya melakukan sosialisasi kepada semua stakeholder di wahana, menyiapkan SDM, sarana prasarana, mekanisme pelaksanaan internsip, dan daya pendukung lainnya. Selain itu menyiapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di wahana tersebut dan menerbitkan Surat Laporan Pelaksanaan Internsip (SLPI) bagi peserta internsip yang telah memenuhi kriteria kinerja akhir yang ditandatangani oleh direktur rumah sakit sebagai koordinator wahana (Kemenkes RI, 2013).

2.1.7 Pendamping Program Internsip Dokter

Setiap peserta internsip didampingi oleh seorang dokter pendamping yang bertugas untuk melakukan supervisi layanan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) khususnya Pelayanan Kesehatan perorangan primer (PKPP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) khusunya Pelayanan Keseatan Masyarakat Primer (PKMP) guna meningkatkan pengalaman dan pemahiran peserta dengan tugas antara lain, mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan peserta, membantu pengembangan profesionalisme peserta, memberi umpan balik positif dan konstruktif kepada peserta untuk memastikan pencapaian dan tujuan internsip, dan memberikan masukan kepada KIDI provinsi.

Seorang pendamping dapat mendampingi maksimum lima peserta internsip pada waktu bersamaan. Pendamping akan memperoleh sertifikat pelatihan pendamping dari pusat pendidikan dan pelatihan aparatur kementrian kesehatan sebesar 40 jam pelajaran yang setara satu sks. Selama pendampingan, peserta internsip bertanggung jawab penuh atas rindakan keprofesian yang dilakukannya (Kemenkes RI, 2013).

Sedangkan Menurut Department of Continuous Medical Education of Ministry of Health Dubai (2011), dokter pendamping memiliki tugas antara lain, mengadakan pertemuan pendahuluan dengan semua magang di awal program internsip di mana dijelaskan mengenai peraturan serta pertanyaan tentang pelatihan ditujukan, mengalokasikan dokter internsip dengan tempat spesifik, memastikan bahwa dokter internsip disediakan dengan dukungan pendidikan yang diperlukan selama seluruh periode pelatihan mereka di departemen, membantu doktern internsip untuk mendapatkan akses ke sumber belajar di rumah sakit seperti catatan medis atau ruang perpustakaan, berkolaborasi dengan direktur rumah sakit dan komite medis secara berkala untuk memastikan kemajuan yang memuaskan dari dokter intern, mengembangkan program pembelajaran yang sesuai dengan pemenuhan tujuan pembelajaran untuk program internsip, memandu dokter internsip dalam realisasi tujuan pembelajaran mereka dimana dokter pendamping harus memberikan perhatian pada setiap dokter intern,

memastikan bahwa dokter internsip memenuhi persyaratan pelatihan dalam hal kehadiran dan akuisisi kompetensi dimana supervisor harus memantau kemajuan internsip secara berkala dan harus mengalokasikan waktu tersebut untuk membicarakan hal ini dengan dokter intern, mengidentifikasi daerah-daerah di mana dokter internsip belum memperoleh kompetensi yang diperlukan dan menyarankan langkah-langkah perbaikan. Informasi tersebut harus dikomunikasikan kepada intern, kepala departemen dan komite medis sesegera mungkin, memastikan cukup waktu untuk langkah-langkah perbaikan yang harus dimulai, memastikan bahwa keselamatan pasien adalah yang terpenting selama prosedur seperti peresepan obat dan intervensi bedah ketika dilakukan oleh dokter internsip yang harus selalu di bawah pengawasan, memastikan bahwa tindakan pencegahan umum diamati di rumah sakit yang dipelajari dan diikuti dengan magang untuk memastikan keselamatan diri, pasien dan staf hadir dan membantu mereka dalam melakukannya, memvalidasi buku catatan dokter internsip secara berkala dan memastikan dokumentasi kompetensi yang lengkap, memastikan bahwa dokter internsip memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengakses layanan rumah sakit seperti rekam medis, perpustakaan rumah sakit dan departemen teknologi informasi dalam menyelesaikan persyaratan belajar mereka, melakukan investigasi sebagai otoritas baris kedua dengan komite medis jika kepala departemen gagal mencapai keputusan untuk atau terhadap dokter internsip jika ada keluhan kesalahan profesional, dan memfasilitasi proses yang diperlukan.

2.1.8 Kriteria pencapaian sasaran Program Internsip Dokter

Selama mengikuti Program Internsip Dokter Indonesia, peserta harus mencapai sasaran dan program, yang meliputi pengelolaan kasus Upaya Kesehatan perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Pengelolaan kasus UKP ditargetkan harus memenuhi jumlah dan jenis yang cukup meliputi kasus medik, bedah, kegawatdaruratan, jiwa dan medikolegal. Selama satu tahun, setiap peserta internsip secara keseluruhan telah menangani sekurang-kurangnya 400 kasus yang terbagi menurut jenis kelamin, usia, kelompok dan telah menjalani proses internsip selama paling kurang satu tahun. Pengelolaan

kasus UKM dilaksanakan di Puskesmas (Kesehatan Masyarakat) ditargetkan harus memenuhi jumlah dan jenis yang cukup meliputi Pelayanan kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) antara lain Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KB), Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat, Upaya Surveillance, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular, Upaya Pengobatan Dasar, Mini project dengan pendekatan lingkaran pemecahan masalah dengan masing-masing kegiatan sekurang-kurangnya satu kasus. Selanjutnya adalah Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer (PKPP) dan penelitian sederhana mengenai status kesehatan masyarakat. Semua data tersebut dilaporkan kepada dan ditanda-tangani oleh Dokter Pendamping secara berkala dan berkesinambungan. Tugas peserta selama mengikuti program internsip adalah setiap peserta membuat dan menyajikan sekurang-kurangnya dua laporan kasus dalam pertemuan klinik dengan aspek evaluasi laporan kasus meliputi kognitif, sikap, dan perilaku peserta. Selanjutnya pelaporan kasus menggunakan format portofolio dan melaksanakan kelima prinsip program kedokteran pencegahan dalam mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarkat secara komprehensif, holistik, berkesinambungang, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer setidaknya satu kasus per minggu (Kemenkes RI, 2013).

2.1.9 Monitoring dan Evaluasi

Selama pelaksanaan PIDI dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala oleh tim yang dibentuk KIDI Pusat dan Provinsi. Monitoring dan evaluasi ditujukan antara lain untuk peserta yang dilakukan oleh pendamping dan tim monev meliputi kinerja profesional peserta sesuai pedoman yang telah ditetapkan sedangkan untuk pendamping monitoring dan evaluasi dilakukan oleh tim monev meliputi kinerja pendamping. Untuk wahana dilakukan oleh tim monev meliputi pelaksanaan kegiatan internsip dan masalah atau hambatan-hambatan yang ditemukan (Kemenkes RI, 2013)

Pada akhir pelaksanaan PIDI, pendamping dan pimpinan wahana melakukan evaluasi sesuai dengan standar kinerja peserta internsip. Penilaian kinerja didapat dari observasi terhadap sikap, perilaku, kompetensi medik, komunikasi, kepribadian dan profesionalisme. Selain itu penilaian juga diperoleh dari buku log, portofolio, laporan kasus dan mini project. Pndamping secara informal dapat memperoleh masukan dari pemangku kepentingan terkait, antara lain sejawat lain, tenaga kesehatan lain, masyarakat dan pasien. Evaluasi kinerja peserta dilakukan dengan target yang telah ditentukan sesuai kriteria pencapaian sasaran Program Internsip Dokter Indonesia. berikut adalah tabel evaluasi penilaian kinerja dokter internsip yang harus diisi oleh dokter pendamping.

Bagi peserta program internsip Indonesia yang tidak memenuhi kriteria kinerja akhir, harus memperpanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Peserta internsip yang telah menyelesaikan seluruh program internsip akan dibuatkan surat rekomendasi untuk penerbitan Surat Laporan Pelaksanaan Internsip (SLPI) oleh KIDI Provinsi. SLPI digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan Surat Tanda Selesai Internsip (STSI) yang dikeluarkan oleh Komite Internsip Dokter Indonesia (KIDI) Pusat yang selanjutnya diteruskan ke Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR) definitif (Kemenkes RI, 2013).

.

2.1.10 SanksiProgram Internsip Dokter

Apabila terjadi pelanggaran etik dan disiplin selama mengikuti program internsip, peserta akan diberi sanksi sesuai dengan norma etik profesi dan disiplin. Sanksi etik dan disiplin dapat berupa sanksi adminisitratif yang diberikan oleh koordinator wahana kepada peserta yang melakukan pelanggaran ketentuan atau peraturan wahana, sedangkan untuk sanksi etik sebagai dokter mengacu kepada Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). Sanksi disiplin sebagai dokter mengacu pada Buku Penerapan Disiplin dari MKDKI, sanksi disiplin sebagai peserta internsip mengacu pada Buku Pedoman Peserta Program Internsip Dokter Indonesia Bab III Tata Tertib Peserta Sub Bagian Klasifikasi pelanggaran tata tertib, Pembinaan dan Pemberian sanksi dan sanksi pelanggaran hukum mengacu pada prosedur dan keputusan hukum. Selama proses penyidikan, maka peserta internsip ditunda pelaksanaannya sampai mempunyai kekuatan hukum yang tetap (Kemenkes RI, 2013).

Dokumen terkait