• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III MERGER BANK UMUM DALAM PELAKSANAAN

C. Syarat-syarat dan Prosedur Merger Bank Umum sebaga

2. Prosedur Merger Bank Umum

Seperti yang telah disebutkan tata cara atau prosedur hukum merger bank umum diatur dalam Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank yaitu pada Bab III dimulai dari Pasal 11 sampai dengan Pasal 22. Kemudian diatur lebih lanjut dalam Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank Umum yaitu pada Bab II dimulai dari

Pasal 4 sampai dengan Pasal 18. Dari kedua peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa prosedur merger bank umum dibagi dalam beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:182

I. Tahap Pertama: Persiapan merger.

Dalam tahap pertama ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan:

1. Direksi bank umum yang akan menggabungkan diri dan menerima penggabungan masing-masing, menyusun usulan rencana merger yang wajib mendapat persetujuan dari dewan komisaris masing-masing bank.

2. Usulan rencana merger dimaksud merupakan bahan rancangan merger yang disusun secara bersama-sama oleh direksi bank yang akan melakukan merger yang berisi penegasan dari bank hasil merger mengenai penerimaan pengalihan segala hak dan kewajiban dari bank yang akan merger serta sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:183

a. nama dan tempat kedudukan bank yang akan melakukan merger.

b. alasan serta penjelasan masing-masing direksi bank yang akan melakukan

merger.

c. tata cara konversi saham dari masing-masing bank yang akan melakukan

merger terhadap saham bank hasil merger.

d. rancangan perubahan anggaran dasar atau rancangan akta pendirian bank. e. laporan keuangan 3 (tiga) tahun buku terakhir dari seluruh bank yang akan

melakukan merger

f. proyeksi tingkat kesehatan bank hasil merger selama 12 (belas) bulan dan rencana perbaikannya.

g. rencana status kantor-kantor bank hasil merger.

h. nama pemegang saham, calon anggota dewan komisaris dan direksi bank hasil merger.

182

Racmadi Usman, Op.,Cit., hlm. 91-95 183

i. hal-hal yang perlu diketahui oleh pemegang saham masing-masing bank, antara lain:

1. neraca performa bank hasil merger sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, dan perkiraan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keuntungan dan kerugian serta masa depan bank yang dapat diperoleh dari merger berdasarkan hasil penilaian ahli yang independen.

2. cara penyelesaian status karyawan bank yang akan melakukan merger. 3. cara penyelesaian hak dan kewajiban bank terhadap pihak ketiga. 4. cara penyelesaian hak-hak pemegang saham minoritas.

5. gaji dan tunjangan lain bagi dewan komisaris dan direksi bank hasil

merger.

6. perkiraan jangka waktu pelaksanaan merger.

7. laporan mengenai keadaan dan jalannya bank serta hasil yang telah dicapai.

8. kegiatan utama bank dan perubahannya selama tahun buku yang sedang berjalan.

9. rincian permasalahan yang timbul selama tahun buku yang sedang berjalan yang mempengaruhi kegiatan bank.

3. Kemudian sebelum penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) masing-masing bank, direksi bank yang akan melakukan merger wajib mengumumkan ringkasan rancangan merger selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum RUPS dalam 2 (dua) surat kabar harian yang mempunyai peredaran luas dan 14 (empat belas) hari sebelum RUPS kepada karyawan masing-masing bank secara tertulis.184

4. Keberatan terhadap pelaksanaan merger oleh kreditor dan pemegang saham minoritas dapat diajukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pemanggilan RUPS. Jika dalam jangka waktu tersebut kreditor dan pemegang

184

Ringkasan rancangan merger yang diumumkan dalam surat kabar sekurang-kurangnya memuat: a. nama dan tempat kedudukan bank yang akan melakukan merger; b. laporan keuangan 3 tahun buku terakhir dari seluruh bank yang akan melakukan merger; c. rencana status kantor-kantor bank hasil merger; d. nama pemegang saha, calon anggota komisaris dan direksi bank hasil merger. Pasal 7 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.32/51/KEP/DIR/1999.

saham minoritas tidak mengajukan keberatan, maka kreditor dan pemegang saham minoritas dianggap menyetujui merger. Selanjutnya keberatan tersebut disampaikan dalam RUPS guna mendapat penyelesaian. Pengertian penyelesaian disini tidak harus berarti pembayaran kembali piutang seketika, tetapi dapat juga berupa kesepakatan tentang penyelesaian keberatan kreditor dan pemegang saham minoritas. Apabila penyelesaian atas keberatan kreditor belum tercapai, merger tidak dapat dilaksanakan sedangkan bagi pemegang saham minoritas yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS mengenai

merger hanya boleh menggunakan haknya untuk menjual sahamnya dengan

harga yang wajar dan selama pelaksanaan hak tersebut tidak menghentikan proses pelaksanaan merger.

II. Tahap Kedua : Pelaksanaan merger.

Hal-hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan RUPS atau rapat anggota masing-masing bank yang akan menggabungkan diri dan menerima penggabungan guna memberikan persetujuan terhadap rancangan merger dan konsep akta merger. Keputusan RUPS mengenai persetujuan merger diangap sah dengan ketentuan sebagai berikut: RUPS dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili sekurang- kurangnya ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak

suara yang sah dan disetujui sekurang-kurangnya ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara pemegang saham yang hadir.185

2. bagi bank yang berbentuk perusahaan terbuka dalam hal persyaratan ketentuan diatas tidak tercapai, maka syarat kehadiran dan pengambilan keputusan ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang pasar modal. Peraturan No.IX.G.I tentang Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha Perusahaan Publik atau Emiten menyebutkan penyelenggaraan RUPS dalam rangka penggabungan usaha wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Apabila pelaksanaan merger tersebut tidak terdapat benturan kepentingan maka rencana dan pelaksanaan RUPS wajib memenuhi ketentuan dalam Peraturan No.IX.I.1. tentang Rencana dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham.186

185

Dalam UUPT Pasal 89 menyebutkan bahwa RUPS untuk menyetujui merger, dianggap sah apabila : a. RUPS dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili sekurang-kurangnya ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui sekurang- kurangnya ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara pemegang saham yang hadir, kecuali anggaran dasar bank tersebut menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar. b. Apabila kuorum kehadiran dalam penyelenggaraan RUPS dalam ketentuan diatas tidak tercapai dapat diadakan RUPS kedua dengan ketentuan RUPS kedua dihadiri paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari humlah seluruh saham dengan hak suara dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyartan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.

186

Dalam Peraturan No.IX.I.1 tentang Rencana dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham menyebutkan bahwa 1. RUPS hendaknya direncanakan dengan matang dalam menentukan tempat, waktu penyelenggaraan, prosedur serta agenda rapat, sesuai dengan Anggaran Dasar perseroan; 2. Dalam pelaksanaannya, sedapat mungkin menghindari adanya perubahan-perubahan tempat, waktu, dan agenda rapat yang dapat membingungkan para pemegang saham; 3. Sebelum rencana rapat diumumkan, perusahaan wajib menyampaikan terlebih dahulu agenda rapat tersebut secara jelas dan rinci ke Bapepam selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pemberitahuan; 4. Perusahaan wajib menyampaikan hasil rapat selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah rapat

b. Apabila merger tersebut terdapat benturan kepentingan,187 maka rencana dan pelaksanaan RUPS wajib memenuhi Peraturan No.IX.E.1. tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu yaitu jika suatu transaksi dimana seorang direktur, komisaris, pemegang saham utama, atau pihak terafiliasi dari direktur, komisaris, atau pemegang saham utama mempunyai benturan kepentingan, maka transaksi dimaksud terlebih dahulu harus disetujui oleh para pemegang saham independen yaitu pemegang saham yang tidak mempunyai benturan kepentingan sehubungan dengan suatu transaksi tertentu dan atau bukan merupakan pihak terafiliasi dari direktur, komisaris, atau pemegang saham utama yang mempunyai benturan kepentingan atas transaksi tertentu. 188

tersebut diselenggarakan kepada Bapepam dan mengumumkannya kepada publik sekurang-kurangnya dalam 2 (dua) surat kabar berbahasa Indonesia, salah satunya berperedaran nasional. 5. Perusahaan Menengah atau Kecil wajib menyampaikan hasil rapat selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah rapat tersebut diselenggarakan kepada Bapepam dan mengumumkannya kepada publik sekurang- kurangnya dalam 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia.

187

Defenisi benturan kepentingan dalam Peraturan No. IX.E.1 adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris, pemegang saham utama perusahaan, atau pihak terafiliasi dari direktur, komisaris, atau pemegang saham utama. Untuk mengetahui transaksi yang mengandung benturan kepentingan lebih lanjut lihat dalam Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, Op.,Cit., hlm.44-59.

188

Selanjutnya dalam Peraturan No.IX.E.1. menyebutkan untuk mendapatkan persetujuan pemegang saham independen tersebut diselenggarakanlah RUPS yang dihadiri oleh pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 50% (lima puluh persen) saham yang dimiliki oleh pemegang saham independen dan transaksi tersebut disetujui oleh pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 50% saham yang dimiliki oleh pemegang saham independen. Dalam hal kuorum rapat tidak terpenuhi, maka diadakan rapat kedua dengan ketentuan kurom dan syarat disetujui sama dengan rapat pertama. Dalam hal kuorum rapat kedua juga belum terpenuhi, maka dilaksanakan rapat ketiga dengan ketentuan telah memperoleh persetujuan dari Bapepam, melakukan pengumuman dan panggilan RUPS, dan tempat rapat dan prosedur pemberian kuasa telah dilaksanakan dengan memperhatikan kepentingan pemegang saham independen. Rapat ketiga hanya dapat menyetujui trasaksi dimaksud apabila disetujui oleh pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 50% saham yang dimiliki oleh pemegang saham independen yang hadir. Selanjutnya apabila transaksi tersebut tidak disetujui dalam rapat yang telah mencapai kuorum kehadiran, maka rencana transaksi tersebut tidak dapat diajukan kembali dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal keputusan penolakan.

3. Konsep akta merger yang telah disetujui RUPS atau Rapat Anggota tersebur, kemudian dituangkan dalam akta merger dan akta perubahan anggaran dasar, yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia.

III. Tahap Ketiga : Permohonan izin merger

Dalam tahap ini, kegiatan – kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :

1. Setalah memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota untuk melakukan merger, direksi masing-masing bank secara bersama- sama mengajukan permohonan izin merger kepada Direksi Bank Indonesia selambat –lambatnya 14 (empat belas) hari dengan tembusan kepada Menteri Kehakiman. Permohonan izin merger diajukan dengan melampirkan dokumen – dokumen sebagai berikut :

a) notulen rapat umum pemegang saham/rapat anggota; b) akta merger;

c) akta perubahan anggaran dasar bank hasil merger;

d) bukti pelaporan kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan pengumuman kepada investor, bagi bank yang tercatat dipasar modal;

e) bukti pengumuman mengenai ringkasan rancangan merger .

2. Kemudian Bank Indonesia dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan izin merger tadi melakukan penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen dan wawancara terhadap calon anggota dewan komisaris dan direksi bank hasil merger. Jawabannya akan diberikan oleh Direksi Bank Indonesia dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan diterima

secara lengkap. Jika dalam batas waktu dimaksud Bank Indonesia tidak memberikan tanggapan atas permohonan izin permohonan merger, maka Bank Indonesia dianggap menyetujui permohonan izin merger tersebut. Dalam hal permohonan ditolak, maka penolakan tersebut diberitahukan Bank Indonesia kepada pemohon secara tertulis beserta alasannya. Baik tembusan persetujuan atau penolakan permohonan izin merger disampaikan oleh Bank Indonesia kepada Menteri Kehakiman.

3. Dalam waktu yang bersamaan dengan pengajuan permohonan izin merger kepada Bank Indonesia, direksi bank hasil merger wajib mengajukan permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar, setelah memperoleh tembusan izin merger dari bank Indonesia. Persetujuan atau penolakan Menteri Kehakiman atas permohonan tersebut, diberikan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari setelah diperolehnya izin merger dari Bank Indonesia. Dalam hal permohonan ditolak atau permohonan pengesahan ditolak, maka penolakan tersebut diberitahukan kepada permohonan secara tertulis beserta alasannya oleh Bank Indonesia .

4. Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak akta perubahan anggaran dasar bank hasil merger memperoleh persetujuan atau pengesahan dari Menteri Kehakiman, direksi bank hasil merger wajib mendaftarkan akta perubahan anggaran dasar dalam daftar perusahaan dan mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

5. Secara khusus perubahan anggaran dasar bank hasil merger tidak memerlukan persetujuan Menteri Kehakiman,189 maka dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak Rapat Umum Pemegang Saham, direksi bank hasil merger wajib melaporkan akta merger dan akta perubahan anggaran dasar tersebut kepada Menteri Kehakiman. Atas laporan tersebut, Menteri Kehakiman akan mengeluarkan surat tanda penerimaan laporan jika izin merger dari Bank Indonesia telah diperolehnya, selanjutnya direksi bank hasil merger mendaftarkan akta merger dan akta parubahan anggaran dasar bank hasil merger dalam daftar perusahaan serta mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara .

IV. Tahap Keempat: Berlakuya izin merger.

Tanggal berlakunya izin merger tergantung pada bentuk hukum bank yang melakukan merger. Karenanya dibedakan atas ;

1. Izin merger bagi bank yang berbentuk hukum persereoan terbatas berlaku sejak :

a. tanggal persetujuan perubahan anggaran dasar atau akta pendirian termasuk anggaran dasar oleh Menteri Kehakiman;

189

Dalam UUPT Pasal 21 menyebutkan perubahan Anggaran Dasar ada dua jenis yaitu 1. Perubahan Anggaran Dasar yang harus mendapatkan persetujuan Menkumham, yaitu perubahan yang meliputi: a. nama perseroan; b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan; c. jangka waktu berdirinya perseroan; d. besarnya modal perseroan; e. pengurangan modal ditempatkan dan disetor dan/atau; f. status perseroan yang tertutup menjadi perseroan terbuka atau sebaliknya. 2. Perubahan Anggaran Dasar yang cukup diberitahukan kepada Menkumham yaitu perubahan Anggaran Dasar selain perubahan yang disebutkan diatas.

b. tanggal pendaftaran akta merger dan perubahan anggaran dasar dalam daftar perusahaan apabila perubahan anggaran dasar tidak memerlukan persetujuan Menteri Kehakiman.

2. Izin bagi bank yang berbentuk hukum selain perseroan terbatas berlaku sejak: a. tanggal persetujuan perubahan anggaran dasar atau akta pendirian

termasuk anggaran dasar dari instansi berwenang;

b. tanggal pendaftaran akta merger dalam daftar perusahaan apabila perubahan anggaran dasar tidak memerlukan persetujuan dari instansi berwenang.

V. Tahap kelima :pelaporan pelaksanaan merger

Bank yang telah memperoleh izin merger wajib :

a menyusun neraca penutupan masing – masing bank yang melakukan merger; b menyusun neraca pembukuan bank dari hasil merger;

c mengumumkan hasil disertai dengan neraca pembukaan bank hasil merger dalam 2 (dua) surat kabar harian yang mempunyai peredaran luas selambat – lambatannya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal berlakunya izin merger;

d menyampaikan laporan pelaksanaan merger kepada tanggal Bank Indonesia selambat- lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah tanggal pengumuman dengan melampirkan fotokopi akta perubahan anggaran dasar atau fotokopi akta pendirian, termasuk anggaran dasar yang telah mendapat persetujuan dari instansi berwenang, dan surat kabar harian mengenai pengumuman hasil