• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III Kerangka Konsep

4.3 Prosedur Penelitian

4.3.1 Penyiapan Bahan yang Digunakan

Sampel yang digunakan adalah Gambir (Uncaria gambir Roxb) yang diambil dari tanaman gambir, yang terdapat di daerah Padang, Sumatera Barat. Daun dan ranting dikumpulkan dan dibersihkan dari kotoran yang melekat dengan air bersih mengalir, lalu ditiriskan agar terbebas dari sisa air cucian kemudian dikeringkan padasuhu kamar.

Simplisia yang sudah kering kemudian digiling dan diayak dengan ayakan untuk mendapatkan serbuk, lalu simplisia disimpan pada wadah yang kering dan tertutup rapat, serta dalam ruangan yang terlindung dari cahaya (Depkes RI, 1986)

4.3.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Gambir

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 500 gram serbuk kering gambir (Uncaria gambir Roxb) dimaserasi dengan pelarut etanol 70% dan dilakukan pengocokan sesekali. Proses tersebut dilakukan selama 1-2 minggu dimana sekali dalam 2 hari pelarut diganti dan disaring. Proses tersebut dilakukan hingga filtrat mendekati tidak berwarna. Semua filtrat digabung, dan diuapkan atau dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40-50°C hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental dikeringkan dengan oven pada suhu 30- 40ºC sampai kering. Dihitung hasil rendemen ekstrak dengan rumus:

Bobot ekstrak yang didapat

% Rendemen = x 100%

Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi

4.3.3 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak (Depkes RI, 2000)

1. Parameter spesifik terdiri dari : c. Identitas

3) Deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak (generik, dagang, paten), nama latin tumbuhan (sistematika botani), dan bagian tumbuhan yang digunakan.

4) Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu.

d. Organoleptik

Parameter ini mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa. 2. Parameter non spesifik terdiri dari:

a. Susut Pengeringan dan Kadar Air

Ekstrak atau simplisia ditimbang dengan seksama sebanyak 1 gram sampai 2 gram dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan menggoyang-goyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, kemudian dimasukan ke dalam oven, buka tutupnya. Pengeringan dilakukan pada suhu penetapan yaitu 105oC hingga diperoleh bobot tetap lalu ditimbang. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar.

b. Kadar Abu

Sebanyak lebih kurang 1-2 gram ekstrak atau simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama, dimasukan ke dalam krus platina

atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara. Ekstrak atau simplisia diratakan kemudian dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan, dan ditimbang. Jika arang tidak dapat hilang, ditambahkan air panas, disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu. Sisa abu dan kertas saring lalu dipijarkan dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap berat ekstrak dan dinyatakan dalam % b/b.

c. Kadar abu tidak larut asam: Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml HCl encer selama 5 menit, dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, disaring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. Dihitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

4.3.4 Identifikasi Serbuk Gambir

Identifikasi serbuk daun gambir (Anonim,1989):

a. Pada 2 mg serbuk daun gambir ditambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat merah

b. Pada 2 mg serbuk daun gambir ditambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N; terjadi warna coklat muda

c. Pada 2 mg serbuk daun gambir ditambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol; terjadi warna coklat merah

d. Pada 2 mg serbuk daun gambir ditambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi warna coklat merah

e. Pada 2 mg serbuk daun gambir ditambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna coklat kehitaman

4.3.5 Penapisan Fitokimia (Farnsworth, 1966)

a. Identifikasi Golongan Alkaloid

Sebanyak 2 gram sampel ditambahkan dengan 5 ml ammonia 25%, digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 10 ml kloroform dan digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas saring. Filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan A), sebagian dari larutan A (10 ml) diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya (larutan B). Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan ditetesi dengan pereaksi Dragendorff. Jika terbentuk warna merah atau jingga pada kertas saring maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid dalam sampel.

Larutan B dibagi dalam dua tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi Dragendorff dan Mayer. Jika terbentuk endapan merah bata dengan pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan pereaksi Mayer maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid.

b. Identifikasi Golongan Flavonoid

Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan 50 ml air panas, dididihkan selama 5 menit, disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat yang akan digunakan sebagai larutan percobaan. Ke dalam 5 ml larutan percobaan (dalam tabung reaksi) ditambahkan serbuk atau lempeng magnesium secukupnya dan 1 ml HCl pekat, serta 5 ml butanol, dikocok dengan kuat lalu dibiarkan hingga memisah. Jika terbentuk warna pada lapisan butanol (lapisan atas) maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid.

c. Identifikasi Golongan Saponin

Sebanyak 10 ml larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan b (identifikasi golongan flavonoid), dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok secara vertikal selama 10 detik, kemudian dibiarkan selama 10 menit. Jika dalam tabung reaksi terbentuk busa yang stabil dan jika ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan saponin.

d. Identifikasi Golongan Tanin

Sejumlah 2 gram sampel ditambahkan 100 ml air, dididihkan selama 15 menit lalu didinginkan dan disaring dengan kertas saring, filtrat yang diperoleh dibagi menjadi dua bagian. Ke dalam filtrat pertama ditambahkan 10 ml larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru tua atau hijau kehitaman maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan tanin.

Ke dalam filtrat yang kedua ditambahkan 15 ml pereaksi Stiasny (formaldehid 30% : HCl pekat = 2 : 1), lalu dipanaskan di atas penangas air sambil digoyang-goyangkan. Jika terbentuk endapan warna merah muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Selanjutnya endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan serbuk natrium asetat, ditambahkan beberapa tetes larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru tinta maka menunjukkan adanya tanin galat.

e. Identifikasi Golongan Kuinon

Diambil 5 ml larutan percobaan dari percobaan b (identifikasi golongan flavonoid), lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1 N. Jika terbentuk warna merah maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon. f. Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid

Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan dengan 20 ml eter, dibiarkan selama 2 jam dalam wadah dengan penutup rapat lalu disaring dan diambil filtratnya. 5 ml dari filtrat tersebut diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residua tau sisa. Ke dalam residu ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Libermann-Burchard). Jika terbentuk warna hijau atau merah maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan steroid dan triterpenoid dalam simplisia tersebut.

g. Identifikasi Golongan Minyak Atsiri

Sejumlah 2 gram sampel dalam tabung reaksi (volume 20 ml), ditambahkan 10 ml pelarut petroleum eter dan dipasang corong (yang

diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung, dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan didinginkan lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu dilarutkan dengan pelarut alkohol sebanyak 5 ml lalu disaring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan dalam cawan penguap, jika residu berbau aromatic atau menyenangkan maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri.

h. Identifikasi Golongan Kumarin

Sebanyak 2 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20 ml), ditambahkan 10 ml pelarut kloroform dan dipasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung, dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan didinginkan lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu ditambahkan air panas sebanyak 10 ml lalu didinginkan. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml larutan ammonia (NH4OH) 10%. Lalu diamati di bawah sinar lampu ultraviolet pada panjang gelombang 365 nm. Jika terjadi fluoresensi warna biru atau hijau maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan kumarin.

i. Identifikasi Urea (Depkes RI, 1995)

1) Sebanyak 500 mg sampel dipanaskan dalam tabung kimia hingga meleleh dan bau ammonia. Pemanasan dilakukan hingga cairan

keruh lalu dinginkan dan larutkan dalam campuran 10 ml air dan 0,5 ml larutan Natrium hidroksida P, Ditambahkan 1 tetes larutan tembaga (III) sulfat P; terjadi perubahan warna violet

2) Sebanyak 100 mg sampel dilarutkan dalam 1 ml air, ditambahkan 1 ml asam nitrat P; terbentuk endapan hablur putih.

Dokumen terkait