• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 9 : Aturan atau Prosedur Mengadaikan Harta Pusaka Tinggi Secara Adat

No Prosedur Jmlh Responden

1. Harus memenuhi 4 syarat adat. 5

2 Ditawarkan kepada yang serumah, saparuik,

sesuku, sekampung 2

3 Persetujuan kaum 3

4 Persetujuan mamak kepala waris 3

5 Persetujuan kepala suku 2

6 Mengetahui wali jorong, wali nagari, KAN 1

Jumlah 16

Sumber : data primer yang diolah 30 April 2014

Dari tabel tersebut di atas aturan atau prosedur apabila orang hendak mengadaikan harta pusaka tingginya secara adat yang lebih dominan dari 16 jumlah responden 5 responden mengatakan adalah haruslah memenuhi 4 (empat) syarat adat karena alasan yang benar sepanjang adat yang memperbolehkan dilakukan gadai. Setelah 4 syarat adat persetujuan kaum dan mamak kepala waris.

Dalam hal ini prosedur menggadai harta pusaka tinggi secara adat yaitu terlebih dahulu wajib terpenuhinya salah satu 4 syarat adat tersebut kemudian wajib memberitahukan kepada kaumnya yang sama-sama serumah, kalau-kalau ada diantara mereka yang bisa membeli atau memegang harta itu, maka namanya “sepanjang adat memperlegarkan di dalam rumah”.

Lepas dari yang serumah, baru boleh berkisar kepada yang sebuah perut, lepas dari yang saparuik kepada yang sekampung, lepas sekampung kepada sesuku, lepas dari sesuku baru beralih ke dalamnagaridan seterusnya.

Apabila tidak dilakukan yang seperti itu, maka pekerjaan itu boleh dibatalkan oleh orang yang berhak memegang harta itu, menurut jenjang masing-masing tadi. Kalau belum lepas dari yang serumah,harta telah digadaikan begitu saja kepada orang yang sekampung maka pekerjaan itu salah, “sepanjang adat” dan boleh dibatalkan oleh orang yang serumah tadi

Sekali-kali dilarang orang yang sekampung atau yang lainnya itu melampui orang serumah itu, meskipun uang orang itu sudah diterima, dia wajib mengembalikan uang itu kembali dan menyerahkan kepada orang yang serumah yang sanggup memegang harta tadi

Kalau sudah lepas dari yang serumah, belum pula ada yang bisa menerima gadai boleh orang yang sama-sama sesukunya, kalau belum lepas dari yang sama seperut atau dari yang sekampung dengan orang yang akan mengadaikan harta itu, melainkan yang sama dan yang sama sekampung itu yang berhak lebih dahulu memegang harta itu, kemudian selepasnya “berjenjang naik bertangga turun”, dan seterusnya tidak boleh “lampau melampui”atau lompat melompati, melainkan wajib turut lebih dahulu jenjang-jenjangnya sesuai dengan aturan adat.

Jika ada yang melanggar aturan itu, maka tiap-tiap ”jenjang” berhak melarang atau membatalkan hak gadai itu, di mana yang membatalkan harus menyediakan uang/emas untuk pemegang gadai sesuai yang diterima si penggadai.

Adapun orang yang membatalkan gadai tersebut wajib menyediakan uang/emas itu tidak lebih dari sebanyak yang diperlukan melepaskan salah satu ”hutang adat”, apabila harta itu sekedar digadaikan saja.67

Menggadai haruslah terlebih dahulu mendapat persetujuan : 1. Persetujuan dalam kaum.

Kaum adalah merupakan satu garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah yang bertali darah, yang terdiri dari beberapaparuik, dan beberapaparuikterdiri dari beberapa jurai. Dalam kaum tersebut juga terdapat kemenakan bertali adat (tidak setali darah, melainkanmalakok). Jadi dalam hal ini untuk mengadaikan tanah harta pusaka tinggi harus persetujuan dalam kaum yang bertali darah, dan apabila salah satu dariparuikdanjuraitersebut tidak menyetujui maka gadai tersebut tidak sah. 2. Persetujuan mamak kepala waris.

Mamak kepala waris adalah laki-laki tertua dalam kaum tersebut, mamak kepala waris berfungsi untuk mengawasi terhadap pelaksanaan segala sesuatu hal mengenai pusaka, khususnya tanah harta pusaka tinggi. Dengan demikian bila mamak kepala waris mengadakan suatu transaksi seperti pegang gadai, sewa menyewa dalam hal ini mamak kepala waris tidak dapat bertindak atas nama sendiri, terlebih dahulu melakukan permufakatan dalam kaumnya, jadi bersama-sama dengan ahli waris dalam kaum.

3. Persetujuan mamak adat atau penghulu kaum.

Mamak adat atau penghulu kaum berkedudukan sebagai pemimpin tertinggi dalam kaumnya dan merupakan pengendali utama dalam masalah tanah harta pusaka tinggi. Jika terjadi sengketa antara pihak luar maka kepala kaum merupakan wakil kaum di dalam maupun di luar pengadilan.penghulu dalam kaum tersebut yang berfungsi dan berperan untuk mengurus seluruh kegiatan kemanakan dalam kaum. Penghulu kaum berperan kuat dalam masalah sako (gelar kebangsaan) dan pusako (harta benda).

4. Persetujuan penghulu suku.

Penghulu suku berkedudukan sebagai pucuk pimpinan tertinggi dalam suku yang bersangkutan, yang antara lain berfungsi mengatur pengelolaan tanah suku dalam persukuannya. Kedudukan tersebut juga diakui merupakan syarat harus ikut serta pengolahan tanah di lingkungannya, yang dalam persengketaan merupakan pemegang posisi kunci dalam penyelesaian masalah yang akan ditanggulangi, di mana dalam suku terdiri dari beberapa penghulu kaum, dan dipilih salah satu penghulu kaum tersebut menjadi penghulu suku. Penghulu suku merupakan pelengkap/turut mengetahui dalam proses menggadai.

5. Persetujuanurang tuo ulayat.

Urang tuo ulayat adalah merupakan urang tua yang ditandai bahwa dia yang pertama kali memegang kekuasaan harta pusaka tinggi, dimana tanah tersebut dipegang oleh rangkayo rajosampono di nagari ketaping, amai saik, rajo dulu, rajomangkuto, rajo seleman dinagari ulakan. Urang tuo merupakan pelengkap atau

turut mengetahui dalam proses menggadai, yang bertujuan untuk mengetahui bahwa kemanakannya menggadaikan.

6. Mengetahui dari unsur Pemerintahan adalah : a. Kerapatan Adat Nagari

b. Wali nagari c. Wali jorong

Atauran atau prosedur gadai secara adat pada masa sekarang sudah hampir hilang, 4 syarat adat bukan lagi hal yang paling utama untuk menggadai, kepada siapa gadai harus ditawarkan terlebih dahulu juga sudah tidak diperhatikan, persetujuan kaum, mamak kepala suku tidak diperlukan lagi sehingga tanah harta pusaka tinggi yang bertujuan untuk kebutuhan hidup kaum dan anak kemanakan tidak lagi diperdulikan.

Benda yang boleh digadaikan adalah berupa : Tabel 10 : Benda Riil

No Benda riil Jmlh Responden

1 tanah sawah 10

2 Ladang 2

3 tabek/kolam ikan 1

4 hutan 1

5 Bukit 1

6 rumah dan pekarangan 1

Jumlah 16

Dari tabel di atas yang boleh digadaikan berupa tanah sawah, ladang, tabek/kolam ikan, hutan, bukit, rumah pekarangan. Yang lebih banyak di gadaikan orang pada sekarang ini adalah tanah sawah dan ladang karena sawah dan ladang merupakan benda yang apabila dikelola dengan baik bisa menghasilkan uang sehingga penerima gadai lebih memilih benda tersebut.

Tabel 11 : Benda Kehormatan

No Benda kehormatan Jmlah Responden

1 peralatan datuak 8

2 lambang kebesaran seperti keris baju kebesaran

8

Jumlah 16

Sumber : data primer yang diolah 30April 2014

Benda kehormatan yang dapat digadaikan pada zaman dahulu saat ini tidak lagi dipilih sebagai benda gadai oleh sipenerima gadai karena benda tersebut tidak dapat menghasilkan apa-apa hanya pengeluaran untuk pemeliharaan saja sehingga pada saat ini orang tidak memilihnya sebagai benda gadaian. Dahulu peralatan datuak dan lambang kebesaran merupakan benda yang berharga karena memiliki nilai status kebesaran dan kehormatan.

Ulayat Penghulu, tersebut dalam pepatah adat : anak buah pengulu aia, aia pengulu rimbo, rimbo pangulu, artinya ulayat penghulu (tidak boleh pindah tangan).

Rumah gadang, rumah itu adalah rumah adat, dikerjakan bersama-sama oleh kaum dan nagari, jadi bukan milik perorangan.

Sawah palambuak gadang, (sawah kagadangan), Mengambil alih harta pusaka yang telah ditebus oleh dunsanak (saudara) tidak dibolehkan, dalam pepatah adat:

Kabaulah dalam kandang Siriah lah pulang ka gagangnyo Pinang lah suruik ka tempeknyo

Artinya: yang empunya datang menjemput, sudah kembali keasalnya, apa bedanya orang bersaudara.

Dokumen terkait