BAB III REGULASI DAN ATURAN HUKUM MENGENAI KAPAL
C. Prosedur Tentang Pengalihan Muatan terhadap Kapal yang
untuk pelayaran nusantara. Pengiriman barang keluar dan masuk digunakan kapal-kapal untuk pelayaran samudera dekat maupun jauh yang biasanya dilayani oleh pelayaran perusahaan pelayaran niaga yang tergabung dalam Shipping Conference baik non Indonesia yang mendapat izin atau Shipping company Indonesia Lijn perusahan-perusahaan nasional (Negara)16
Dengan ditandatanganinya Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) PM 60 Tahun 2014 oleh Menteri Perhubungan Ignasius Jonan,
16
dipastikan bongkar muat di pelabuhan akan dipertegas penyelenggaraan dan pengusahaannya. Setiap kegiatan bongkar muat harus dilakukan oleh badan usaha yang khusus bergerak dalam kegiatan bongkar muat. Hal itu itu terlihat pada pasal 2 ayat 1 yang menyebutkan, kegiatan usaha bongkar muat barang merupakan kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan, yang meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring, dan receiving-delivery. Pada ayat 2 disebutkan, kegiatan usaha bongkar muat barang, sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dilakukan oleh badan usaha yang didirikan khusus untuk bongkar muat barang dipelabuhan dan wajib memiliki izin usaha. Secara keseluruhan, PM No. 60 Tahun 2014 berisi XIII bab dan 27 pasal.17
Untuk mendukung kelancaran kegiatan angkut dari dan ke suatu pelabuhan, maka kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal di setiap pelabuhan mempuyai kedudukan yang penting. Usaha bongkar muat barang adalah kegiatan jasa yang bergerak dalam kegiatan bongkar muat barang dari kapal dan ke kapal, hal mengenai kegiatan bongkar muat barang yang dilakukan oleh PT.Pelindo I Cabang Belawan di atur juga lengkap di dalam Keputusan General Maneger Cabang Pelabuhan Belawan tentang Sistem dan Prosedur Pelayanan Jasa Kepelabuhan di Lingkungan PT. Pelabuhan Indonesia I (persero) Cabang Belawan yang di cantumkan dalam Lampiran III : Keputusan General Manager Cabang Belawan tentang Sistem dan Prosedur Pelayanan Barang, yang terdiri dari kegiatan stevedoring, corgodoring dan reciving ,truck lossing.
17
http://jurnalmaritim.com/2014/12/permenhub-pm-no-60-tahun-2014-tingkatkan-1. Stevedoring
Stevedoring adalah pekerjaan yang meliputi membongkar dari dek/palka kapak ke dermaga, tongkong, truk atau pekerjaan memuat dari dermaga, tongkong, truk, dek ke dalam palka kapal dengan menggunakan drek kapal atau drek darat18. Pengguna Jasa menyerahkan Surat Penunjukan Kerja kepada Divisi Pelayanan Terminal/Divisi Usaha Bongkar Muat (apabila terdapat perjanjian kerjasama bongkar muat dalam periode tertentu maka tidak diwajibkan untuk menyerahkan Surat Penunjukan Kerja) dengan Dokumen meliputi :
a. Barang yang akan dibongkar (jenis, sifat, dan jumlah barang) b. Stowage Plan
c. Manifest
d. PEB (untuk barang eksport).
Kemudian Dokumen yang diserahkan dan/atau disampaikan akan diperiksa. Apabila dokumen pendukung tidak lengkap maka dikembalikan ke pengguna jasa untuk dilengkapi dan jika dokumen yang diserahkan lengkap maka akan dibuatkan perhitungan Ongkos Pelabuhan Pemuatan(OPP). Hasil perhitungan jasa OPP adalah Nota tagihan diserahkan kepada Bank/Kasir dan Pengguna Jasa Pengguna Jasa wajib melunasi seluruh biaya dari nota yang dikeluarkan kepada Bank/Kasir. Jika tidak ada perbedaan/selisih dari Estimasi Biaya, pengguna jasa tidak wajib membayar kepada Bank/Kasir. Bukti Lunas diserahkan kepada Divisi Pelayanan Terminal/Divisi Usaha Bongkar Muat dan Pengguna
18
Jasa. Sesuai PPKB penetapan dan Bukti Lunas, Divisi Pelayanan Terminal/Divisi Usaha Bongkar Muat melakukan persiapan pemuatan secara langsung meliputi :
1) Rencana kegiatan (Operation Planning) antara lain: a) Standar Kinerja / Produktivitas Kerja
b) Kebutuhan TKBM
c) Supervisi Pelayanan Bongkar Muat d) Alat dan Kelengkapan Bongkar Muat
e) Stevedor / Foreman dan Tally Man
2) Mengajukan kebutuhan jumlah pengadaan TKBM ke Koperasi TKBM.
Kemudian Divisi Pelayanan terminal/Divisi Usaha Bongkar Muat melaksanakan pelayanan pemuatan dengan :
1) Mengkoordinir pelaksanaan pemuatan barang dari kapal sesuai perencanaan yang telah ditetapkan
2) Melaksanakan koordinasi dengan pihak kapal, pengguna jasa serta melakukan monitoring pelaksanaan pemuatan untuk menjamin kelancaran sesuai perencanaan yang telah ditetapkan 3) Tally Man mengisi Tally Sheet, dan Chekker mengisi Time Sheet,
Daily Report, Statement of Fact, kemudian Stevedor
menyampaikan kepada pengguna jasa
4) Membuat Laporan hasil realisasi pemuatan secara langsug dan diserahkan kepada pengguna jasa dan instansi terkait.
Pemuatan barang Eksport pelaksanaannya harus menunggu dokumen eksport (PEB) yang telah disahkan oleh Bea dan Cukai, apabila terjadi kerusakan/kekurangan barang pada waktu pembongkaran maka dibuatkan Berita Acara Kerusakan/Damage Cargo Report, kemudian hasil realisasi kegiatan pemuatan serta dokumen pendukung diserahkan kepada Bank/Kasir dan pengguna Jasa.
Kegiatan Stevedoring belum ternasuk kegiatan lainnya, yaitu: a. Shifting adalah memindahkan muatan di dalam palka yang sama
atau palka yang berbeda atau lewat darat.
b. Lashing/unlashing adalah mengikat/memperkuat muatan atau
sebaliknya melepas ikatan/penguat muatan.
c. Dunnaging adala memasang alat/pemisah muatan (dunnage
separation).
d. Sweeping adalah mengumpulkan muatan-muatan yang tercecer.
e. Bagging/unbagging adalah memasukkan muatan curah ke karung
atau sebaliknya yaitu mencurahkan muatan dari karung.
f. Restowage adalah menyusun kembali muatan didalam palka.
g. Sorting adalah pekerjaan memilih/memisahkan muatan yang
tercampur atau muatan yang rusak.
h. Trimming adalah meratakan muatan dalam palka kapal. i. Cleaning adalah pekerjaan membersihkan palka kapal.
j. Opening/closing hatches adalah kegiatan membuka/menutup
k. Rain-tent cover up adalah kegiatan membuka/menutup palka dengan menggunakan plastik/tenda hujan pada waktu hujan.
2. Cargodoning
Cargodoning, adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali/jala-(ex tackle) di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/lapangan penumpukan barang selanjutnya menyusun di gudang/lapangan penumpukan barang atau sebaliknya19. Pengguna Jasa menyerahkan Surat Penunjukan Kerja kepada Divisi Pelayanan Terminal/Divisi Usaha Bongkar Muat apabila terdapat Perjanjian Kerja Sama bongkar Muat dalam periode tertentu maka tidak diwajibkan untuk menyerahkan Surat Penunjukan Kerja) dengan dokumen meliputi :
a. Barang yang akan dibongkar (Jenis, Sifat,dan jumlah barang) b. Manifest
c. PIB (untuk barang Impor)
Kemudian dokumen yang diserahkan dan/atau disampaikan akan diperiksa, apabila dokumen pendukung tidak lengkap maka dikembalikan ke pengguna jasa untuk dilengkapi dan jika dokumen yang diserahkan lengkap maka akan dibuatkan perhitungan Ongkos Pelabuhan Tujuan (OPT), Hasil dari perhitungan jasa OPT adalah Estimasi Biaya barang diserahkan kepada Bank/Kasir dan Pengguna Jasa lalu Pengguna Jasa akan membayar Estimasi Biaya Barang melalui CMS/Uper kepada Bank/Kasir yang akan memberikan persetujuan CMS/Uper. Jika pengguna jasa membayar tidak sesuia dengan
19
perhitungan jasa OPT, maka pengguna jasa wajib melunasi melalui Bank/Kasir. Persetujuan yang diberikan oleh Bank/Kasir merupakan bukti CMS/Uper yang akan didistribusikan kepada pengguna jasa dan Divisi Pelayanan Terminal/Divisi Usaha Bongkar Muat. Sesuai PPKB penetapan dan bukti CMS/Uper, Divisi Pelayanan Terminal dan Divisi Usaha Bongkar Muat melakukan pembongkaran secara langsung meliputi :
1) Rencana Kegiatan (Operating Planning) antara lain : a. Standar Kinerja / Produktivitas Kerja
b. Kebutuhan TKBM
c. Supervisi Pelayanan Bongkar Muat d. Alat dan Kleengkapan Bongkar Muat e. Stevedor / Foreman dan Tally Man.
2) Mengajukan kebutuhan jumlah pengadaan TKBM ke Koperasi TKBM
Pelayanan Terminal/Divisi Usaha Bongkar Muat melaksanakan Pelayanan pembongkaran dengan :
1. Mengkoordinir pelaksanaan pembongkaran barang dari kapal sesuai perencanaan yang telah ditetapkan;
2. Melaksanakan koordinasi dengan pihak kapal, pengguna jasa serta melakukan monitoring pelaksanaan pembongkaran untuk menjamin kelancaran sesuai perencanaan yang telah ditetapkan
3. Tally man mengisi Tally Sheet, dan Chekker mengisi Time Sheet,
Daily Report, Statement of Fact, kemudian stevedor
menyampaikan kepada pengguna jasa
4. Membuat laporan hasil realisasi pembongkaran secara langsung dan diserahkan kepada pengguna jasa dan Instansi terkait
5. Pembongkaran barang Import pelaksanaannya harus menunggu dokumen eksport (PIB) yang telah disahkan oleh Bea dan Cukai 6. Apabila terjadi kerusakan/kekurangan barang pada waktu
pembongkaran maka dibuatkan Berita Acara Kerusakan/Damage Cargo Report
7. Hasil realisasi kegiatan pembongkaran serta dokumen pendukung diserahkan kepada Bank/ Kasir dan Pengguna Jasa
8. Selanjutnya Bank/Kasir menerbitkan nota Tagihan berdasarkan Laporan Realisasi kegiatan pembongkaran dan diserahkan kepada pengguna jasa
Kegiatan diatas belum termasuk kegiatan yang meliputi :
a. Long distance adalah kegiatan memindahkan barang dari samping kapal (ex tackle) ke gudang/tempat penumpukan lain yang merupakan gudang/tempat penumpukan dimana kapal sandar atau sebaliknya yang jaraknya melebihi 130meter.
b. Over brengen (pindah lokasi) adalah memindahkan barang dari gudang/tempat penumpukan yang satu ke gudang/tempat penumpukan lainnya dalam daerah pelabuhan atau dari ship-side ke gudang khusus untuk itu.
c. Angkutan Bandar adalah alat angkut untuk memindahkan barang dari kapal ke dermaga atau sebaliknya dengan menggunakan tongkang.
3. Receving/Delivery
Receving/Delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari
timbunan/tempat penumpukan di gudang/lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai tersusun di atas kenderaan di pintu gudang/lapangan penumpukan atau sebaliknya.20
4. Truck Lossing
Truck Lossing adalah pekerjaan membongkar dari kapal langsung ke truk/tongkang dilambung kapal dan selanjutnya mengeluarkan dari tali/jala-jala (ex tackle) serta menyusun ke truk/tongkang atau sebaliknya
5. Transportasi
Transportasi berasal dari kata latin yaitu transportare, dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Jadi, transportasi berarti mengakut atau membawa sesuatu dari suatu tempat ke tempat lainnya. Ini berarti transportasi merupakan suatu jasa yang di berikan guna menolong orang lain atau barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Usaha transportasi ini bukan hanya gerakan berupa barang dan orang dari suatu tepat ke tempat lain dengan cara dan kondisi yang statis tanpa perubahan, tetapi transportasi diusahakan selalu perbaikan dan
20
kemajuannya sesuai dengan perkembangan dan kemajuan peradaban teknologi. Dengan demikian transportasi diusahakn perbaikan dan peningkatannya, sehingga tercapai efisiensi yang lebih baik. Ini berarti bahwa orang akan selalu berusaha mencapai efisiensi transportasi sehingga pengangkutan barang dan orang akan memakan waktu secepat mungkin dengan pengeluaran biaya yang sekecil mungkin. Ada berbagai rupa transportasi, namun demikian setiap bentuk tasnportasi itu terdapat empat unsur pokok transportasi yaitu jalan, kenderaan dan alat angkut, tenaga penggerak dan terminal.Dalam hubunga ini, perbaikan transportasi terjadi bila mana dilakukan atau terjadi perbaikan dari salah satu atau lebih unsur-unsur transportasi tersebut. Namun demikian, perbaikan sistem transportasi secara keseluruhan dapat pula berlangsung bilamana di usahakan atau terdapat perbaikan dalam organisasi, sistem dan pengaturan yang bersangkutan. Pada dasarnya pengangkutan atau memindahkan penumpang atau barang dengan transportasi adalah dengan maksud untuk dapat mencapai tempat tujuan dan menciptakan/menaikkan utilitas atau kegunaan dari barang yang diangkut. Utilitas dapat diciptakan oleh transportasi atau pengangkutan tersebut khususnya barang yang diangkut ada dua macam yaitu : Utilitas tempat (Place Utility) dan Utilitas waktu (Time Utility)
a. Utititas Tempat (Place Utility), dalam hal ini adalah kenaikan/tambahan nilai ekonomi atau nilai kegunaan dari suatu komoditi yang diciptakan dengan mengangkutnya dari suatu
tempat/daerah, dimana barang tersebut mempunyai kegunaan yang lebih kecil ke tempat/ daerah dimana barang tersebut mempunyai kegunaan yang lebih besar.
b. Utilitas Waktu (Time Utility), transportasi akan mengakibatkan terciptanya kesanggupan dari barang untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan menyediakan barang yang bersangkutan tidak hana dimana mereka dibutuhkan, tetapi juga pada waktu yang tepat bilamana mereka diperlukan, hal ini adalah sehubungan dengan terciptanya utilitas yang disebut dengan utilitas waktu (time utility). Barang-barang seperti buah-buahan dan sayur-sayuran dan bermacam-macam jenis juga kadang-kadang disimpan sehingga barang tersebut dapat dkonsumsi untuk waktu yang lebih lama dari pada hanya priode waktu produksi saja.
Dengan adanya transportasi akan menciptakan time utility, tetapi yang menjadi titik berat dalam hal ini adalah menciptakan place utility,yaitu memindahkan barang ketempat lain dimana kebutuhan utilitasnya lebih tinggi.
a. Kapal
Kapal adalah kenderaan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai dan sebagainya)
Berdasarkan jenisnya, kapal barang dapat dibagi menjadi :21
1) Kapal konvensional, untuk muatan kering dengan menggunakan sistem stowage konvensional
2) Kapal tipe geladak terbuka, untuk memperbaiki pengaturan muatan (stowage)
3) Kapal khusus container
4) Kapal roll on-roll off (RORO) dengan pintu belakang. 5) Kapal lift on-lift off (LOLO)
6) Kapal muatan tongkang (lighters aboardship) (lash/Seabee) 7) Kapal untuk muatan sangat berat yang dilengkapi dengan
alat-alat angkut khusus
8) Kapal untuk muatan khusus kedaraan bermotor 9) Kapal khusus penumpang
10) Kapal barang curah kering (bulk carries) 11) Tangkers untuk muatan cair
12) Kapal-kapal yang berkembang sangat cepat dalam angkutan laut yaitu Kapal khusus countainer, Kapal tanker serta Kapal muatan curah (bulk carries)
b. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun ka atas) atau jumlah seluruhnya penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan jika mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut. Penerapan penduduk usia kerja 15 tahun adalah setelah ILO (International Labour Organization) mengintruksikan agar batas usia kerja adalah 15 tahun, sedangkan pada statistik Indonesia sejak tahun 1971, batas usia kerja yang semula 10 tahun atau lebih
dirubah menjadi 15 tahun atau lebih. Semenjak dilaksanakannya SAKERNAS 2001, batas usia kerja yang semula 10 tahun atau lebih dirubah menjadi 15 tahun atau lebih mengikuti definisi yang dianjurkan ILO.
Pelaksanaan bongkar muat yang meliputi stevedoring, cardogoring dan reciving/delvery dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat, dimana secara teknis waktu pelaksanaan Gilir Kerja (shift) yakni jam kerja selama 8 jam termasuk istirahat 2 jam, untuk kegiatan muat dengan pergantian tenaga kerja bongkar muat pada setiap gilir kerja.
Sebelum diterbitkannya INPRES No.4 tahun 1985 Jo. INPRES No.3 tahun 1991 tentang kebijakan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi, maka kegiatan bongkar muat barang di tangani oleh perusahaan pelayaran, namun berdasarkan keadaan sebelum dikeluarkannya paket deregulasi melalui INPRES No.4 Tahun 1985 tersebut kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan sering mengalami keterlambatan sehingga tidak efisien mekanisme pekerjaan dan pelayanan bongkar muat barang di pelabuhan yang disebabkan birokrasi yang berbelit belit serta timbulnya biaya tambahan yang mengakibatkan High cost economy.
Berdasarkan ketentuan INPRES Nomor 4 Tahun 1985 diatur mengenai tata laksana bongkar muat barang (cargo handling). Ada beberapa hal mendasar mengenai kegiatan bongkar muat barang yang ditata ulang melalui kebijakan deregulasi untuk mengurangi biaya bongkar muat barang, yaitu :
1. Kegiatan bongkar muat barang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan untuk tujuan tersebut,
2. Dalam masa satu tahun setelah diberlakukannua bongkar muat barang tidak dilakukan lagi oleh perusahaan pelayaran
3. Pelaksanaan kegiatan bongkar muat barang dilakukan dalam tiga gilir kerja (Shift), yakni yang terdiri dari
Gilir kerja I : 0800-16.00 Gilir kerja II : 1600-2400 Gilir kerja III :2400-0800
Dengan diberlakukannya keputusan Menteri Perhubungan tersebut maka para pengusaha banyak yang mendirikan perusahaan bongkar muat (PMB) yang khusus menyediakan jasa bongkar muat barang. Di samping itu perusahaan-perusahaan pelayaran yang sudah ada juga membentuk usaha baru dalam kegiatan bongkar muat yang merupakan usaha terpisah dari perusahaan pelayaran. Sehingga pada kenyataannya terlihat ada perusahaan bongkar muat yang didirikan oleh pengusaha non pelayaran, dan ada perusahaan bongkar muat yang didirikan para pengusaha pelayaran.22
D. Perlindungan terhadap Objek (Barang) yang Diangkut pada Kapal yang Bersandar
1. Pengangkutan Barang Dengan Kapal
Menurut Pasal 466 KUHD, pengangkutan adalah barang siapa yang baik dengan perjanjian carter menurut waktu atau carter menurut perjalanan, maupun dengan perjanjian jenis lain, mengaitkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang, sedangkan tentang apa yang diartikan dengan barang KUH Dagang tidak memberikan rumusannya, KUH Dagang hanya menyebutkan secara umum tentang “barang” saja.
The hague rules di dalam Pasal 1 (c) memberikan pengertian “barang” sebagai berikut:
“Goods, includes goods, wares, merchandise and articles of every kind what so ever exept live animals and cargo which by the contract of carriage is states as being carried on deck and is so carried”.
Jadi menurut pasal tersebut pengertian barang, yaitu barang-barang pecah belah dan barang-barang-barang-barang dalam lalulintas perniagaan dan berbagai macam hal apa saja, kecuali hewan yang hidup dan untuk diangkut yang di letakkan di dek (palka)
Sedangkan The Hamburg Conventation, mengartikan barang itu lebih luas, yaitu meliputi juga binatang-binatang yang hidup dan barang-barang yang dimasukkan kedalam container (tempat barang) atau plat (pembungkus).23
2. Pejanjian Pengangkutan
Sebelum diuraikan tentang perjanjian pengangkutan, maka terlebih dahulu perlu diketahui apa yang dimaksud dengan perjanjian. Menurut R. Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang
23
Wiwoho Soedjono. Hukum Dagang. Suatu Tinjauan tentang Ruang Lingkup dan Masalah yang Berkembang dalam Hukum Pengangkutan di Laut Bagi Indonesia. Bina Aksara.
berjanji kepada seseorang lain atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.24
Terdapatnya sumber-sumber formal aturan hukum yang bertujuan untuk melindungi konsumen di bidang transportasi laut menunjukkan adanya perlindungan hukun secara normatif, artinya perlindungan hukum yang didasarkan pada ada tidaknya norma-norma hukum yang dapat dijadikan sebagai dasar konsumen untuk melindungi hak-hak dan kepentingan-kepentingannya dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha agar terciptanya kepastian hukum bagi konsumen terutama terhadap hak dan kepentingan konsumen yang harus dilindungi sehingga konsumen akan dengan mudah berlindung di balik norma-norma atau aturan-aturan hukum tersebut sebagai sarana perlindungan bagi dirinya.
Mengenai pengertaian perjanjian juga diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang menyebutkan “Suatu perjanjian adalah sauatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”
Dengan memperhatikan batasan pengertian tentang perjanjian tersebut dengan meletakkan titik berat pada melaksanakan suatu hal maka dalam hal perjanjian pengangkutan ini melaksanakan sesuatu hal adalah tidak lain dan melaksanakan pengangkutan atau memberikan jasa pelayanan angkutan, dan inilah yang merupakan prestasi dalam perjanjian pengangkutan tersebut.
Jadi perjanjian pengangkutan dapat dirumuskan sebagai suatu peristiwa yang telah mengikat seseorang untuk melaksanakan pengangkutan menyebrang laut karena orang tersebut telah berjanji untuk melaksanakannya, sedang orang lain telah pula berjanji untuk melaksanakan suatu hal yang berupa memberikan sesuatu yang berupa pemberian imbalan (upah). Kerena perjanjian itu menyangkut dua pihak, maka perjanjian demikian itu kita sebut perjanjian timbal balik dan karenanya menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak.25
Selanjutnya menurut Soegijatna Tjakranegara menyatakan, perjanjian pengangkutan ini, adalah consensuil (timbale balik) dimana pihak pengangkut mengakibatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dari dank ke tempet tujuan tertentu, dan pengiriman barang (pemberi order) membayar biaya/ongkos angkutan sebagai mana yang disetujui bersama, disini dapat dilihat kedua belah pihak mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan.26 Perjanjian pengangkutan niaga adalah persetujuan dengan mana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkuta penumpang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, dan penumpang atau pengirim mengikatkan diri untuk membayar biaya angkutan.27
25
Wiwoho Soedjono, Hukum Pengangkutan Laut di Indonesiadan Perkembangannya, Penerbit Cipta, Jakarta, 1995, hlm.67
26
Soegitjana Tjakranegara, Hukum Penggangkutan Barang dan Penumpang, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.1995, hlm 67
27
Dari berbagai definisi tersebut jelas dapat dilihat bawa yang menjadu esensi perjanjian pengnankutan adalah adanya hubungan hukum secara timbale balik antara pengangkut (penyediaan jasa angkutan) dengan penumpang dan/atau pengirim barang (penyedia jasa-jasa angkutan dimana masing-masing pihak mempunyai kewajiban dan hak, pihak pengangkut berkewajiban menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan/atau barang dari pelabuhan asal ke pembayaran (ongkos) sesuai yang telah disepakati. Sedangkan pihak penumpang dan/atau pengirim barang berhak mendapatkan jasa angkutan dari pelabuhan asal sampai ke pelabuhan tujuan serta berkewajiban membayar ongkos (biaya) angkutan sesuai yang telah disepakati.
Perjanjian pengangkutan seperti halnya pada perjanjian pada umumnya untuk sahnya harus memenuhi syarat-syarat seperti yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata Jo Pasal1338 Perdata. Adapun yang dimaksud sebagai pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan adalah pihak pengangkut dan pihak pemakai jasa. Pihak pemakai jasa itu bias orang yang disebut dengan penumpang, bias pengirim, /penerima barang dan bias pula pengguna penyediaan kapal dalam hal terjadi perjanjian carter.
Dalam The Hamburg Rules 1978 mengenai pengertian perjanjian pengangkutan diatur dalam Pasal 1 ayat 6 yang menyebutkan:28
“Contract of carriage” by sea menas any contract where by carrier understakes against payment of freight to carry goods by
sea one port to another, however, a contract which involves carriage by sea and also carriage by some other means is deed to be a contract of carriage by sea for the purpose of this convention only is so for as it relates to the carriage by sea”.
Dari ketentuan diatas dapat diartikan bahwa :
“Perjanjian pengangkutan di laut (contract of carriage by sea) ialah setiap perjanjian yang memberikan kewajiban pada pengangkut untuk melakukan pengangkutan di laut dari pelabuhan