• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekomendasi dan tindak lanjut yang perlu diperhatikan adalah:

1. Perlu diterapkan kurikulum berbasis outcome yang menggunakan berbagai hasil penelitian tentang standar kompetensi (standards of competencies).

2. Orientasi yang digunakan dalam kurikulum SD masa depan adalah pertama-tama orientasi yang dimulai dari pengembangan kecakapan hidup sebagai insan yang sehat jasmani dan rohani serta memiliki dasar-dasar nilai-nilai karakter dan kebangsaan sebagai warga negara dan manusia religius. Kemudian, orientasi ke arah pengembangan diri dalam kemampuan berpikir, proses, dan komunikasi serta keterampilan praktis. Setelah penekanan pada kedua orientasi itu, barulah terakhir orientasi kepada kemampuan menguasai kompetensi mata-mata pelajaran, seperti bahasa daerah, bahasa nasional, dan bahasa asing, matematika dan ilmu pengetahuan alam, serta humaniora, dalam hal ini sejarah dan ilmu pengetahuan sosial serta seni dan kerajinan tangan.

3. Pendidikan karakter lebih ditekankan pada proses keteladanan dan proses pembiasaan. Nilai-nilai karakter berlandaskan budaya bangsa , kewirausahaan dan ekonomi kreatif agar dapat dimasukan/terintegrasi di dalam naskah akademik agar dapat memayungi seluruh naskah mata pelajaran.

4. Evaluasi prestasi belajar siswa hendaknya berdasarkan penilaian acuan kriteria

(criterion-referenced assessment), bukan penilaian acuan norma (norm-(criterion-referenced assessment). Dengan

kata lain, penilaian menjurut kurikulum berbasis kompetensi hendaknya berdasarkan sejauh mana siswa mencapai kompetensi yang ditetapkan secara nasional dalam kurikulum yang berlaku, bukan berdasarkan tingkat kemampuan rata-rata siswa di sekolah atau wilayah tertentu.

5. Penilaian kompetensi berbagai mata pelajaran sekolah dasar baik yang dilakukan guru maupun yang dilakukan dalam ujian nasional sebaiknya lebih menekankan penilaian unjuk kerja, bukan pengetahuan mata-mata pelajaran agar guru lebih terdorong menerapkan pendekatan belajar aktif dalam implementasi kurikulum. Melalui cara ini, ada kesinambungan antara penerapan belajar aktif dan penilaian. Sehingga seluruh siswa berhak naik kelas.

75 7. Jumlah hari efektif dalam satu tahun pelajaran adalah 200 hari efektif.

8. Pembagian waktu tahun pelajaran menggunakan sistem caturwulan. Roster pelajaran hendaknya bersifat fleksibel sesuai dengan tuntutan kurikulum. Agar guru mampu menerapkan pendekatan tematik (terintegrasi) dan pendekatan mata pelajaran dalam proses belajar-mengajar, model-model roster yang menekankan pengembangan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung hendaknya diterapkan.

9. Perlu diberikan pelayanan kepada anak berkebutuhan khusus pada SD biasa dengan menerapkan standar penilaian yang sesuai dengan kekhususan anak.

10. Bahasa asing, seperti bahasa Inggris dapat dipilih sekolah berdasarkan pertimbangan manfaat bagi anak didik dan sebaiknya diajarkan sejak kelas 1 , dan wajib mulai IV.

11. Pengembangan dan implementasi kurikulum hendaknya memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak usia SD.

12. Untuk Sejarah dalam IPS hendaknya lebih menekankan pengembangan keterampilan sejarah (historical skills) daripada pengetahuan sejarah dan untuk Geografi dalam IPS hendaknya lebih menekankan pengembangan keterampilan geografi (geographic skills) daripada pengetahuan geografi.

13. Jam belajar kelas 1 dan 2 SD/MI hendaknya ditambah agar mendekati atau sama dengan jam belajar kelas 3 s.d. kelas 6 SD/MI, karena waktu belajar kelas 1 dan 2 terlalu singkat sehingga kurang efektif mengembangkan kemampuan baca-tulis-hitung sebagai alat untuk mempelajari konsep ilmiah.

14. Materi konsep yang diambil dari mata pelajaran hendaknya berupa konsep esensial yang umum dan mencakup banyak konsep kecil.

15. Model kurikulum berpusat kepada anak (child-centered).

16. Bahasa, matematika, dan teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat belajar (learning

tools) diajarkan tersendiri pula walaupun terintegrasi dalam pendekatan tematik.

17. Model kurikulum yang dikembangkan hendaknya masih berciri umum dan diberi ruang kebebasan lebih besar bagi guru untuk membuat modifikasi, perubahan sesuai dengan konteks di lapangan.

18. Perlu diterapkan peran guru fasilitator mata pelajaran atau bidang khusus (middle managers atau middle leaders) di SD/MI.

19. Kepada guru hendaknya diberi kebebasan untuk mengembangkan bentuk silabus dan RPP sesuai dengan kebutuhannya.

20. Model kurikulum yang dikembangkan hendaknya masih berciri umum dan diberi ruang kebebasan lebih besar bagi guru untuk membuat modifikasi, perubahan, dan manuver dalam

76 koridor yang disepakati dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan konteks dan kebutuhan setempat serta mampu mengadopsi perkembangan baru dalam temuan ilmu dan teknologi serta masalah yang berkembang yang mempengaruhi perkembangan anak. Untuk itu, pola-pola matriks dalam penyusunan silabus dan pola narasi vertikal dalam penyusunan RPP hendaknya tidak diwajibkan bagi seluruh guru di tanah air. Untuk itu, diberi kebebasan kepada guru untuk mencari dan mencoba bentuk silabus dan RPP sesuai dengan tuntutan kreativitas berpikir dan pemecahan masalah. Konsekuensinya, alat evaluasi standar isi hendaknya bersifat fleksibel.

21. Perlu diterapkan peran guru fasilitator mata pelajaran atau bidang khusus (middle managers atau middle leaders) yang bertanggung jawab mengembangkan kemampuan profesional rekan sejawat melalui inhouse training dan cara peningkatan mutu guru lainnya.

22. Model rapor tidak diseragamkan, tetapi dikembangkan sendiri oleh sekolah agar laporan kepada orang tua siswa mencakup banyak data yang berguna untuk kemajuan belajar anak. 23. School assembly diterapkan untuk melatih kompetensi siswa, misalnya dalam berpidato,

berdeklamasi, bernyanyi, bermain musik, bermain drama, menari, dan bercerita sekaligus sebagai forum untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai religius, etika, budaya, dan sosial dalam diri anak.

24. Memberikan pelayanan kepada siswa yang berkebutuhan khusus, seperti anak autis, anak yang mengalami kesulitan perilaku dan sulit berkomunikasi, anak yang mengalami disleksia, anak tunanetra, anak tunagrahita, anak tunarungu, dengan standar penilaian yang sesuai dengan kekhususan anak.

25. Model kurikulum berpusat kepada anak (child-centered) sebagai perwujudan pandangan konstruktivisme belajar, sesuai dengan karakeristik siswa, dan berbasis budaya dan alam. Sekolah dasar hendaknya terfokus kepada peningkatan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (Calistung) melalui penekanan mata pelajaran bahasa dan matematika yang akan berdampak terhadap meningkatnya seluruh prestasi siswa, termasuk pada mata-mata pelajaran lain, jika kompetensi bahasa dan matematika diterapkan dan dikembangkan dalam kegiatan-kegiatan mata-mata pelajaran lain. Selain itu, mata-mata pelajaran lain dilaksanakan dengan penekanan kepada inkuiri (pencarian untuk menemukan), pemecahan masalah, dan kerja praktik. Dengan kata lain, pendekatan belajar aktif tidak hanya dilaksanakan dalam mata pelajaran bahasa dan matematika tetapi juga mata-mata pelajaran lain. Belajar aktif dilakukan dengan menggabungkan kegiatan bermain dan belajar dengan lebih menekankan pendekatan pedagogis daripada pengajaran.

77 26. Sistem penilaian menganut penilaian acuan kriteria, bukan penilaian acuan norma. Dalam pelaksanaan penilaian dikembangkan alat penilaian kompetensi yang mampu menilai ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara terpadu. Guru tidak terlalu terbebani untuk melaksanakan beragam tes eksternal tetapi sebaliknya guru membuat sendiri alat penilaian dan lebih menekankan menggunakan umpan balik deskriptif daripada angka / nilai kuantitatif, dan tidak saling membandingkan satu siswa dengan siswa-siswa lain. Hal ini membantu guru terfokus kepada proses belajar-mengajar yang bebas dari rasa takut agar kreativitas dan sikap berani mengambil risiko didorong. Guru memiliki kebebasan yang lebih nyata dalam merencanakan waktu jika tidak terfokus kepada tes akhir semester atau ujian nasional.

27. Prinsip pengembangan kurikulum bukanlah memberikan ilmu kepada anak tetapi menggunakan konsep-konsep ilmu yang relevan untuk mencapai tujuan sekolah dasar, seperti berkembangnya berbagai kecerdasan anak, kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah, serta sikap dan nilai-nilai religius, moral, sosial, dan budaya bangsa yang sesuai dengan taraf perkembangan anak usia SD.

28. Kepala sekolah hendaknya menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah yang tercermin pada karakteristik: memiliki visi yang jelas, mampu memimpin, transparan, akuntabel, mampu mendorong staf guru, ada pembagian dan pendelegasian tugas, demokratis, dan memiliki sense of teamwork dalam diskusi dan pengambilan keputusan, mampu bekerja sama dengan orang tua siswa dan komite sekolah, menerapkan inhouse training secara berkala dalam kontinuitas dan memanfaatkan akses pelatihan, studi banding, magang, dan studi lanjut untuk mengembangkan kemampuan profesional guru.

78

Dokumen terkait