• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Dalam Negeri AS Dan Luar Negeri Sehubungan Dengan Invasi Ke Irak 1. Respon Dalam Negeri AS

KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP IRAK

E. Respon Dalam Negeri AS Dan Luar Negeri Sehubungan Dengan Invasi Ke Irak 1. Respon Dalam Negeri AS

Secara khusus, serangan AS ke Irak menimbulkan kontroversi dari kalangan politisi AS sendiri. Misalnya dari keraguan yang diajukan mantan Menteri Luar Negeri AS Medeleine Albright yang mempertanyakan apakah perang melawan Irak tidak akan melemahkan prioritas utama AS untuk memenangkan perang melawan teroris 76. Apalagi tujuan politik dibalik rencana perang ini menjadi tidak jelas dan semakin lebar. Hal ini terbukti dengan keinginan AS yang terbagi-bagi sehubungan dengan rencana penyerangan ini, apakah untuk menjatuhkan rezim Saddam, atau dilakukannya kembali proses perlucutan senjata pemusnah massal Irak, atau merupakan bagian dan kampanye untuk melawan terorisme global.

Kontroversi dari anggota Kongres Dennis J. Kucinich yang berasal dan Ohio mengungkapkan bahwa kekhawatirannya lebih mengarah pada dampak ekonomi 74 Ibid., h. 23 75 Ibid. 76

yang akan dihadapi AS jika AS tetap melanjutkan perang terhadap Irak. Anggaran AS akan mengalami defisit karena biaya perang sangatlah tinggi. Pemerintah tidak mungkin akan mengeluarkan kebijakan kenaikan pajak, sehingga jalan satu-satunya adalah dengan mencetak dolar AS lebih banyak lagi. Hal ini berarti AS akan mengalaini inflasi hingga mencapai dua persen. Apabila ini terjadi, maka bukan tidak mungkin pemerintah AS akan sangat kesulitan untuk membiayai program

Social Security and Medicare. Apalagi pemenintah juga harus bekerja keras untuk mengembalikan kembali surplus anggaran belanja seperti yang pernah dilakukan oleh era pemerintahan Bill Clinton.77

Mantan Jaksa Agung AS Ramsey Clark dan sekelompok orang yang tergabung dalam International Action Center juga memberikan surat kepada DK PBB pada tanggal 20 September 2002. Dalam suratnya tersebut, Clark menyatakan bahwa apabi1a penyerangan AS terhadap Irak tetap dilakukan, maka ancaman terbesar terhadap kemandirian tujuan-tujuan PBB bukanlah Irak namun justru AS sendiri. Karena itulah ia menghimbau agar PBB bersikap tegas untuk menghentikan rencana AS untuk menyerang Irak.78

Anggota Kongres AS lainnya seperti Nick Rahall –atas inisiatif pribadi bersama-sama anggota Partai Demokrat Iainnya seperti Jim Mc Dermot, David Bonior dan Mike Thompson mengatakan bahwa Presiden AS telah menggiring rakyat AS secara keliru untuk menghujani Irak dengan aksi militer. Padahal, yang diperlukan justru membiarkan tim inspeksi persenjataan PBB yang diketuai oleh

77 Ibid. 78

Hans Blix bekerja dengan baik, tanpa harus dibayangi intimidasi dan ancaman militer.79

2. Respon Internasional Dibalik Rencana AS Menginvasi Irak

Rencana AS menyerang Irak menimbulkan pro dan kontra di berbagai negara di dunia. Bahkan perpecahan terjadi di tubuh Dewan Keamanan PBB. Amerika Serikat, Inggris, Spanyol dan Bulgaria setuju pada klausul serangan militer. Posisi itu ditentang Perancis, Rusia, Cina, Jerman dan Suriah. Sedang Angola, Kamerun, Cile, Guinea, Meksiko dan Pakistan pada posisi abstain. Menlu Perancis Dominique de Villepin menyatakan bahwa mayoritas anggota DK PBB lebih ingin memberi kesempatan kepada tim inspeksi senjata PBB (UNMOVIC) untuk menuntaskan tugasnya, termasuk melakukan verifikasi berbagai bukti yang dipaparkan Collin Powell.

Hal ini diperkuat oleh Sekjen PBB Kofi Annan yang menyatakan bahwa “komunitas internasional telah mengirimkan pesan yang sangat jelas kepada Irak, dan (Irak) harus mendengarkannya dengan seksama” 80. Rusia bersikap skeptis pada bukti-bukti yang diajukan Collin Powell. Menlu Rusia Igor Ivanov menyatakan bahwa beban pembuktian itu terletak pada rezim di Baghdad itu sendiri. Ivanov menegaskan bahwa Rusia tetap memilih berada dalam satu posisi dengan Perancis dan Cina.81 79 Ibid. 80 Kompas, 31 Januari 2003 81 Ibid.

Perpecahan juga terjadi di tubuh Eropa. Delapan negara Eropa mendukung rencana AS menyerang Irak. Perdana Menteri (PM) Inggris, Tony Blair dan PM Spanyol Jose Maria Aznar, berinisiatif mengeluarkan surat bersama yang didukung negara-negara Eropa lainnya untuk memperkuat posisi AS. Kedelapan negara itu meliputi Inggris, Spanyol, Italia, Portugal, Denmark, Hongaria, Polandia dan Ceko. PM Italia Silvio Berlusconi juga menyatakan bahwa negaranya siap menjadi pangkalan udara AS, jika AS melaksanakan rencananya menyerang Irak. Posisi ini berseberangan dengan Perancis, Jerman dan Belgia yang menentang rencana AS. Sementara itu Swiss dan Finlandia mendesak semua pihak memberi kesempatan kepada tim inspeksi senjata PBB (UNMOVIC) untuk menuntaskan tugasnya.82

Sementara itu PM Inggris Tony Blair gagal memperoleh dukungan Perancis setelah bertemu dengan Presiden Jacques Chirac. Dalam pertemuan itu, Chirac bersikeras bahwa kekuatan militer belum boleh dilakukan. Chirac menyatakan bahwa perang selalu menjadi penyelesaian terburuk dan yang terpenting adalah mengizinkan tim inspeksi PBB menuntaskan pekerjaan mereka di Irak.83

Gelombang protes menentang aksi serangan AS ke Irak menggema di seluruh penjuru dunia. Unjuk rasa massal berlangsung di seluruh Eropa. Di Duesseldorf, Jerman bagian barat, sebanyak 7.000 orang membentuk rantai manusia sambil membawa lilin. Lalu sekitar 3.000 orang ikut dalam unjuk rasa damai di kota Ulm, Jerman Selatan. Di kota Strausbourg, Perancis, sebanyak 80 orang ikut dalam unjuk

82

Ibid. 83

rasa yang diserukan oleh Partai Muslim Prancis guna menentang perang terhadap Irak.

Namun yang paling Fenomenal adalah demonstrasi anti perang yang berlangsung pada 15 Februari 2003. “Dunia menolak perang! Jangan serang Irak” adalah tema demonstrasi yang bersejarah tersebut 84. Demonstrasi itu berlangsung dimulai dan Sydney di Australia, kemudian bersambung seperti estafet ke berbagai belahan dunia di lebih dari 650 kota. Sifatnya memang sangat global, dimulai dari Montreal (Kanada) hingga Cape Town (Afrika Selatan), dari Melbourne ke Paris. Penduduk dari berbagai kota di sudut-sudut dunia yang tidak terkenal sekalipun turut melakukan demonstrasi.

Berbagai unjuk rasa massa yang dilontarkan di berbagai belahan bumi, menunjukkan fakta bahwa masyarakat internasional tidak menginginkan terjadinya perang untuk kesekian kalinya di kawasan Timur Tengah. Tentunya, penyelesaian damai yang diharapkan bakal terjadi, berpulang kepada kearifan Saddam untuk bersungguh-sungguh bekerja sama dengan tim inspeksi persenjataan PBB dan tidak menutup-nutupi kepemilikan senjata pemusnah massalnya. Tetapi, arif seorang Saddam harus pula dibarengi oleh sikap bijak seorang Bush, agar mengendurkan nafsunya untuk menyerang Irak dan memberi kesempatan kepada Irak untuk

84

Kompas, 17 Februari 2003. Demonstrasi ini mencatatkan rekor-rekor baru. Di Sidney demonstrasi tersebut dikatakan yang terbesar di Australia setelah Perang Vietnam. Demonstrasi di Berlin juga dinilai sebagai terbesar di Jerman sejak Perang Dunia II. Menurut Scotland Yard, demonstrasi serupa di London disebut sebagai protes terakbar yang pernah ada. Setidaknya 750.000 orang hadir di sana. Kantor berita AFP menyebutnya sebagai one of the biggest global peaces protests in history. Penyelenggara demonstrasi anti perang itu -United For Peace & Justice (UJP)- mengatakan, sekitar 11,5 juta umat manusia telah memadati jalanan di berbagai kota besar. Menurut UJP, demonstrasi ini adalah yang terbesar yang pernah teradi di dunia. UPJ adalah koalisi dari sekitar 200 kelompok pecinta damai di dunia, yang menggalang berbagai organisasi di AS dan dunia untuk mengorganisir jaringan penentangan perang atas Irak.

membuktikan bahwa negaranya tidak memiliki senjata pemusnah massal. Tetapi yang terjadi lain, walaupun Saddam telah menunjukkan sikap kooperatifnya kepada tim inspeksi senjata PBB, dan Irak tidak terbukti menyimpan atau memproduksi senjata pemusnah massal, dan juga tidak ada bukti keterkaitan dengan jaringan Al-Qaeda, namun Presiden Bush tetap bersikeras untuk menyerang Irak dengan kekuatan militer.