• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A Pajak Penghasilan

E. Review Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Penyusutan Harta Berwujud dan Pajak Penghasilan, yaitu :

1. Skripsi

Yohana Thresmaningsih Malvinas (2005) telah melakukan penelitian tentang analisis kebijakan penentuan metode penyusutan aktiva tetap berwujud untuk tax planning di PT. Primissima. Hasil penghitungan yang telah dilakukan oleh penulis, yaitu metode penyusutan saldo menurun menghasilkan jumlah biaya penyusutan yang lebih besar daripada metode penyusutan garis lurus, sehingga jumlah Penghasilan Kena Pajak berdasarkan metode saldo menurun lebih kecil daripada Penghasilan Kena Pajak berdasarkan metode garis lurus. Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan Penghasilan Kena Pajak, maka semakin kecil Penghasilan Kena Pajak, Pajak Penghasilan terutang juga semakin kecil, begitu juga sebaliknya. Nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang berdasarkan metode garis lurus adalah sebesar Rp18.543.056.452,00 sedangkan nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang berdasarkan metode saldo menurun adalah sebesar Rp18.410.111.610,00. Dari hasil penghitungan ini, diperoleh kesimpulan bahwa metode penyusutan saldo menurun menghasilkan Pajak

Penghasilan yang lebih kecil, sehingga sebaiknya PT. Primissima menggunakan metode penyusutan saldo menurun, karena PT. Primissima dapat melakukan penghematan pajak.

Yohanes Aris Dwi Hartono (2008) telah melakukan penelitian tentang pemilihan metode depresiasi aktiva tetap untuk perencanaan pajak penghasilan di Perusahaan Kusumatex Yogyakarta. Hasil penghitungan yang telah dilakukan oleh penulis, yaitu total Pajak Penghasilan pada metode depresiasi garis lurus adalah sebesar Rp35.887.650,00 sedangkan total Pajak Penghasilan pada metode saldo menurun adalah sebesar Rp40.738.850,00. Perbedaan jumlah pajak tersebut disebabkan oleh tarif penyusutan dan perbedaan jumlah depresiasi aktiva tetap setiap tahunnya. Dari hasil penghitungan ini, diperoleh kesimpulan bahwa metode depresiasi garis lurus menghasilkan jumlah Pajak Penghasilan terutang lebih kecil, sehingga metode depresiasi yang lebih tepat digunakan oleh Perusahaan Kusumatex Yogyakarta untuk memperkecil Pajak Penghasilan adalah metode depresiasi garis lurus.

Asih Trisnawati (2009) telah melakukan penelitian tentang analisis penentuan metode penilaian persediaan dan penentuan metode penyusutan harta berwujud untuk tax planning di Penerbit-Percetakan Kanisius. Hasil penghitungan yang telah dilakukan oleh penulis, yaitu untuk masalah pertama diperoleh nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang dengan metode Average adalah sebesar Rp5.307.121.889,00 sedangkan nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang dengan metode First In First Out

(FIFO) adalah sebesar Rp4.948.190.397,00. Perbedaan tersebut menghasilkan selisih sebesar Rp358.931.492,00 yang merupakan penghematan pajak jika Penerbit-Percetakan Kanisius menggunakan metode FIFO, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa metode FIFO menghasilkan Pajak Penghasilan terutang lebih kecil daripada metode Average. Hasil penghitungan untuk masalah kedua, yaitu nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang dengan metode garis lurus adalah sebesar Rp6.211.478.283,00 sedangkan nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang dengan metode saldo menurun adalah sebesar Rp6.002.031.235,00. Perbedaan tersebut menghasilkan selisih sebesar Rp209.447.048,00 yang merupakan penghematan pajak jika Penerbit-Percetakan Kanisius menggunakan metode saldo menurun, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa metode depresiasi saldo menurun menghasilkan Pajak Penghasilan terutang lebih kecil daripada metode depresiasi garis lurus.

Aswin Yudhi Gunawan (2009) telah melakukan penelitian tentang analisis pemilihan metode penyusutan harta berwujud bukan bangunan untuk meminimalkan beban pajak di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Bandung. Hasil penghitungan yang telah dilakukan oleh penulis, yaitu total Pajak Penghasilan terutang berdasarkan metode penyusutan saldo menurun adalah sebesar Rp6.653.712.800.000,00 sedangkan berdasarkan metode penyusutan garis lurus adalah sebesar Rp6.659.367.377.000,00 Dari hasil penghitungan ini, diperoleh kesimpulan bahwa metode penyusutan saldo menurun menghasilkan total Pajak Penghasilan terutang

lebih kecil daripada metode penyusutan garis lurus, sehingga metode penyusutan saldo menurun lebih tepat digunakan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk untuk meminimalkan beban pajak perusahaan.

Hendra Oentoro (2009) telah melakukan penelitian tentang pengaruh metode depresiasi bukan bangunan terhadap laba fiskal, Pajak Penghasilan (PPh) terutang, PPh Pasal 25, dan PPh Pasal 28A/29 di PT. Nugraha Karya Dhaniwisata. Hasil penghitungan yang telah dilakukan oleh penulis, yaitu terdapat perbedaan besarnya biaya depresiasi dengan menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun. Perbedaan metode depresiasi tersebut berpengaruh terhadap besarnya laba fiskal, PPh terutang, dan PPh pasal 25. Namun, perbedaan metode depresiasi tersebut tidak berpengaruh terhadap besarnya PPh pasal 28A/29.

2. Jurnal

Siana M. Widjaja (2001) telah melakukan penelitian tentang kajian hukum pajak: keuntungan metode saldo menurun dari metode garis lurus dalam penyusutan. Hasil dari penelitian ini, yaitu dengan menggunakan metode penyusutan saldo menurun terdapat penghematan pajak, bila dibandingkan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus. Hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan analisis kedua metode penyusutan yang diperbolehkan oleh peraturan perpajakan, yaitu metode garis lurus dan metode saldo menurun dalam rangka mengetahui metode mana yang lebih menguntungkan diantara keduanya.

Soddin Mangunsong (2002) telah melakukan penelitian tentang peranan tax planning dalam mengefisienkan pembayaran Pajak Penghasilan di PT. Sepatu Bata Tbk. Ada dua hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pertama, terdapat perbedaan yang signifikan antara laba komersial dengan laba kena pajak. Selisih laba yang signifikan ini mengakibatkan laba kena pajak PT. Sepatu Bata Tbk menjadi besar. Kedua, tax planning berperan dalam mengefisienkan pembayaran Pajak Penghasilan PT. Sepatu Bata Tbk. Perencanaan pajak (tax planning) dikatakan efisien, karena menurut uji statistik yang dilakukan, Pajak Penghasilan sebelum tax planning berbeda secara signifikan dengan Pajak Penghasilan setelah menggunakan tax planning.

Intan Nursyah Alam (2003) telah melakukan penelitian tentang perbedaan kebijakan akuntansi dan fiskal: penyusutan, amortisasi, leasing dan revaluasi aktiva tetap. Hasil dari penelitian ini, yaitu terdapat perbedaan antara kebijakan akuntansi dan fiskal untuk penyusutan, amortisasi, leasing, dan revaluasi aktiva. Perbedaan ini disebabkan masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Tujuannya lebih kepada penyampaian informasi keuangan yang bersifat kuantitatif, yang tepat waktu, relevan, dan dapat diperbandingkan kepada pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan untuk akuntansi, sedangkan untuk fiskal/pajak lebih kepada penyampaian informasi perpajakan yang cepat, tepat, dan lengkap kepada administrasi pajak.

Nyoman Sentosa Hardika (2007) telah melakukan penelitian tentang perencanaan pajak sebagai strategi penghematan pajak. Hasil dari penelitian ini, yaitu perencanaan pajak merupakan tahap pertama dalam penghematan pajak. Strategi penghematan pajak disusun pada saat perencanaan. Pada umumnya, penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban Pajak. Perencanaan pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan Wajib Pajak.

Yessica Dewi Aryanti (2013) telah melakukan penelitian tentang penerapan perencanaan pajak untuk meminimalkan pembayaran Pajak Penghasilan PT. “X” di Semarang. Ada tiga hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pertama, PT. “X” telah menerapkan perencanaan pajak dalam menyusun laporan laba rugi fiskal tahun 2011, tetapi strategi perencanaan pajak yang telah diterapkan PT. “X” belum optimal, yang tampak dari beban-beban yang sebenarnya dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto. Kedua, dampak yang terjadi pada PT. “X” setelah mengoptimalkan perencanaan pajak, yaitu laba komersial mengalami kenaikan sebesar Rp4831.419,00 dan laba fiskal berkurang sejumlah Rp56.180.575,00 sehingga mengakibatkan besarnya Pajak Penghasilan badan terutang berkurang sebesar Rp7.022.500,00. Ketiga, dengan mengoptimalkan perencanaan pajak, maka PT. “X” dapat melakukan penghematan pajak dan hal lain yang menguntungkan bagi PT. “X” adalah kas hasil penghematan pajak tersebut dapat digunakan untuk mendukung kegiatan operasional yang lain.

53 BAB III