• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan

2. Pelaku Investor

2.2. REVIEW PENELITIAN TERDAHULU

Wilson (1986) menemukan bukti bahwa ada muatan informasi tambahan dari pembedaan laba bersih dengan arus kas operasi dan akrual. Bernard dan Stober (1989) menunjukkan bahwa pembedaan laba bersih dengan arus kas operasi dan akrual tidak mempunyai muatan informasi tambahan melebihi laba bersih. Livnat dan Zarowin (1990:237) menyatakan bahwa model penilaian menunjukkan bahwa unexpected cash inflow or outflow dari operasi dalam periode tertentu akan mempengaruhi harga saham melalui pengaruhnya pada arus kas, sehingga diharapkan komponen arus kas dari aktivitas operasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham. Rayburn (1986) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara arus kas dari operasi dengan hasil dari investasi saham (return).

Namun pendapat di atas di bantah oleh Ali (1994) yang menyatakan bahwa laporan arus kas tidak memberikan informasi dalam hubungannya dengan return saham kepada para pemegang saham. Hal ini dikarenakan arus kas operasi yang positif mencerminkan realitas ekonomi perusahaan yang baik sehingga harga saham dan return saham diharapkan dapat meningkat, begitu pula sebaliknya. Pendapat ini konsisiten dengan yang dilaporkan Triyono dan Jogiyanto (2000) yang menyatakan bahwa arus kas operasi mempunyai hubungan maupun pengaruh yang signifikan dengan harga saham namun tidak terhadap return saham. Wahyuni (1998) dan Ngaisah (1998) dan Dilah

Utami (1999) dalam penelitiannya tidak berhasil mendapatkan hubungan yang signifikan antara arus kas operasi dengan return saham.

Miller dan Rock (1985) berpendapat bahwa peningkatan investasi berhubungan dengan peningkatan arus kas masa yang akan datang dan mempunyai pengaruh terhadap return saham pada saat pengumuman investasi akan memberikan reaksi yang positif terhadap return saham, pendapat ini di dukung oleh Livnat dan Zarowin (1990) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara arus kas investasi dengan return saham. Konsisten dengan pendapat Bernard dan Stober (1989) yang menyatakan bahwa arus kas investasi tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham. Di Indonesia hasil yang dilaporkan oleh Triyono dan Jogiyanto (2000) menyatakan bahwa arus kas investasi tidak berhubungan dengan return saham tetapi terdapat hubungan yang signifikan dengan harga saham. Riset mengenai pengaruh investasi terhadap return saham telah dilakukan oleh Miller dan Rock (1985). Hasil studi ini tidak konsisten dengan hasil studi Livnat dan Zarowin (1990), Bernard dan Stober (1989) yang keduanya menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara arus kas investasi dengan return saham.

Arus kas pendanaan mempengaruhi harga, dan return saham didasarkan signalling theory yang menyatakan bahwa penerbitan hutang merupakan sinyal yang baik untuk menaksir kas. Berdasarkan teori ini pasar akan bereaksi terhadap pengumuman penerbitan hutang. Smith (1986) berpendapat bahwa berdasarkan teori keuangan, penerbitan atau penarikan saham biasa akan berpengaruh terhadap return saham. Penerbitan utang dan penerbitan saham mengakibatkan arus kas pendanaan akan bersifat positif. Arus kas pendanaan yang positif mencerminkan perusahaan akan memiliki kesempatan tumbuh sehingga diharapkan harga saham mengalami peningkatan

dan Jogiyanto (2000 :54-66) dalam kondisi pasar modal Indonesia menemukan bukti bahwa arus kas pendanaan mempunyai hubungan signifikan dengan harga saham tetapi tidak dengan return saham.

Pendapat yang menyatakan pentingnya laporan arus kas dikemukakan oleh George Stabus (1961) dengan teori investornya, yang berpendapat bahwa biasanya kebutuhan investor adalah untuk peramalan tentang kesanggupan perusahaan untuk mendapatkan kas di masa yang akan datang. Lebih lanjut Stabus mengemukakan bahwa kas yang akan diterima investor di masa yang akan datang terkandung pada kemampuan perusahaan untuk melakukan pengeluaran kas, keinginan manajemen untuk membayar investor dan prioritas pembayaran terhadap klaim investor. Dari teori ini Stabus menyimpulkan bahwa peranan laporan arus kas sangat penting untuk memenuhi kepentingan informasi investor dalam proses pengambilan keputusan investasi.

Penelitian mengenai pentingnya analisis terhadap arus kas telah pula dilakukan oleh Finger (1994: 221-223), Finger melakukan penelitian dengan menguji kemampuan laba untuk menunjukkan bahwa: laba merupakan prediktor yang signifikan atas laba dimasa mendatang untuk 88% perusahaan dan arus kas adalah prediktor yang lebih baik atas arus kas untuk periode prediksi jangka pendek, dibandingkan prediktor laba. Hasil penelitian Finger tidak mendukung pernyataan FASB bahwa laba adalah prediktor yang lebih baik atas arus kas dibandingkan dengan arus kas. Bedford (1971) berpendapat bahwa laporan arus kas adalah relevan secara umum untuk model pengambilan keputusan.

Miller dan Rock (1985) berargumen bahwa pasar akan bereaksi negatif terhadap pengumuman pendanaan dari luar, karena akan berpengaruh terhadap arus kas dari aktivitas operasi yang lebih rendah untuk masa yang akan datang. Smith (1986) berargumen berdasarkan teori keuangan bahwa penerbitan atau penarikan saham

berpengaruh terhadap arus kas dari aktivitas pendanaan adalah model dari Miller dan Rock (1985) yang memprediksi bahwa perubahan dividen berhubungan dengan return saham. Dividen yang meningkat memberikan sinyal terhadap arus kas masa yang akan datang, yang diharapkan mempunyai pengaruh terhadap return saham. Cheng, Liu dan Schaeler (1997) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa arus kas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham.

Diyanti (2000) meneliti hubungan laba bersih dan arus kas dengan return pada saham di Bursa Efek Jakarta pada periode 1994-1997. Laba bersih memperlihatkan hubungan yang lebih kuat daripada arus kas. Parawiyati dan Zaki Baridwan (1998) dengan mengambil sampel 288 laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ untuk periode 1989-1994, menyimpulkan laba dan arus kas merupakan prediktor yang baik untuk meramalkan arus kas masa depan. Manurung (1998) dengan periode pengamatan 1994-1995 juga menemukan arus kas operasi yang surplus menunjukkan korelasi yang positif dengan kinerja saham, meskipun lemah. Kesimpulan ini mendukung pemikiran bahwa arus kas yang positif akan meningkatkan harga saham atau kinerja perusahaan di bursa.

Tabel II-1. Review Penelitian Sebelumnya

Informasi Akuntansi Peneliti Hasil Penelitian

Laba, piutang, persediaan, biaya operasional, NPM

Parawiyati (2000)

Informasi keuangan signifikan berhubungan dengan prediksi pertumbuhan laba dan arus kas periode satu tahun.

Laba dan arus kas Wiwik Utami & Suharmadi (1998)

Informasi penghasilan berpengaruh positif terhadap harga saham

Arus kas operasi, investasi, pendanaan

Dilah Utami (1999)

Tidak ada muatan informasi tambahan pada arus kas operasi, investasi dan pendanaan.

Informasi Arus kas dan laba

Zaki Baridwan & parawiyati (1998)

Laba dan arus kas merupakan prediktor yang baik untuk meramalkan arus kas masa depan

Laba akuntansi & arus kas

Triyono (1998) Total arus kas tidak mempunyai hubungan

signifikan dengan harga saham. Namun pemisahan ketiga komponen arus kas yaitu arus kas operasi, investasi dan pendanaan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap harga saham.

Arus kas operasi, laba akuntansi

Charles

Gultom (1999)

Relevansi nilai arus kas operasi yang dilaporkan tidak lebih kuat dari laba akuntansi akrual dalam hubungannya dengan perubahan harga saham yang ditentukan dengan unexpected return.

Komponen Arus kas & laba akuntansi

Jogiyanto & Triyono

Laporan arus kas operasi mempunyai hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham namun tidak terhadap return saham. Arus kas investasi tidak berhubungan dengan return saham tetapi terdapat hubungan yang signifikan terhadap harga saham. Arus kas pendanaan mempunyai hubungan yang positif terhadap harga saham tetapi tidak dengan return saham.

Arus kas operasi, investasi dan pendanaan

Livnant & Zarrowin (1990)

Arus kas operasi dan pendanaan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap return saham, tetapi arus kas investasi tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham.

Arus kas Adler

Manurung (1998)

Arus kas operasi yang surplus menunjukkan korelasi yang positif dengan kinerja saham, meskipun lemah.

BAB III

Dokumen terkait