• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

Lampiran 5: Rincian Materi Kaderisasi Bagi 4 Orang Katekis Sukarelawan

PENDALAMAN IMAN DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN

Pertemuan I Judul Pertemuan : Keterampilan dan spiritualitas

Tujuan :Agar peserta dapat terampil dan mampu memahami spiritualitas sebagai seorang pemimpin katekese

Waktu Pelaksanaan : Kamis, 6 Februari 2014, pkl 19.00-20.00 WIB Tempat : di rumah umat

Metode : Informasi, sharing, Tanya jawab, Refleksi pribadi Sarana : LCD, laptop

Sumber Bahan : Heryatno W.W. SJ, 2012. Pendidikan Agama Katolik II untuk Mahasiswa Semester II, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidik-an Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Telaumbanua, Marianus.1999. Ilmu Kateketik. Hakikat, Metode dan Peserta Katekese Gereja. Jakarta.OBOR, Lalu, Yosef.. 2005. Katekese Umat. Jakarta: KWI

Langkah-langkah pelaksanaan:

Lagu pembukaan: Dalam Yesus Kita Bersaudara (teks)

Pengantar: Selamat malam bapak/ibu yang terkasih dalam Kristus. Pada pertemuan pertama, kita akan memahami pengertian tentang katekese dan tujuannya. Dalam pertemuan ini kita diajak untuk lebih mendalaminya. Selain itu, keterampilan juga dibutuhkan dalam memmimpin katekese. Maka dari itu, pada kesempatan ini kita akan belajar keterampilan baik cara berkomunikasi maupun metode dalam berkatekese agar membuat katekese menjadi menarik. Doa pembukaan

Allah Bapa yang Maha Pengasih, kami mengucap syukur kepada-Mu atas segala rahmat kesehatan yang telah Engkau berikan kepada kami. Bapa, pada pertemuan ini kami akan memahami tentang katekese dan cara berkatekese dengan baik. Sudilah kiranya Engkau memberkati pertemuan ini agar kami dapat meresapkan dan memahami sehingga kami dapat melaksanakan katekese dengan baik. Semua doa ini kami serahkan kehadirat-Mu lewat perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin. Pengertian katekese

Katekese: Katekese adalah “Pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang- orang dewasa dalam iman, khususnya menyampaikan ajaran Kristen yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen”.

(7)   

Tujuan khas katekese ialah: berkat dan bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda ataupun tua (CT, 20). Pengertian berkomunikasi dan cara berkomunikasi dengan umat:

Berkomunikasi ialah percakapan antara satu orang dengan orang lainnya. Komunikasi yang terjadi dalam Katekese Umat adalah komunikasi antar orang- orang dengan pengalaman tertentu pada situasi tertentu yang dilatarbelakangi kebudayaan tertentu. Maka secara praktis, kemampuan/keterampilan komunikasi perlu ditekankan antara lain:

 Kemampuan berkomunikasi dan berelasi sehingga mampu mengumpulkan. Menyatukan dan mengarahkan kelompok sampai kepada suatu tindakan nyata  Kemampuan mengungkapkan diri, berbicara, dan mendengarkan

 Kemampuan menciptakan suasana yang memudahkan peserta untuk mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang lain

Metode katekese: Salah satu metode yang dinilai lebih efektif dan efisien dalam Mewartakan Kabar Gembira harus berciri dialogal, yang menekankan pentingnya hubungan pribadi antara katekis dan para pendengarnya

Tanya jawab oleh peserta Spiritualitas

Adapun unsur-unsur yang patut dimiliki oleh katekis sejalan dengannya sebagai pewarta ialah: iman, pengharapan dan cinta kasih.

a. Iman seorang katekis

Iman mencakup pengiyaan diri Allah dan kebenaran-Nya tetapi sekaligus penaklukan diri pada kehendak Allah. Imanlah yang menjadi dasar relasi dan persahabatan seseorang dengan Allah. Iman katekis dinyatakan dengan cara: membiasakan diri berkontemplasi supaya dapat merenungkan misteri yang tersembunyi dalam Allah dan yang diwahyukan dalam Yesus. Katekis diharapkan tidak melalaikan kontemplasi dalam keheningan dan kesediaan mendengarkan Allah karena bila diabaikan, kata-kata yang diucapkan dalam setiap pewartaannya adalah kata-kata manusiawi biasa yang tidak berdimensi ilahi dan tidak keluar dari iman yang hidup. Katekis diharapkan memiliki cita rasa biblis karena bahan meditasi dan bacaan rohani katekis adalah Kitab Suci, khususnya Perjanjian Baru. Katekis diharapkan memiliki cita rasa liturgis karena Sabda Allah otentik diwartakan dalam liturgi. Katekis diharapkan memiliki cita rasa teologis untuk menjaga agar pengetahuan teologis yang dimiliki dan ditemukan tidak terasing dari doa-doanya. Selain itu, katekis diharapkan memiliki cita rasa eklesial seraya mengambil bagian dalam setiap perjuangan, pencarian, kegelisahan, kegembiraan, dan penderitaan Gereja (Telaumbanua, 1999:171-173).

Misteri Allah yang diwartakan katekis adalah juga misteri manusia, dengan siapa katekis berhadapan. Kerajaan Allah dikonkretkan dan terjadi dalam diri mereka, dalam kemanusiaan yang utuh. Hidup iman katekis sifatnya kontemplatif, suatu permenungan atas hakikat manusia dalam terang Kristus.

(8)   

Katekis merenungkan bukan hal-hal yang luar biasa tetapi peristiwa hidup sehari- hari. Dalam pelaksanaan katekese, refleksi iman penting karena dapat menyentuh dan menggerakkan hati seseorang untuk bertindak.

b. Pengharapan seorang katekis

Pengharapan adalah suatu keutamaan yang membuat seseorang mampu mengatasi segala rintangan. Dalam katekese kita berjuang bersama di hadapan Allah dan serentak berjuang mengalahkan diri sendiri. Dengan merefleksikan keutamaan pengharapannya kepada Allah, katekis dimungkinkan berjiwa besar menghadapi kesulitan dalam tugas dan rela menanggung derita serta berdaya mengatasinya. Refleksi dan pengalaman personal ini sekaligus menjadi bahan katekese juga.

Salib dalam hidup katekis adalah menanggung kebodohan dirinya sendiri dan orang lain, menghadapi rintangan dari berbagai pihak dan memikul konsekuensi yang kerap tak terelakkan dari tugas yang diembannya. Dalam pengharapan, ia makin yakin bahwa misinya pasti membawa hasil, sebab Sabda yang ia wartakan adalah Sabda yang membawa kebebasan dan bukan penghukuman.

c. Cinta Kasih seorang katekis

Cinta kasih seorang katekis terarah untuk mengusahakan kemuliaan bagi Allah dengan jalan memperkenalkan Allah yang mengutusnya. Karya cinta yang asasi terdiri atas berkobarnya semangat untuk membuat Allah dikenal dan dicintai. Untuk itu katekis diharapkan tidak melalaikan bahwa hukum yang pertama dan terutama adalah mengasihi Allah yakni dengan jalan menyembah, mengagumi, dan bersyukur karena Allah dan karena misteri cinta-Nya.

Memperkenalkan Allah dan rencana cinta-Nya dalam Kristus tentu saja merupakan suatu aksi cinta yang sungguh mulia. Dalam hal ini perlulah sang pewarta mencintai kebenaran dengan seluruh nilainya. Sekalipun ada banyak bentuk cinta, namun cinta akan kebenaran surgawi lebih agung, sebab ia mengundang manusia ke perjamuan ilahi dan mengantar manusia ke Kerajaan Allah, ke dalam cinta Allah. Cinta kepada sesama dari pihak katekis terarah kepada semua orang yang bekerja sama dengannya, termasuk komunitas gerejawi di mana dia hidup.

Tanya jawab (oleh peserta) Refleksi (oleh peserta)

(9)   

Pertemuan II

Judul Pertemuan : Mengenal katekese model dan langkah-langkah Shared Christian Praxis

Tujuan : Agar peserta mengetahui dan memahami proses pelaksanaan katekese model SCP baik pengertian katekese model SCP maupun langkah-langkahnya sehingga peserta mampu melaksanakan katekese umat di lingkungan

Waktu Pelaksanaan : Kamis, 13 Februari 2014, pkl 19.00-20.00 WIB Tempat : di rumah umat

Metode : Informasi, sharing, Tanya jawab, Refleksi pribadi Sarana : LCD, laptop, teks lagu, teks cerita

Sumber Bahan : Pujaraharja, Bl. 1983. 20 Thema Katekese Umat. Jakarta:OBOR, Sumarno Ds, M. SJ, 2012. Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Langkah-langkah Pelaksanaan:

Lagu pembukaan: Saudara Bersatulah (MB. 171) Pengantar

Selamat malam bapak/ibu yang terkasih dalam Kristus. Selamat datang dan selamat berjumpa kembali pada pertemuan yang kedua ini. Pada pertemuan ini kita akan bersama-sama melihat, memahami dan mendalami katekese model pengalaman hidup yang nantinya akan digunakan sebagai model berkatekese. Semoga dalam pertemuan ini kita bisa saling bekerjasama satu dengan lainnya untuk memahaminya.

Doa pembukaan

Allah Bapa yang Maha Baik, kami umat-Mu mengucap syukur kepada-Mu atas penyertaanMu pada hari ini. Bapa, pada mala mini kami akan melaksanakan pertemuan pendampingan yang kedua. Sudilah kiranya Engkau memberkati pertemuan dari awal hingga akhir ananti agar pertemuan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Semua doa ini kami haturkan kepada-Mu lewat perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin

Pengertian katekese model SCP

SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) ialah Pendalaman iman umat model pengalaman hidup. Shared Christian Praxis menekankan proses berkatekese bersifat dialogal dan partisipatif yang bermaksud mendorong peserta. Model katekese ini bermula dari pengalaman hidup peserta yang direfleksi secara kritis dan dikonfrontasikan pengalaman iman dan visi kristiani supaya muncul sikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru.

(10)   

Peristilahan umum 1. Praxis

 Praxis bukanlah hanya suatu praktek tetapi suatu tindakan yang sudah direfleksikan

Praxis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk perubahan hidup yang meliputi kesatuan antara praktek dan teori

Praxis merupakan suatu praktek yang didukung oleh refleksi teoritis dan sekaligus suatu refleksi teoritis yang didukung oleh praktek

Praxis mempunyai 3 unsur pembentuk saling berkaitan: aktivitas, refleksi, kreativitas

2. Refleksi Kritis

suatu kegiatan manusia yang meliputi 3 unsur: akal budi (mengevaluasi masa sekarang), ingatan (menyikap masa lalu dan masa sekarang) dan imaginasi (menghadapi masa depan dalam masa sekarang)

3. Sharing-dialog

 Sharing berarti berbagi rasa, pengalaman, pengetahuan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain

 Dialog dimulai dari diri sendiri dan diungkapkan selaras dengan pengalamannya sendiri dalam suasana penuh persaudaraan dan cinta kasih.

 Dalam dialog ada 2 unsur penting: membicarakan dan mendengarkan Memahami langkah-langkah model SCP

Thomas Groome mengemukakan 5 langkah Shared Christian Praxis 1. Langkah 1: Mengungkap pengalaman hidup peserta

2. langkah 2: Mendalami pengalaman hidup peserta 3. Langkah 3: Menggali pengalaman iman Kristiani

4. Langkah 4: Menerapkan Iman kristiani dalam situasi peserta konkrit 5. Langkah 5: Mengusahakan suatu aksi konkrit

Mendalami langkah I dan II

Langkah I: Mengungkap pengalaman hidup peserta

 Bisa dengan suatu pengalaman faktual sehubungan dengan tema

 Bisa dengan pertanyaan-pertanyaan pendalaman pengalaman: apa, yang mana, kapan

 Kemudian bagaimana rangkuman pokok tentang langkah I ini sesuai dengan tema dan tujuan.

(11)   

Langkah II: Mendalami pengalaman hidup peserta

 Bisa dengan merumuskan pertanyaan pendalaman: mengapa, bagaimana  Merangkum tentang arah refleksi ini baik masa lampau, sekarang, maupun

masa depan

 Mencari hubungan dengan langkah III untuk masuk pada Tradisi dan Visi Kristiani

Tanya jawab (oleh peserta)

Doa penutup (spontan oleh peserta)

Pertemuan III

Judul Pertemuan : Memahami dan Mendalami langkah III, IV dan V dalam SCP

Tujuan : Agar peserta mampu melaksanakan katekese dengan langkah-langkah yang baik dan benar sehingga membantu umat paham dan dengan mudah mengikuti proses katekese Waktu Pelaksanaan : Kamis, 20 Februari 2014, pkl 19.00-20.00 WIB

Tempat : di rumah umat

Metode : Informasi, sharing, Tanya jawab, Refleksi pribadi Sarana : LCD, laptop, teks lagu, Kitab Suci

Sumber Bahan :Pujaraharja, Bl. 1983. 20 Thema Katekese Umat. Jakarta:OBOR, Sumarno Ds, M. SJ, 2012. Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Langkah-langkah Pelaksanaan:

Lagu pembukaan: Hatiku Gembira (MB.172) Doa pembukaan

Allah Bapa di Surga terimakasih atas segala rahmat dan perlindungan-Mu sehingga kami masih Engkau berikan nafas kehidupan. Bapa, pada mala mini kami akan melanjutkan pertemuan pendampingan kami yang ketiga. Sudilah kiranya Engkau memberikan berkat kepada kami agar kami mampu mamahami materi yang akan kami pelajari pada mala mini. Semuanya kami mohon kepada- Mu lewat perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin

Pengantar

Bapak/ibu yang terkasih dalam Kristus. Selamat malam dan berkah dalem. Pada mala mini kita akan melaksanakan pertemuan pendampingan yang ketiga. Dua minggu yang lalu kita sudah membahas mengenai pengertian katekese, tujuan, metode dan keterampilan dan katekese model pengalaman hidup beserta langkah-

(12)   

langkah pelaksanaannya. Pada malam ini kita akan mendalami langkah III, IV dan V.

Memahami dan mendalami langkah III

Langkah III: Menggali pengalaman iman Kristiani

 Menarik kesimpulan dari langkah I dan II, dan bisa menghubungkan dengan tema dari Kitab Suci atau Tradisi Gereja yang dipilih

 Presentasi tafsir Kitab Suci atau Tradisi Gereja yang sesuai dengan tema dan tujuan

 Pendalaman bisa dilakukan dengan pertanyaan atau bisa dengan ceramah dialogal

 Menarik pesan inti dari Kitab Suci atau Tradisi sehubungan dengan tema dan tujuan

Tanya jawab (oleh peserta)

Memahami dan mendalami langkah IV

Langkah IV: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit  Menarik pesan ini dalam relevansi dengan situasi peserta

 Bisa dengan pertanyaan yang menghubungkan pesan ini dengan langkah I dan II

 Pokok-pokok mana yang bisa dterapkan dalam situasi peserta: dalam hal ini peserta bisa dibantu oleh pengalaman atau kesaksian pembimbing yang merangsang peserta untuk sanggup dan mampu untuk mewujudkan pesan ini dalam situasi peserta konkrit

Memahami dan mendalami langkah V

Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkrit  Rangkuman perjalanan dari langkah I s/d IV

 Langkah-langkah konkrit mana yang bisa diwujudkan sebagai pembaharuan batin

 Langkah-langkah konkrit mana yang bisa diwujudkan sebagai perwujudan niat pribadi/bersama (terutama niat bersama bisa diskusi bersama), yang mau diusahakan guna pembaharuan hidup

Penutup bisa dibuat secara liturgis dengan merangkum isi pendalaman lima langkah, disusul dengan doa (umat) pribadi/bersama, doa penutup bersama/pribadi atau menyanyi

Tanya jawab (oleh peserta)

(13)   

Pertemuan IV

Judul Pertemuan : Demo katekese model Shared Christian Praxis

Tujuan : agar pemimpin dan umat semakin memahami katekese model SCP dan bisa melaksanaknnya

Waktu Pelaksanaan : Kamis, 27 Februari 2014, pkl 19.00-20.00 WIB Tempat : di rumah umat

Metode : Informasi, sharing, Tanya jawab, Refleksi pribadi Sarana : LCD, laptop, teks lagu, Kitab Suci

Sumber Bahan :Pujaraharja, Bl. 1983. 20 Thema Katekese Umat. Jakarta:OBOR, Sumarno Ds, M. SJ, 2012. Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Uraian Langkah-langkah, misalnya: a. Identitas

Judul pertemuan : Membina Sikap Adil di Antara Anggota Keluarga Tujuan : Agar pendamping dan peserta semakin memantapkan

diri dalam penghayatan dan penerapan cinta kasih terhadap sesama yang paling dekat

Peserta : Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Tempat : di rumah umat

Hari/tanggal : Kamis, 27 Februari 2014 Waktu : pkl. 19.00-20.15 WIB

Metode : Informasi, sharing, tanya jawab, refleksi pribadi cerita

Model : Shared Christian Praxis

Sarana : Kitab Suci, Teks lagu, teks cerita

Sumber Bahan : Luk 1:39-45, Bergant, Dianne SJ .2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta. Kanisius, KWI. 2011. Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta. OBOR b. Pemikiran Dasar

Pengertian keluarga memang pengertiannya cukup luas. Bukan sekedar terbatas pada suami istri dan anak, tetapi menyangkut orang-orang yang tinggal di dalam satu rumah. Hidup berkeluarga merupakan panggilan dari Tuhan sendiri. Keluarga adalah komunitas pertama dan asal mula keberadaan setiap manusia dan merupakan “persekutuan pribadi-pribadi” yang hidupnya berdasarkan dan bersumber cinta kasih. Kasih sejati dalam keluarga adalah kasih yang membuahkan kebaikan bagi semua angota keluarga. Maka setiap pribadi dalam keluarga semestinya mewujudkan cinta kasih melalui tindakan konkret untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan seluruh keluarga.

Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus tentu saja pernah mengalami hal yang kurang sesuai dengan keadilan di antara mereka, meskipun dilakukan

(14)   

dengan tidak sadar, yang kadang kala merugikan bagi mereka misalnya: mengganggu belajar dengan banyak pekerjaan yang harus dilakukan, berbicara terlalu keras, sehingga orang lain merasa tidak dipenuhi kebutuhan ketenangan batinnya. Injil Lukas 1:39-45 berbicara tentang perjumpaan Maria dan Elisabeth saudarinya. Terlihat bahwa Maria dan Elisabeth hidup rukun sebagai saudara. Kunjungan Maria merupakan rahmat bagi Elisabeth bagi bayi yang dikandungya. Kerukunan dan ketenangan dalam keluarga akan lebih terjamin bilamana setiap anggota keluarga memperhatikan kewajiban dan haknya masing-masing secara jujur dan adil. Diharapkan kita dapat meneladan Maria yang mau peduli dan memperhatikan Elisabeth dengan cara mengunjunginya. Perjumpaan Maria dan Elisabeth saudarinya merupakan cerminan bagi kita untuk menjalankan kerukunan dalam keluarga atau saudara-saudari kita.

c. Pengembangan Langkah-langkah

Pembukaan 1) Pengantar

Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, saya ucapkan selamat malam dan berkah dalem. Dalam pertemuan pendalaman iman ini kita diajak untuk semakin memantapkan diri dalam penghayatan dan penerapan cinta kasih terhadap sesama yang paling dekat yaitu anggota keluarga kita. Inspirasi dari pertemuan ini diambil dari Injil Lukas 1:39-45 tentang perjumpaan Maria dan Elisabeth saudarinya.

2) Lagu pembukaan MB. no. 477 (Tuhan Sumber Gembiraku) 3) Doa Pembukaan

Allah Bapa yang Maha Kasih. Kami mengucap syukur kepadaMu atas keluarga yang telah Engkau anugerahkan pada kami. Bapa, bimbinglah keluarga kami agar keluarga kami dapat saling menjaga kerukunan dan hidup jujur, adil terhadap anggota keluarga kami. Doa ini kamu haturkan kehadiratMu lewat perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Langkah I & II: Mengungkap dan Merefleksikan pengalaman hidup peserta

1) Membagikan teks cerita “Berbagi penghasilan dengan anggota keluarga” kepada peserta dan memberi pada peserta kesempatan untuk membaca dan mempelajari sendiri-sendiri terlebih dahulu

2) Penceritaan kembali isi cerita: Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceriterakan kembali dengan singkat tentang isi pokok dari cerita “Berbagi penghasilan dengan anggota keluarga”

3) Intisari cerita “Berbagi penghasilan dengan anggota keluarga” ialah:

Cerita tersebut menggambarkan keadaan keluarga yang sederhana dan mempunyai penghasilan yang cukup karena pandai dalam mengatur keperluan-keperluan dalam keluarga. Dalam hal ini, keluarga tersebut belum mempunyai rumah. Walaupun begitu, penghasilan dalam keluarga tidak hanya untuk keperluan keluarga intinya saja tetapi untuk membiayai adik-adik dan ipar-iparnya yang tinggal di kota untuk bersekolah karena orang tua dan mertuanya kurang mampu untuk bekerja.

(15)   

4) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan

 Bagaimanakah perasaan anda bila hal ini terjadi pada keluarga anda sendiri?

 Di samping alasan secara ekonomi dan keuangan, adakah kiranya masalah-masalah lain yang dijumpai oleh keluarga ini?

 Kenyataannya keluarga ini masih tetap tabah dan bertahan. Semangat apakah yang mendorong mereka?

 Bagaimana jika anda diposisikan sebagai keluarga yang punya penghasilan yang cukup tersebut?

 Apa anda mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan kepedulian dalam hidup keluarga?

5) Suatu contoh rangkuman

Dalam cerita tentang keluarga tersebut, bahwa ada semangat kepedulian dan dorongan dalam diri untuk membantu keadaan keluarga yang berkekurangan. Keluarga yang berpenghasilan cukup, rela membagikan penghasilan kepada keluarga besarnya walaupun keluarga yang berpenghasilan cukup itu belum mempunyai rumah. Wujud kepedulian keluarga tersebut sangatlah tinggi, Kepedulian yang dilakukan oleh keluarga tersebut dengan keluarga lainnya tentu saja membuahkan kerukunan dalam hidup keluarga mereka. Begitupula jika kita mau peduli dan mengerti satu sama lain terhadap situasi keluarga kita tanpa mementingkan keluarga masing-masing maka kerukunan dan ketenangan akan terjadi dalam keluarga kita.

Langkah III: Menggali pengalaman

1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikope langsung dari Kitab Suci, Lukas 1:39-45 atau dari teks fotocopy yang dibagikan

2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan:

 Kesan apa yang anda peroleh setelah mendengar sabda Tuhan tadi?  Apakah maksud kunjungan ibu Maria kepada ibu Elisabeth saudarinya

itu?

 Bagaimanakah tanggapan ibu Elisabeth terhadap kunjungan ibu Maria?  Segi-segi kehidupan mereka yang manakah yang patut dicontoh? 3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikope

sehubungan dengan jawaban atas pertanyaan di atas

4) Pendamping memberikan tafsir dari Lukas 1:39-45 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya:

Injil Lukas 1:39-45 mengisahkan tentang perjumpaan Maria dan Elisabeth saudarinya. Perlu diketahui bahwa jarak antara Nazaret ke Ain Karim Yudea sekitar 150 km. jalan pegunungan yang terjal, apalagi ibu

(16)   

Maria mengandung sekitar 4 bulan. Tentu bagi seorang wanita merupakan perjalanan yang berat. Kedatangan Maria menyucikan rumah Elisabeth karena kehadiran Tuhan. Perjumpaan Maria juga sebagai wujud kepedulian dan kerukunan sebagai saudara. Kunjungan keluarga sangatlah berarti dan membawa makna tersendiri baik bagi yang dikunjungi maupun yang mengunjungi. Makna yang dapat dipetik dari perjumpaan Maria dan Elisabeth ialah bahwa kunjungan ke rumah saudara atau keluarga merupakan cara sederhana yang dapat membangun kerukunan dan ketenangan dalam keluarga. Begitupula dalam keluarga inti, saling menyapa, menghargai, memberi dan peduli merupakan cara membuat anggota keluarga menjadi nyaman dan harmonis.

Langkah IV & V: Menerapkan iman Kristiani dan mengusahakan aksi konkrit

1) Pengantar

Bapak/ibu yang terkasih dalam Yesus, dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita sudah menemukan makna dan sikap-sikap bagaimana cara hidup sebagai keluarga. Seperti yang dilakukan Maria kepada Elisabeth saudarinya. Meskipun dalam hidup kita sering melupakan saudara kita, tetapi untuk pertemuan kali ini kita diajak untuk bagaimana untuk semakin memantapkan diri dalam penghayatan dan penerapan cinta kasih terhadap sesama yang dekat. Jika dalam keluarga ada kerukunan dan ketenangan tentu saja keluarga menjadi nyaman dan harmonis.

2) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menghayati dan menerapkan cinta kasih terhadap sesama yang paling dekat, kita akan melihat situasi konkrit yang sering kita alami dan usaha yang akan kita lakukan dalam hidup sehari-hari kita dalam keluarga

 Apakah kita semakin disadarkan/diteguhkan untuk selalu hidup peduli

Dokumen terkait