• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lanjut, pada yang terhormat Bapak Adang.

F-PKS (DRS. ADANG DARADJATUN) : Terima kasih.

Bapak Pimpinan dan Bapak Ibu sekalian.

Mungkin kami lebih kepada pendekatan aplikasi, jadi mungkin bisa memberikan bantuan kepada kami pada saat penyiapan DIM nanti. Pada waktu yang lalu PPATK selalu berbicara bahwa apa yang tadi disampaikan oleh Jampidsus bahwa kalau sudah dikirim kepenyidik atau ke penuntut itu tidak pernah ditindaklanjuti. Nah kami lebih bisa diceritakan lagi Pak, masalah mendasar apa yang mungkin dari hasil lidiknya PPATK itu dia tidak memberikan suatu unsur-unsur yang dilakukan tindak lanjut oleh penyidik maupun penuntut. Ini masukan saja tambahan tadi mungkin bisa jadi tambahan sudah dijelaskan tapi saya ingin dijelaskan lagi, dan mungkin ditambah nanti, dengan catatan terlulisnya sehingga kita yakin bahwa ada permasalahan antara input yang masuk ke penyidik dan kenapa itu tidak ditindaklanjuti.

Juga berbicara mengenai aplikasi. Kita selalu kalau beribicara tentang penjelasan undang-undang lampirannya cukup jelas padahal tidak jelas. Kita tahu di pasal 82 dan pasal 100. itu 82 tentang pembentukan Satgas, dan juga pembentukan komite koordinasi nasional. Mungkin kami ingin tahu mekanisme apa yang terbaik karena ini mengkawinkan beberapa struktur maupun badan yang menangani secara bersama. Mungkin pengalaman Bapak selama ini bisa memberikan masukan tentang Satgas tersebut.

Saya juga ingin seperti apa yang disampaikan Pak Nurdin tadi, pendapat Bapak-bapak tentang posisi dan kedudukan PPATK baiknya seperti apa. Khusus untuk BIN mungkin kalau memang rahasia tidak perlu disampaikan bisa tertulis, memang waktu diskusi yang lalu tentang adanya aliran-aliran dana kepada badan.badan organisasi-organisasi yang terus terang apakah itu semacam lembaga swadaya dan sebagainya, yang sulit untuk bisa di cover. Dari data yang di BIN, apakah frekuensinya cukup tinggi atau tidak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik kepada yang terhormat Saudara Ahmad Yani.

F-PPP (AHMAD YANI, SH, MH.) :

Terima kasih Pimpinan, baik barangkali ada beberapa yang ingin kami tanya lebih dalam dalamrangka penyusunan RUU ini. Yang pertama adalah tentang ketentuan umum ini Pak.

Bagaimana pendapat Bapak tentang ketentuan umum ini terutama masalah pasal 1 ayat 3 huruf D.

”transaksi keuangan diminta oleh pusat pelaporan administrasi keuangan dilaporkan oleh pihak pelapor karena harta kekayaan diduga berdasarkan hasil tindak pidana”, terus pasal 1 ayat 5 syarat penyelidikan ini mohon untuk bisa di elaborasi lagi. Terus kedua menyangkut pasal 78 ayat 4, apakah tidak pasal 78 ayat 4 ini menganut azas, tidak menganut azas equality before the law.

Atas ini memberikan pengecualian, pasal 78 ayat 4 ini juga apakah tidak memberikan ruang pada PPATK melakukan ajudge a power. Karena pasal 78 ayat 4 ini jelas pen yidik PPAT tidak dapat dituntut secara perdata atau pidana dalam pelaksanaan penghakhiran penghentian sementara mutasi atau pemblokiran harta kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3.

Bagaimana kalau ternyata dalam praktek pelaksanaannya terjadi adjudge of power.

Karena dan ini juga bertentangan menurut saya dengan UUD kita kesamaan orang dihadapan hukum. Terus yang kedua, sejak kapan seharusnya proses pen yel i dikan yang dilakukan oleh PPATK. Yang berikutnya Pak di pasal 2, di pasal 2 itu hampir seluruh tindak pidana mencakup seluruhnya Pak. Hampir yang dimaksud dengan tindak pidana kekayaan harta korupsi penyelundupan, narkotika, hampir seluruhnya, penculikan, pencurian, penggelapan, dan penipuan.

Apakah ini tidak terlalu luas dan ini juga apakah tidak menyebabkan implikasi, adjudge of power juga karena terlalu luas ruang lingkupnya. Karrna yang ktia tahu uu yang sebelumnya tindak pidana korupsi, narkotika, terorisme dan money laundring. Ataupun kalau mau ditambah adalah tindak pidana perbankan. Ini semua seluruh tindak pidana sudah dirangkum oleh RUU ini sendiri.

Yang berikutnya juga tadi sudah disampaikan oleh beberapa teman tentang penyelidikan, apakah tepat juga otoritas penyelidikan ini diserahkan kepada PPATK. Sebagaimana tadi dikemukakan oleh Pak Marwan sendiri, karena kan pelaporan pusat analisis transaksi keuangan.

Terus diberikan lagi power untuk melakukan penyelidikan. Berikutnya tentang ini juga kita telah mengetahui PPATK tadi di kemukakan beberapa rekan juga. Posisi kedudukan PPATK ini menyangkut masalah struktur. Karena PPATK juga lembaga independent dan mandiri. Apakah dapat dibenarkan pimpinan KPK merangkap-rangkap. Karena dia adalah institusi dia PPATK itu dia fungsi mandiri, apakah dapat dibenarkan. Contohnya sekarang ketua PPATK itu merangkap sekarang anggota Satgas sedangkan Satgas itu adalah bentukan dari Presiden, bagian dari pelaksanaan eksekutif. Hal ini kami mohon pendapat dari Bapak-bapak tentang fungsi kedudukan dan indipendensi kemandirian PPATK.

Yang terakhir tadi Ibu kita sudah mengatakan bahwa penting Undang-undang adalah dapat dialikasikan atau aktftable. Banyak sekali Undang-undang kita yang tidak dapat diaplikasikan, contoh terakhir adalah tentang Undang-undang peradilan tindak pidana korupsi.

Undang-undang itu mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya. Mahkamah Agung pun sudah teriak-teriak kalau dia tidak mampu rekrutiment hakim tindak pidana korupsi. Yang diwajibkan selam dua tahun harus berdiri di seluruh Indonesia. Tapi sampai sekarang rekruitmentnya juga melakukan kesulitan, sumber daya nya juga kurang, kualitasnya juga kurang, dananya pun tidak ada. Dan oleh karena itu mungkin juga yang perlu dibahas juga bagaimana politik anggaran tentang proses penegakan hukum ini.

Nah Bapak-bapak semuanya dari institusi penegak hukum sama-sama kita ketahuhi, politik anggaran kita belum. Padahal kita negara hukum praktek-praktek hukum kita juga harus juga ditopang oleh politik anggaran yang cukup jelas.

Saya kira itu catatan-catatan saya, terus yang terakhir ini. Ini yang terakhir apakah ini tidak me nutup partisipasi masyarakat karena ini yang pihak pelapor ini penyedia jasa keuangan terus apakah profesi konsultan, sekretaris, ... terus bagaimana ruang masyarakat dilihat sebagai pelapor diduga seperti itu. Apakah Undang-undang ini juga dapat berimplikasi pada partisipasi masyarakat atau rakyat. Padahal disatu sisi ada Undang-undang memberikan yang cukup luas terhadap partisipasi masyarakat itu sendiri. Nah ini yang paling penting adalah harmonisasi terhadap Undang-undang yang telah ada. Karena hampir rata-rata Undang-undang kita ini tumpang tindih antara Undang-undang yang satu dengan Undang-undang yang lain.

Jadi barangkali itu Pimpinan catatan-catatan saya karena ini RDPU dan nanti juga akan dibahas secara mendetail pada waktu pembahasan dan saran saya juga pada waktu pembahasan perlu kita juga mendapat narasumber dari Bapak-bapak, bagaimana tadi seperti di kemukakan oleh Pak Marwan cukup menarik, saya kira tentang pembalikan beban pembuktian itu sendiri. Kan ini bagaimana proses politik seperti itu.

Terima kasih KETUA RAPAT :

Baik, Terima kasih Saudara Ahmad Yani. Kita berlanjut sayap kanan. Yang terhormat.

Bapak Andi Rachmat, kami persilahkan.

F-PD (ANDI RACHMAT, SE.) :

Terima kasih Pimpinan, Bapak-bapak dari narasumber kepolisian, kejaksaan dan BIN.

Sedikti saja ya ng ingin kami minta klarifikasi dari kepolisian tadi. Mengenai pasal 19 tentang ketentuan penyimpanan dokumen. Waktunya tadi saya mendengarkan atau menyampaikan ada masalah mengenai waktu. Dikaitkan dengan maksudnya apa ini, Bapak tadi meminta supaya apabila seseorang menghilangkan dokumen sebelum 5 tahun, lalu harus diberikan sanksi berat. Ini yang mungkin harus diberikan klarifikasi.

Yang berikut dari, saya kira tadi ada kesamaan. Menanggapi perluasan dari fungsi PPATK baik dari pihak kepolisian ataupun dari pihak kejaksaan. Mengenai fungsi penyelidikan oleh PPATK yang menurut aturan hu kum yang telah ada fungsi ini dipengang oleh kepolisian. Ini yang menjadi kekhawatiran disini. Tapi kalau kita menyimak dari pada realitas sekarang ini seperti tadi telah Ibu ditunjukkan dari pihak kejaksaan. Mengenai lemahnya hasil atau laporan atau produk yang dibuat oleh PPATK itu sendiri. Karena tidak memiliki nilai pidana, mungkin ini akhirnya, apakah lalu ini tidak menjadi alasan untuk kita lalu kemudian PPATK itu harus diberikan kewenangan penyelidikan. Sebab kalau tidak diberikan kewenangan ini akhirnya kalau hanya fungsi monitoring seperti yang disampaikan oleh fungsi kejaksaannya kembali datanya akan seperti data-data yang tidak bernilai pidana sehingga menyulitkan ditindaklanjuti dari laporan-laporan PPATK. Nah ini mungkin perlu dikaji bersama-sama ini sejauhmana ini. Memang ini sudah diberikan kewenangan didalam RUU ini kepada PPATK. Tetapi tadi ada kewenangan duplikasi fungsi nanti ini saya kira perlu dibuat kesepakatan di pansus ini, perlu juga kita secara internal membahas bagaimana menyikapi ini karena ini duplikasi fungsi. Kalau ke dua-duanya kalau PPATK juga diberikan fungsi penyelidikan yang luas nanti bisa jadi juga tumpang tindih pelaksanaannya sehingga bisa menimbulkan in efisiensi.

Nah ini saya kira saran yang produktif sekali perlu kita tindaklanjuti, dan tambahan saya kira juga terkait dengan ini semua. Saya kira ini perlu kita dalami, mungkin internal ini hubungan terkaitan pasal per pasal ini, masih perlu ini. Saya kira ini rancangannya keberadaan PPATK, pada pasal lain dia menyatakan dia independent, tidak bisa pihak lain yang mencampurtangani, ini berbahaya ini, perlu diperbaiki, tidak boleh ini bunyi pasal seperti ini. Karena ini sudah trauma dengan Undang-undang yang dipegang oleh BI. Dengan fungsi independent yang tidak boleh ada pihak lain yang campur tangan. Di RUU TPPA ini tidak boleh juga satu lembaga yang diberikan kewenangan super power sehingga artinya menyulitkan kita semua, terutama pihak-pihak yang berkait.

Saya kira demikian dahulu. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak Andi Rahmat, saya persilahkan Pak Achsanul Qosasi.

F-PD (ACHSANUL QOSASI) : Terima kasih Pimpinan.

Bapak-bapak dari Kepolisian dan dari BIN.

Saya konsen terhadap pemblokiran. Jangka waktu pemblokiran. Kalau dipasal 42 itu ada 14 hari. Sementara di PPATK itu kalau tidak salah itu 90 hari. Kalau itu diselaraskan itu menjadi 90 hari. Apakah menurut pengalaman Bapak, apakah itu cukup. Kedua, kalau itu cukup apakah perlu

ruang untuk memperpanjang yang didukung satu ayat dalam Undang-undang. Kalau tidak mencukupi, termasuk juga hitungan harinya. Ini hari kerja atau hari biasa. Kami lebih konsen kepada yang Bapak yang mengusulkan ini yang lebih mengetahui berpengalaman tentang lamanya penyidikan untuk penyelidikan atau lamanya pemblokiran yang kira-kira menguntungkan dari pihak kita. Sehingga kita juga tidak terlalu lama memblokir atau kita tidak terlalu cepat diblokirnya.

Ini kaitannya di tim 3 departemen yang dibentuk untuk mengusut kakayaan Robert Tantular yang ada di luar negeri yang disinyalir ada 11 triliun, itukan juga sudah diblokir. Ini apakah ini nanti juga akan, karena begini. Tentunya Undang-undang ini juga kita masuk pada satu pansus yang sudah lama terjadi sehingga ini bisa digunakan untuk kasus-kasus terutama kasus Century yang punya Robet Tantular yang katanya sudah diblokir. Sehingga konsen saya kepada pasal 72 ini mohon juga Bapak dapat memberikan pendapat kepada kami. Disini memang tidak ada sinkronisasi tentang 14 hari kerja dari TPPU dan 90 hari kerja dari PPATK. Kalau toh misalnya itu cukup 90 hari ya tolong Bapak sampaikan 90. ya kalau misalnya biasanya ternyata tidak cukup apakah perlu ruang memperpanjang ini. Karena di pasal 72 ini tidak ada kemungkinan untuk memperpanjang pemblokiran.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT :

Terima kasih. Kita berlanjut kepada Bapak Nasrulah. Kami persilahkan.

F-PAN (H. NASRULLAH, S.IP.) : Terima kasih Pimpinan.

Tadi saya dengar uraian dan juga makalah, makalah masukan dari pihak kepolisian. Yang ada satu point yang tadi juga di kupas oleh teman-teman masalah penyelidikan. Berkaitan dengan itu memang sangat-sangat komplek apakah PPATK mau diberikan ruang penyelidikan atau tidak.

Tapi kenyataannya memang hingga saat ini pun beberapa laporan dari PPATK yang sudah masuk ke penyelidikan maupun yang sudah masuk ke penyelidikan masih belum jelas arahnya kemana.

Data yang terakhir yang saya dapat pada akhir bulan Maret, bahwa PPATK telah memberikan laporan hasil analisa LAH sebanyak 1154 dari 2442 LKTM. Yang 92% itu Kepolisian, kemudian kalau tidak salah 8% itu masuk di kejaksaan.

Dari 92% masuk ke kepolisian sampai saat ini pun kita masih belum tahu pendanaannya.

Mungkin dari 92%, sekian persen berkaitan dengan TNI. Itu yang tadi dipermasalahkan yang memang perlu kita rembuk bersama antara TNI dan PPATK dan pihak yang berwenang untuk merumuskan ini. Nah berkaitan dengan itulah maka mungkin perlu kita pertimbangkan kembalimasukan dari kepolisian, apakah memang betul-betul fungsi penyeledikan dari PPATK itu bermasalah atau justru menyelesaikan masalah. Karena kalau kita lihat misalnya di Kejaksaan itu dari 100 sekian itu yang sudah selesai itu baru 26, itupun menggunakan Undang-undang KUHP di beberapa daerah. Kemudian dari pihak kepolisian ada persoalan. Kalau kemudian PPATK melakukan analisis itu kan bisa berdasarkan LKTM atau pihak pelapor. Nah sementara bukan hanya itu saja kemudian PPATK mempunyai kewenangan untuk melakukan analisis. Bisa juga permintaan dari penyelidik dari kepolisian. Kalau kemudian dari analisis PPATK ternyata ditemukan tindak pidana pencucian uang, apakah hasil penyelidikan itu dikembalikan kepada penyelidik asal atau mungkin ada penyelidik dari TPPU sendiri. Karena kalau itu dikembalikan, dan kemudian itu muncul kalau kemudian itu diserahkan kepada penyelidik TPPU sendiri kan itu tadi ada dua masalah. Kalau kemudian itu diteruskan oleh PPATK menyelesaikan suatu masalah atau artinya tidak terlalu berat, tidak terlalu panjang. Oleh karena itulah kita memang perlu terbuka, apa memang kepolisian untuk menindaklanjuti itu. Dengan SDM yang mungkin perlu ditambah atau dengan operasional yang perlu ditambah. Atau justru mata rantai itu belum kita putus dan kita serahkan kepada PPATK untuk melakukan fungsi penyidikan.

Itu tambahnya yang saya baca dalam RUU ini yang menjadi latar belakang kenapa PPATK melakukan penyelidikan.

Dokumen terkait