• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Remaja

2.1.1. Definisi Remaja

Menurut Soetjiningsih (2004), masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat defenisi tentang remaja yaitu:

1. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefenisikan remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun dan umur 12-20 tahun anak laki- laki.

2. Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. 3. Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah

mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal.

4. Menurut undang-undang perkawinan No.1 tahun 1979, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk anak-anak laki-laki.

5. Menurut dinas kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah.

6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.

Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional. Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescence 10-13 tahun, remaja menengah/middle

adolescence 14-16 tahun dan remaja akhir/late adolescence 17-20 tahun

( Depkes RI, 2005). 2.1.2. Klasifikasi Remaja

Menurut Blos (1962, dalam Sarwono, 2005, dalam Tanjung, 2006) ada tiga tahap perkembangan remaja dalam rangka penyesuaian diri menuju kedewasaan, yaitu :

a. Remaja Awal (early adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiridan dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.

Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara eritotis. Kepakaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa. Ficht (1982, dalam Kasfi, 2004, dalam Tanjung, 2006) menyebutkan tahap ini berlangsung pada usia sekitar 12-14 tahun.

b. Remaja Madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Remaja senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu

mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis dan sebagainya. Tahap ini menurut Ficht (1982) berlangsung pada usia sekitar 15-17 tahun atau 18 tahun untuk pria (dalam Kasfi, 2004 ).

c. Remaja Akhir (late adolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:

a. Minat yang makin yakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c. Tentukan identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentis (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbagan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya “private self” dan masyarakat umum. Ficht (1982, dalam Kasfi, 2004) mengatakan bahwa tahap remaja akhir (late adolescence) terjadi sekitar usia 18-21 tahun.

2.1.3. Perubahan-perubahan pada remaja

Menurut Mc Ghie (1996, dalam Tanjung, 2004) masa remaja pada hakekatnya perubahan-perubahan fisik, mental, maupun social.

2.1.3.1. Perubahan fisik

Perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan perubahan fisik pada remaja perempuan yaitu pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi anggota-anggota badan menjadi panjang), perumbuhan payudara, tumbuh bulu halus dikemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya, haid, dan tumbuhnya bulu-bulu ketiak. Sedangkan perubahan fisik pada anak laki-laki, yaitu pertumbuhan tulang-tulang, testis membesar, tumbuh bulu dikemaluan, perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap tahunnya, tumbuhnya kumis dan jenggot, serta tumbuhnya bulu-bulu di dada (Muss, 1968 dalam Sarwono, 2005 dalam Tanjung, 2006).

Diantara perubahan-perubahan fisik tersebut, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh, yaitu menjadi semakin panajng dan tinggi. Perubahan-perubahan fisik itu menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena mereka harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yag terjadi pada dirinya Sarwono (2005, dalam Tanjung, 2006).

2.1.3.2. Perubahan mental

Perubahan mental utama pada masa remaja adalah dalam bidang perkembangan intelektual. Remaja mulai mau berfikir lebih abstrak dan kemauannya mempelajari hal-hal yang abru mencapai puncaknya dan akan menurun pada masa dewasa. Aspek-aspek perkembangan intelektual ini membantu menjelaskan beberapa ciri khas perilaku remaja. Kemampuan

penalaran baru dalam konterks yang lebih luas ini membawa remaja pada pemikiran yang tidak berkesudahan tentang hal-hal abstrak serta ideologi-ideologi baru. Sikap terhadap orangtua mungkin berubah dengan timbulnya kemampuan baru untuk mempertanyakan jalan pikiran mereka serta kesadaran bahwa kebijaksanaan tidak selalu datang dengan bertambahnya umur. Karena mendapatkan bahwa sumber-sumber otoritas yang telah lama dianutnya ternyata tidak sekokoh yang diharapkan, sehingga remaja cenderung mencari figur otoritas baru, sering dengan yang lebih dekat dengan tingkat usianya sendiri. Hal ini menjelaskan sikap memberontak dan sulit diatur dari remaja yang terus menerus menolak semua sumber otoritas dewasa. Walaupun hal ini merupaakn masa sulit bagi orang dewasa yang merasa tidak lagi dihormati seperti dulu, namun masa ini merupakan bagian penting dan sehat dari perkembangan yang membatu remaja menemukan identitasnya sendiri.

2.1.3.4. Ciri-ciri perkembangan remaja.

Dalam lingkungan sosial tertentu, masa remaja bagi pria merupakan saat diperolehnya kebebasan. Sementara untuk remaja wanita merupakan saat mulainya segala pembata mulainya segala bentuk pembatasan (Nasution, 2007) Menurut ciri perkembangannya masa remaja dibagi menjadi tiga periode: 1) Masa Remaja Awal ( 10-12 tahun), ciri khasnya :

Lebih dekat dengan teman sebaya, ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.

Mencari identitas diri. Timbulnya keinginan untuk kencan. Punya rasa cinta yang mendalam. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. Berkhayal tentang aktivitas seks.

3) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun), ciri khasnya :

Pengungkapan kebebasan diri. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya. Punya citra jasmani diri. Dapat mewujudkan rasa cinta. Mampu berfikir abstrak. 2.2. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas-tugas perkembangan (development tasks) yakni tugas-tugas/kewajiban yang harus dilalui oleh setiap individu itu sendiri. Dari sejak di kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai dewasa akhir, setiap individu harus melakukan tugas itu. Keberhasilan individu dalam menunaikan tugas perkembangan ini, akan menentukan perkembangan kepribadiannya. Seorang individu yang mampu menjalani dengan baik, maka timbul perasaan mampu, percaya diri, berharga, dan optimis menghadapi masa depannya. Sebaliknya mereka yang gagal akan merasakan bahwa dirinya adalah orang yag tidak mampu, gagal, kecewa, putus-asa, ragu-ragu, rendah diri, dan pesimis menghadapi masa depannya (Dariyo, 2004).

Kozier (1987 dalam Hutahaean, 2006) memaparkan tugas-tugas perkembangan remaja melipiti:

1. Memperluas hubungan antara pribadi dan komunikasi yang lebih dewasa. 2. Memperoleh peranan sosial.

3. Menerima perubahan fisik tubuh dan menggunakannya dengan efektif. 4. Memperoleh kebebasan dan kemampuan mandiri.

5. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan mandiri. 6. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan.

7. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga. 8. Membentuk sistem nilai-nilai.

Menurut Erikson 1963 (dalam hutahaean, 2006), tugas perkembangan remaja adalah antara menemukan identitas diri dan kebingungan akan identitas yang meliputi :

1. Menerima perubahan tubuh dan bentuk dan fungsi hubungan dengan orang lain dalam seksual dan kematangan fisik.

2. Mencapai hubungan sosial yang memuaskan sebagai laki-laki dan perempuan dan mengakui perbedaan dan persamaan dengan orang lain. 3. Menjalin hubungan baru yang lebih dewasa dengan kelompok dan lawan

jenis.

4. Persiapan akan pekerjaan dan kemandirian 5. Tanggungjawab sebagai makhluk sosial. 6. Mengembangkan ide, nilai sebagai 2.2.1. Jenis-jenis Tugas Perkembangan Remaja.

Tugas-tugas perkembanga remaja, menurut Havighurst (dalam Dariyo, 2004, Helms dan Turner, 1995; Suardiman, 1987; Thornburg, 1982), ada beberapa yaitu sebagai berikut :

a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-psikologis. Diketahui

bahwa perubahan fisiologis yang dialami oleh individu, mempengaruhi pola perilakunya. Disatu sisi, ia harus dapat memenuhi

kebutuhan dorongan biologis (seksual), namun bila dipenuhi hal itu pasti akan melanggar norma-norma sosial, padahal dari sisi penampilan fisik, remaja sudah seperti orang dewasa. Oleh karena itulah, remaja menghadapi dilema. Dengan demikian, dirinya dituntut untuk menyesuaikan diri dengan baik.

b. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita.

Dalam hal ini, seorang remaja diharapkan dapat bergaul dan menjalin dengan individu lain yang berbeda jenis kelamin, yang didasarkan atas saling menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lainnya.

c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain. Ketika menginjak remaja, individu memiliki hubungan

pergaulan yang lebih luas, dibandingkan dengan masa anak-anak sebelumnya yaitu selain dari teman-teman tetangga, teman sekolah, tetapi juga dari orang dewasa lainnya.

d. Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Untuk dapat mewujudkan tugas ini, umumnya remaja

berusaha mempersiapkan diri dengan menempuh pendidikan formal maupun non-formal agar memiliki taraf ilmu penegtahuan, keterampilan/ keahlian yang frofesional.

e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis. Tujuan

utama individu melakukan persiapan diri denagn menguasai ilmu dan keahlian tersebut, ialah untuk dapat bekerja sesuai dengan bidang

keahlian dan memperoleh penghasilan yang layak sehingga dapat menghidupi dirinya sendiri maupun keluarganya nanti.

2.3. Rokok

2.3.1. Definisi Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah dan bahan-bahan tambahan lainnya, seperti cengkih. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain (Saktyowati, 2010).

Saktyowati (2010), rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah kedalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung.

Latar belakang perilaku merokok beraneka ragam. Dikalangan remaja dan pria dewasa, perilaku merokok disebabkan gengsi dan agar disebut jagoan. Adapun dikalangan orang tua, perilaku merokok disebabkan oleh stres dan ketagihan. Perilaku merokok umumnya juga dipengaruhi oleh orang-orang disekitar (lingkungan). Alasan-alasan ini mengalahkan bahaya yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok itu sendiri, baik bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan mekipun si perokok mengetahui bahaya tersebut (Saktyowati, 2010).

Prinsip perilaku merokok pada umumnya adalah memasukkan bahan yang berasal dari dedaunan (tembakau) yang mengandung zat tertentu (khususnya nikotin) sebagai tindakan untuk memperoleh kenikmatan. Sedangkan tingkah laku merokok adalah tingkah laku yang membahayakan kesehatan, baik bagi perokok sendiri maupun bagi orang lain yang kebetulan menghisap rokok tersebut (Pribadi, 1990 dalam Mulyadi, 2007).

2.3.2. Bahan Kimia Dalam Rokok

(Saktyowati, 2010) mengatakan tanpa kita sadari, satu batang rokok yang kurang lebih hanya seukuran pensil sepuluh senti meter itu, ternyata seperti sebuah pabrik berjalan yang menghasilkan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok yang di bakar mengeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia yang diantaranya bersifat oksik (beracun) dan 43 diantarnya pemicu kanker (karsinogenik). Zat kimia tersebut adalah:

1. Akrolein

Merupakan suatu zat cair yang tidak berwarna, seperti aldehid. Zat ini mengandung kadar alkohol. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan. 2. Karbon Monoksida

Karbon Monoksida merupakan sejenis gas yang tidak berbau dan tidak berwarna. Gas ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Zat ini sangat beracun karena mudah terikat hemoglobin daripada oksigen.

3. Nikotin

Nikotin adalah cairan berminyak yang tidak berwarna dan dapat membuat rasa perih. Nikotin ini menghalangi rasa lapar. Itu sebabnya seseorang bisa merasakan tidak lapar karena merokok. Selain itu, nikotin merupakan salah satu jenis obat perangsang serta membuat pemakainya kecanduan. Ia merangsang otak supaya siperokok merasa cerdas pada awalnya, kemudian ia melemahkan kecerdasan otak.

4. Amonia

Amonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada amoniak sehingga jika masuk ke dalam tubuh walaupun dalam jumlah yang sedikit akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

5. Fenol

Fenol merupakan campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi (penyaringan) beberapa zat organik, seperti kayu dan arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena terikat dengan protein dan menghalangikerja enzim di dalam tubuh.

6. Formaldehid

Formaldehid ialah sejenis gas tidak berwarna dengan bau yang tajam. Gas ini tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun terhadap semua organisme yang hidup. Bahan kimia ini banyak digunakan untuk mengawetkan mayat. Dan yang terakir

Tar ialah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam dan digunakan untuk mengaspal jalan raya. Tar terdapat dalam rokok. Zat ini bersifat lengket dan mudah menempel pada paru-paru. Apabila zat tersebut sihisap maka akan mengakibatkan kanker pau-paru.

8. Metanol

Metanol ialah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap metanol dapat mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.

2.4. Perilaku merokok pada remaja 2.4.1. Definisi Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoadmojo, 2003 dalam Tanjung, 2006)

2.4.2. Perilaku merokok

Mu’tadin (2002, dalam Tanjung, 2006) mengkategorikan perilaku merokok individu atas ringan, sedang, berat dan sangat betar, yaitu:

1. Perokok ringan bila menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.

2. Perokok sedang, bila menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.

3. Perokok berat, bila merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit setelah bangun pagi.

4. Perokok sangat berat, bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokok lima menit setelah bangun pagi. Menurut Silvan Tomkins (dalam Tanjung, 2006) ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah :

1. Pertama, tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, yaitu dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Dalam hal ini, dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut: a. Meningkatkan kenikmatan, yaitu perilaku merokok hanya untuk

menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok sesuda minum kopi atau makan.

b. Menyenangkan perasaan, yaitu perilaku merokok hanya dilakukan sekedar untuk menyenangka perasaan.

c. Kenikmatan saat memegang rokok, yaitu perilaku untuk mendapatka kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Perilaku merokok ini biasanya terjadi pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau, sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Selain itu ada juga perokok yang lebih senang berlama-lama untuk memainkan

rokoknya dengan jari-jarinya sebelum ia menyalakan rokok tersebt dengan api.

2. Kedua, tipe perokok yang yang dipengaruhi perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tiak enak terjadi sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

3. Ketiga, tipe perokok yanga adiktif. Oleh Green (dalam Pychological

Factor in smoking, 1978 dalam Tanjung, 2006) disebut pcychological addction. Mereka yang sudah adiksi Kn menambah

dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.

4. Keempat, tipe perokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin. Merokok menjadi perilaku yang otomatis terjadi, yang seringkali tanpa dipikirkan dan tidak disadari karena tubuh telah terkondisi.

Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan positif, menurut Green (dalam dalam Pychological Factor in smoking,1978 dalam Tanjung, 2006) menambahkan ada tiga subtype, yaitu pleasure relaxation, stimulation to pick them up, pleasure

of handling the cigarette.

Pertama, pleasure relaxation perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat. − Kedua, stimulation to pick them up,yaitu perilaku merokok hanya

dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

Ketiga, pleasure of handling the cigarette, yaitu kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Tipe ini sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.

2.4.3.

Merokok untuk pertumbuhan remaja memang memiliki segudang bahaya bagi kesehatannya, bahaya merokok bagi pelajar yang paling ditakutkan adalah dalam hal kesehatan jasmani. Kita semua tahu ada ribuan zat beracun yang terkandung dari dalam rokok. Dari semua bahan berbaya tersebut, kita pasti bisa terkena penyakit apa saja. seperti kanker, gangguan pernafasan kronis, stroke, penyakit jantung, gangguan fungsi seksual, bronchitis, batuk dan masih banyak lagi penyakit yang diakibatkan karena merokok (Atkinson, 2009).

Dampak Merokok Pada Remaja

Efek penyakit yang ditimbulkan oleh perokok aktif memang tidak langsung dirasakan pada saat itu juga, tapi biasanya penyakit akibat merokok dirasakan kerika sudah dewasa atau tua. Bagi pelajar wanita yang nekat merokok,

jangan heran apabila ketika sudah dewasa akan selalu mengalami keguguran bahkan melahirkan bayi cacat. Adapun dampak merokok terhadapat sosial dan kejiwaan seorang perokok. Walau banyak remaja yang selalu beranggapan bahwa merokok adalah tindakan yang keren, gaul banyak pula yang memandang sinis terhadap para perokok. Pelajar yang merokok bisa saja dijauhi oleh banyak teman karena kebiasaan buruknya ini. Peristiwa seperti ini tentu akan mempengaruhi kejiwaan seorang pelajar. Ia bisa saja menjadi tidak percaya diri, merasa dikucilkan atau malah akan menjadi pemarah dan pemberontak. Seorang perokok juga mempunyai masalah pada keuangan mereka dengan adanya kebiasaan remaja merokok, banyak hal yang dapat dilakukan oleh remaja untuk mendapatkan uang agar tetap bisa merokok. salah satu diantaranya adalah membohongi orangtua untuk mendapatkan uang dengan berbagai alasan kebutuhan sekolah. Rokok hanyalah sebagaian kecil dari problematika remaja zaman sekarang, mungkin ada baiknya orangtua dan keluarga yang lebih memperhatikan setiap tingkah laku dan kegelisahan hati remaja ini, jangan sampai mereka menjadi hancur dan terjerumus ke hal yang merugikan masa depannya (Santrock, 2007).

2.4.4. Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja

Saktyowati (2010) mengatakan bahwa usia paling rawan seseorang untuk memulai merokok adalah usia remaja (10-19 tahun). Hal itu disebabkan usia remaja merupakan peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini, umumnya remaja suka mencoba-coba hal yang baru, meskipun belum tahu akibatnya. Adapun hal-hal yang dapat menyabakan seseorang merokok adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh Orang tua

Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke duniawi, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di duniawi dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dan orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan remaja dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian dapat terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidup remaja. Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan remaja. Sejak seorang remaja lahir, orang tuanyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu remaja meniru perangai orang tuanya. Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental remaja terletak pada peranan orang tuanya (Komalasari, 2006)

Mulyadi (2007) menyatakan hal yang paling kuat pengaruhnya adalah jika orang tua sendiri menjadi contoh, yaitu sebagai perokok berat maka anak-anaknya sangat memungkinkan untuk mencontohnya. Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok jika ibu atau ayah sebagai perokok berat.

Saktyowati (2010) mengatakan salah satu temuannya tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak

bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Perilaku merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent).

2. Pengaruh teman.

Teman adalah tempat memperoleh informasi yang tidak terdapat didalam

Dokumen terkait