• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Penyerahan kewenangan di bidang pertanahan dari Otorita Batam kepada Pemerintah Kota Batam, di dalam pelaksanaan penyerahan kewenangan tersebut perlu dibentuk suatu peraturan khusus yang memperinci secara jelas dan tegas tentang batas kewenangan di bidang pertanahan tersebut. Hal ini mengingat bahwa Pulau Batam merupakan salah satu wilayah yang memiliki kekhususan yang selama ini kewenangan di bidang pertanahan di wilayah tersebut dilaksanakan oleh suatu badan yaitu Otorita Batam. Pemberlakuan peraturan khusus ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih kewenangan di bidang pertanahan antara Otorita Batam dengan Pemerintah Kota Batam yang dapat menimbulkan kerancuan dan ketidakpastian hukum dalam pelaksanaan kewenangan di bidang pertanahan tersebut.

2. Pemerintah Republik Indonesia perlu menerbitkan suatu Undang-Undang / Peraturan Pemerintah tentang hubungan kerja antara Pemerintah Kota Batam dan Otorita Batam Dengan meningkatkan keselarasan keseimbangan dan keserasian kewenangan bidang pertanahan tersebut antara Pemerintah Kota Batam dengan Otorita Batam agar dapat tercipta suatu kejelasan, ketegasan dan kepastian hukum terhadap kewenangan masing-masing institusi tersebut di bidang pertanahan

sehingga tidak terjadi kebingungan dalam pelaksanaan kewenangan di bidang pertanahan di Pulau Batam itu sendiri.

3. Apabila terjadi pelimpahan kewenangan dari Otorita Batam kepada pemerintah kota Batam dalam bidang pertanahan tersebut, maka perlu ditetapkan jangka waktu transisi melalui suatu peraturan yang tegas dan jelas untuk mengganti antisipasi munculnya masalah – masalah yang dapat menimbulkan ketidakpastian hukum kepada masyarakat di Pulau Batam dalam bidang status hak kepemilikan atas tanah.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Andayani Dwi B, Keberadaan Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia, Disertai, Pascasarjana Fakultas Hukum UI, 2004.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990.

Fachruddin Irfan, Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah, Alumni, Bandung, 2004.

Gunawan Markus, Rumah Liar Problematika Multidimensial, Syari Pos, Batam, 12 Juli 2002.

Gunawan Markus dan Anggraini Lisya (Editor), Batam Problematika Multidimensial CV. Karya Mandiri, Batam, 2004.

Harsono Boedi, Tinjauan Hukum Pertanahan Diwaktu Lampau, Sekarang dan Masa Akan Datang, Makalah, Seminar Nasional Pertanahan dalam rangka HUT UUPA ke-XXXII, Yogyakarta, 1992.

_____________, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, Jilid I Hukum Tanah Nasional Djambatan, Jakarta, 1999.

_____________, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2003.

_____________, 46 Tahun UUPA, Usaha Penyempurnaan yang Belum Selesai, Makalah disampaikan pada Pertemuan Tahunan Memperingati Hari Ulang Tahun UUPA, Jakarta, 14 September 2006.

Hoessein Bhenyamin, Berbagai Faktor yang Memengaruhi Besarnya Otonomi Daerah Tingkat II, Suatu Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah dari Segi Ilmu Administrasi Negara, Disertai Program Pascasarjana, 1993.

Hutagalung, S. Arie, Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah, Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia, Jakarta, 2005.

Idham, Konsilidasi Tanah Perkotaan Dalam Perspektif Otonomi Daerah, Alumni, Bandung, 2004.

Kamelo Tan, Hukum Jaminan Fidusia, Suatu Kebutuhan yang Didambakan, Alumni, Bandung, 2006.

Lubis M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994.

Mertokusumo Sudikno, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar,Penerbit Liberty, Yogyakarta, 2002.

Moelong J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993.

Nasution Surya Makmur, Batam Jangan Sampai Arang Abis Besi Binasa,Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2001.

Nicolai, P & Oliver, B.K., Bestuursrecht, Amsterdam, 1994, hal. 4 dalam Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah, Alumni, Bandung, 2004.

Nugraha Safri, dkk, Hukum Administrasi Negara, CLGS-FHUI, Depok, 2007.

Parlindungan AP., Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar Maju, Bandung, 1998.

Pemerintah Kota Batam, Profil Batam Madani, 2004, Pemko Batam, 2004.

Rahardjo Satjipto, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, 1994.

Roeroe Freddy, Et.al, Batam Komitmen Sete ngah Hati, Aksara Karunia, Jakarta, 2003.

Salam Dharma Setyawan, Otonomi Daerah Dalam Perspektif Lingkungan, Nilai dan Sumber Daya, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2003.

Soekanto Soerjono, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 1988.

Sudiyat Iman, Hukum Adat, Sketsa Azas, Liberty, Yogyakarta, 1978, hal. 1. Conditio sine qua non merupakan istilah dari bahasa latin yang berarti syarat mutlak atau syarat yang absolut. Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.

Surya Brata Sumardi, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998.

Syahrin Alvi, Beberapa Masalah Hukum, Sofmedia, Medan, 2009.

Tim Teknis Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Pertanahan, Kerangka Kebijakan Pertanahan Nasional, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas dan Direktorat Pengukuran dan Pemetaan BPN, Jakarta, 2004.

Utrecht, E, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Universitas Padjajaran, Bandung, 1960.

Wasistiono Sadu, Esensi UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, Makalah disampaikan pada Rakernas Asosiasi DPRD Kota-Se-Indonesia, Batam, 2005. Wignjosoebroto Sutandyo, Desentralisasi Dalam Tata Pemerintahan Kolonial

Hindia Belanda, Bayumedia Publishing, Malang, 2004.

Wuisman, M, DJJ, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Jilid I, Penyunting, M. Hisyam, UI Press, Jakarta, 1996.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang, Tahun 2007.

Undang-Undang No. 53 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuatnan Singingi, dan Kota Batam. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 Tentang Pemilikan Rumah Tempat

Tinggal atau Hunian Oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 1996 Tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal

atau Hunian Oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia. Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional.

Keputusan Presiden No. 34 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan.

Keputusan Presiden No. 41 Tahun 1973 Tentang Daerah Industri Pulau Batam. Keputusan Presiden No. 28 tahun 1992 Tentang Penambahan Wilayah Lingkungan

Kerja Daerah Industri Pulau Batam dan Penetapannya Sebagai Wilayah Usaha Kawasan Berikat (Bonded Zone),.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun 1977 Tentang Pengelolaan dan Penggunaan Tanah di Daerah Industri Pulau Batam.

Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9-VIII- 1993 Tahun 1993 Tentang Pengelolaan dan Pengurusan Tanah di Daerah Industri Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau –pulau Lain di Sekitarnya.

Dokumen terkait