• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengatasi kendala-kendala dalam penelusuran atau pencarian

sumber informasi dan penyajian layanan oleh pustakawan layanan referensi di UPT Perpustakaan UNAND hendaknya mengikuti pelatihan atau workshop, kerjasama dengan organisasi lain yang berkemungkin akan membantu kelangsungan penyajian informasi, ikut serta pada komunitas informasi commons, perkembangan e-learning, dan pelatihan literasi informasi secara rutin.

2. Untuk pencapaian tujuan dan sasaran kerangka kerja setiap tahunnya serta menjaga pelayanan informasi tetap relevan tetapi selalu mengikuti perkembangan kebutuhan informasi pemustaka. Maka pustakawan layanan referensi di UPT Perpustakaan UNAND perlu melaksanakan kegiatan survei kebutuhan pemustaka yang dijadikan pedoman untuk kelangsungan

layanan referensi, membuat program kerja secara rutin dengan mencantumkan kegiatan promosi yang rinci, dan mengevaluasi serta menilai penyajian layanan informasi yang diberikan kepada pemustaka baik secara formal ataupun informal.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi dibentuk untuk memenuhi kebutuhan informasi akademika yang bersangkutan untuk menunjang terwujudnya Tri Dharma Perguruan Tinggi. Menurut Reitz yang disitir oleh Hasugian (2011, 79) sebagai berikut:

A library or library system estabilished, administreted, and funded by a university to meet the information, research, and curriculum needs of its student, faculty, and staff. Definisi ini menyatakan bahwa per-pustakaan perguruan tinggi adalah sebuah perper-pustakaan atau sistem perpustakaan yang dibangun, diadministrasikan dan didanai oleh se-buah universitas untuk memenuhi kebutuhan informasi, penelitian, dan kurikulum mahasiswa, fakultas dan staffnya.

Ada pendapat lain menurut Sutarno (2006. 35-36) yang mengatakan bahwa:

Perpustakaan perguruan tinggi yang mencakup universitas, sekolah tinggi, institusi akademi, dan lain sebagainya. Perpustakaan tersebut berada dilingkungan kampus. Pemakainya adalah sivitas akademi perguruan tinggi tersebut, tugas dan fungsi yang utama menunjang proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian terhadap masyarakat (Tri Dharma Perguruan Tinggi).

Dari uraian sebelumnya dapat diketahui bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang dibentuk untuk menunjang proses pendidikan, penelitian dan tujuan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang didanai oleh universitas bersangkutan guna memenuhi kebutuan informasi lingkungan civitas akademik perguruan tinggi bersangkutan seperti mahasiswa, dosen, dan staff pegawai.

2.2 Layanan Referensi

Layanan referensi merupakan salah satu layanan jasa informasi perpustakaan yang disediakan dalam pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka. Layanan referensi memiliki ruangan terpisah dari layanan sirkulasi dan jasa layanan perpustakaan lainnya. Layanan referensi memiliki koleksi yang berbeda dengan koleksi yang tersedia pada layanan sirkulasi karena koleksi pada layanan referensi tidak bisa dipinjam dan dibawa pulang hanya dipergunakan ditempat.

2.2.1 Pengertian Referensi

Istilah referensi berasal dari bahasa Inggris to refer yang artinya menunjuk. Dalam ilmu perpustakaan istilah referensi berarti menunjuk kepada suatu koleksi yang dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemustaka (Nining 2013, 2). Namun kata referensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, 1183) adalah sumber, acuan, rujukan atau petunjuk.

Menurut Puwono (2008, 93) kata referensi bermula dari referensia berasal dari kata kerja “refer” yang berarti mencari pertolongan atau informasi. Sumber-sumber yang dapat memberikan keterangan tentang suatu pertanyaan seseorang disebut buku-buku referensi. Sedangkan menurut Lasa (1990, 70) kata referensi juga berasal dari kata kerja to refer menjadi kata kerja reference dalam bahasa Inggris yang berarti menunjuk kepada, atau menyebut. Reference sering diartikan acuan, rujukan disebabkan jenis koleksi referensi sengaja dipersiapkan untuk memberikan informasi, penjelasan dalam berbagai pertanyaan atau hal-hal tertentu.

Dari uraian sebelumnya dapat dikatakan bahwa referensi adalah sumber, acuan, rujukan ataupun petunjuk untuk mencari pertolongan akan informasi dan memberikan keterangan ataupun penjelasan dari berbagai petanyaan ataupun hal-hal tertentu.

2.2.2 Pengertian Layanan Referensi

Layanan referensi adalah suatu jasa layanan yang memberikan bantuan ataupun bimbingan secara perseorangan atau personal yang bersifat langsung, lengkap dalam penelusuran sumber informasi yang diminta oleh pemustaka (Soepomo 1994, 7). Definisi tersebut juga didukung oleh Widyawan (2012, 2) bahwa layanan referensi merupakan bantuan yang diberikan kepada pemustaka secara perorangan ketika mereka mencari informasi. Bantuan tersebut dilakukan oleh pustakawan terlatih guna untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka baik secara langsung bertatap muka, melalui telepon, ataupun secara elektronik.

Soeatminah (1992, 152) juga menyatakan bahwa layanan referensi merupakan kegiatan kerja yang memberikan bantuan kepada pemustaka dalam menemukan informasi.

Dari beberapa definisi diatas dapat dinyatakan bahwa layanan referensi merupakan jasa layanan yang memberikan bahtuan kepada pemustaka yang mencari informasi baik secara langsung bertatap muka, melalui via telepon, ataupun secara elektronik guna untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka tersebut.

2.2.3 Tujuan Layanan Referensi

Tujuan layanan referensi adalah untuk membantu pemustaka dalam pencarian sumber informasi. Widyawan (2012, 5) mengatakan bahwa tujuan layanan referensi untuk memenuhi kebutuhan pemustaka mencakup mencari informasi, menggunakan sumber informasi yang ada di perpustakaan dan memberikan layanan secara adil tidak memihak serta mempromosikan nilai informasi untuk pemecahan masalah kesenjangan informasi.

Nining (2013, 3) berpendapat bahwa tujuan layanan referensi yaitu: (a) membantu pemustaka menemukan informasi dengan cepat dan tepat; (b) membantu pemustaka menelusur informasi dengan pilihan yang lebih luas; dan (c) membantu pemustaka menggunakan koleksi rujukan dengan lebih tepat guna. Ada lima lagi tujuan layanan referensi menurut Lasa (1994, 34) yaitu.

(a) membimbing pemustaka agar memanfaatkan semaksimal mungkin koleksi yang dimiliki perpustakaan sehingga pemustaka mandiri menggunakan sumber informasi tersebut;

(b) memilihkan sumber rujukan yang lebih tepat untuk menjawab pertanyaan dalam bidang tertentu;

(c) memberikan pengarahan kepada pemustaka untuk memperluas wawasannya;

(d) mendayagunakan sumber rujukan semaksimalnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan; dan

(e) tercapainya efisiensi tenaga, biaya, dan waktu.

Dari uraian sebelumnya dapat dinyatakan bahwa tujuan layanan referensi adalah untuk membantu pemustaka dalam menelusur sumber informasi, membimbing pemustaka dalam menggunakan ataupun memilih sumber informasi yang tepat dan cepat guna untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka dan menanggulangi kesenjangan informasi yang terjadi.

2.2.4 Jenis Layanan Referensi

Layanan referensi memiliki jenis jasa layanan yang diberikan kepada pemustaka. Layanan referensi memiliki berbagai jenis layanan seperti yang dikemukakan oleh Soepomo (1994, 8) yaitu.

1. Layanan jasa dasar dimana seorang pustakawan memberi informasi, membantu, dan membimbing pemustaka dalam pencarian, penelusuran informasi, ataupun penggunaan koleksi referensi.

2. Layanan jasa yang lazim dilakukan seperti silang layan dengan pusat jaringan informasi untuk mengatasi keterbatasan informasi yang dimiliki oleh perpustakaan, pendidikan pemakai guna untuk memperkenalkan cara penggunaan koleksi-koleksi referensi, dan penyelenggaraan pameran dengan tema tertentu ataupun pameran tentang buku-buku baru yang dimiliki perpustakaan.

3. Layanan jasa yang jarang dilakukan seperti jasa terjemahan dan biasanya jarang dilakukan karena tugas harus menguasai bahasa asing. Seorang ahli bahasa biasanya lebih memilih bekerja diswasta. Pendapat lain tentang jenis layanan referensi menurut Bopp yang disitir oleh Wulandari (2007, 25-26) terdiri atas tiga juga diantaranya.

1. Layanan informasi yang diberikan meliputi layanan; pertama ready reference questions dimana pustakawan mampu menjawab secara cepat pertanyaan pemustaka dengan melakukan konsultasi atau menggunakan 1 atau 2 alat bantu. Kedua, research questions dimana layanan referensi juga menerima pertanyaan yang kompleks untuk keperluan penelitian. Ketiga, interlibrary loan dimana perpustakaan mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan pemustaka dan perlu melakukan peminjaman koleksi serta bekerja sama dengan perpustakaan lain. Keempat, information and referall service dimana pustakawan mampu mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang ada guna memenuhi kebutuhan informasi pemustaka secara rill. Kelima, cooperative reference service bentuk layanan informasi yang mengadakan hubungan kerjasama dengan perpustakaan atau pusat informasi lain dalam memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. Keenam, selective dissemination of information menyediakan layanan informasi terpilih yang diolah dan disajikan kepada pemustaka sesuai dengan bidang ilmu atau minat mereka. Ketujuh, database searches dimana layanan informasi tersebut mencakup layanan database, bain yang tersedia dalam bentuk CD-ROM maupun online. Terakhir, kemas ulang informasi ini mengingat keterbatasan waktu oleh pemustaka sehingga pustakawan mampu hendaknya menyediakan

layanan paket informasi yang telah diolah atau dikemas sesuai dengan kebutuhan pemesanan pemustaka.

2. Layanan pembelajaran dimana pustakawan mampu memberikan pembelajaran atau pengajaran akan menyeleksi/mengevaluasi informasi yang terlalu melimpah dan mudah di akses. Pustakawan juga mampu memberikan pembelajaran kepada pemustaka tentang materi-materi untuk menjadi masyarakat melek informasi agar informasi yang digunakan masyarakat adalah informasi terpecaya yang dapat membantu mereka. Pembelajaran tersebut bisa dilakukan pustakawan melalui perorangan ataupun berkelompok.

3. Layanan bimbingan sebenarnya tak jauh beda dengan pembelajaran. Namun layanan bimbingan ini lebih kepada memberikan petunjuk secara langsung dan melakukan pendampingan kepada yang dibimbing. Berbeda dengan pembelajaran yang lebih mengutamakan proses belajar, dan mengajarkan ilmu atau sistem.

Selanjutnya menurut Raharjo (1996, 2-4) pelayanan referensi dibedakan menjadi dua kategori yaitu layanan langsung dan layanan tidak langsung.

1. Layanan langsung meliputi: (a) layanan informasi yang memberikan bantuan bagi pemustaka dalam menemukan informasi yang merupakan jawaban dari pertanyaan mereka baik sumber informasi dalam bentuk tercetak ataupun non cetak. Layanan ini dapat dilakukan secara langsung ataupun melalui media telepon dan tertulis dengan menggunakan internet, (b) Layanan bimbingan penggunaan perpustakaan merupakan kegiatan orientasi ataupun tur perpustakaan untuk memperkenalkan lokasi dan pelayanan yang dimiliki oleh perpustakaan.

2. Layanan tidak langsung meliputi: (a) pemilihan materi dilakukan pemilihan bahan pustaka cetak maupun non cetak yang mendukung layanan referensi, (b) administrasi mengatur tata kerja dan prosedur dalam menangani layanan referensi, (c) silang layan merupakan kerjasama dengan perpustakaan lain atau pusat informasi guna memenuhi kebutuhan informasi pemustaka, dan (d) evaluasi dimaksudkan bukan hanya untuk layanan referensi saja namun juga bagaimana seorang pustakawan mampu mengevaluasi sumber-sumber informasi.

Dari uraian sebelumnya jenis layanan referensi tersebut meliputi layanan informasi, layanan pembelajaran, dan layanan pembimbingan. Layanan informasi yang diberikan tersebut menuntut pustakawan mampu menjawab

dibutuhkan pemusaka, mengidentifikasi sumber-sumber informasi, berkerjasama dengan pusat-pusat informasi untuk memenuhi kebutuhan pemustaka, dan mengalih mediakan informasi sesuai permintaan pemustaka. Layanan pembelajaran yang diberikan menuntut pustakawan mampu menjadi seorang pengajar kepada pemustaka yang berkunjung baik secara personal atau berkelompok. Layanan bimbingan yang diberikan tersebut pustakawan membimbing secara langsung ataupun mendampingi pemustaka dan memberikan petunjuk yang mereka tidak ketahui.

2.2.5 Unsur-unsur Layanan Referensi

Kelangsungan layanan referensi sebagai penyedia informasi untuk kebutuhan pemustaka akan bergantung pada unsur-unsur layanannya. Menurut Muchdlor (2012, 2-4) unsur-unsur layanan referensi terdiri dari.

(a) tata ruang referensi dipisahkan dari ruang layanan lain, pintuk masuk tersendiri untuk menjaga keamanan koleksi, dan dekat pintu masuk tersedia meja pustakawan referensi secara langsung bias memberi bantuan pada pemustaka dalam penelusuran;

(b) koleksi yang berada di ruangan referensi dan ruangan layanan lainnya bisa digunakan pustakawan referensi guna memenuhi kebutuha pemustaka; dan

(c) pustakawan referensi merupakan perantara ataupun penghubung koleksi dengan pemustaka maka pustakawan harus memenuhi standar kompetensi pustakawan referensi.

Ada pendapat lain yang dikatakan oleh Pamuntjak (2000, 108-112) tiga unsur layanan referensi yaitu.

1. Pertanyaan yang diajukan, maksudnya seorang pustakawan layanan referensi harus sabar dan bersikap sopan dalam menanyakan kembali pertanyaan pemustaka yang masih kabur sehingga pertanyaan tersebut jelas dan dimengerti oleh pustakawan. Pustakawan perlu mencatat setiap pertanyaan agar bias dijadikan rujukan untuk layanan selanjutnya.

2. Bantuan dalam penelusuran, maksudnya seorang pustakawan mengembangkan teknik untuk mewawancarai pemustaka, lalu

menganalisa maksud pertanyaan pemustaka, dan selanjutnya melakukan penelusuran didekat pemustaka. Jika hasil penelusuran belum memenuhi kebutuhan informasi pemustaka maka pustakawan mencarikan informasi pada pusat-pusat informasi.

3. Bahan pustaka sebagai sumber informasi, maksudnya buku-buku referensi yang dijadikan sebagai alat konsultasi untuk mendapatkan informasi tertentu. Berdasarkan cakupan isi dan jenis pertanyaan pemustaka akan dijawab berdasarka jenis jenis koleksi referensi seperti ensiklopedia, kamus, sumber biografi, direktori, buku tahunan dan almanak, buku pedoman, bibliografi, indeks dan abstrak, dan terbitan resmi pemerintah.

Pendapat lain diajukan oleh Eilen Abel yang disitir Widyawan (2012, 13-16) unsur-unsur layanan referensi sebagai berikut.

1. Pemustaka merupakan unsur layanan yang perlu diperhatikan perkembangannya mulai dari golongan umur, latar belakang yang beragam, dan pemustaka generasi digital native. Interaksi yang bisa dilakukan oleh pemustaka 24 jam dengan adanya tersedia fasilitas interaktif, para pemustaka tidak hanya berperan sebagai pengguna informasi melainkan telah berperan aktif sebagai pencipta informasi. 2. Sumber informasi merupakan unsur yang tidak kalah penting untuk

diikuti perkembangannya pada era informasi yang melimpah-limpah pada saat ini. Banyak vendor yang menyediakan situs web dan pangkalan data utuh (full text) yang bisa diakses gratis sehingga perkembangan sumber informasi semakin bervariasi seperti hypertext dan hypermedia.

3. Teknologi merupakan unsur yang mesti diikuti oleh perpustakaan untuk meningkatkan mutu pelayanan. Kecanggihan teknologi telah banyak dirasa oleh semua jasa pelayanan informasi seperti penggunaan jasa internet untuk kelangsungan layanannya. Pada saat ini telah banyak perpustakaan yang menyediakan fasilitas teknologi nirkabel sehingga mendorong pemustaka untuk berkunjung dengan adanya kemudahaan akses internet.

4. Perpustakaan merupakan unsur penyimpanan, pengolahan, dan pelestarian sumber-sumber informasi atau koleksi baik dalam bentuk cetak/non cetak. Perkembangan informasi dan sumber-sumber informasi yang semakin pesat yang sulit untuk diatasi jumlahnya maka perpustakaan harus mampu menghadapi masalah ruangan penyimpanan koleksi tercetak dan perubahan bentuk penyimpanan koleksi karena perkembangan teknologi.

5. Pustakawan merupakan unsur intermediary atau perantara antara sumber-sumber informasi dengan pemustaka. Pustakawan haruslah luwes dan selalu siaga dalam menghadapi perubahan. Beberapa hal

untuk membuat revitalasasi layanan jarak jauh; (b) skenario information commons untuk medapatkan energi dan pandangan untuk memandu strategi; (c) menjadi mitra para pengembang e-learning dan memberi bantuan dalam perkuliahan; (d) keikutsertaan dalam pembentukan tim atau kelompok pengembangan intranets guna menggambarkan kebutuhan informasi masing-masing kelompok; dan (e) berperan dalam memberikan pelatihan keterampilan keberaksaraan informasi sehingga menyadarkan para pemustaka akan hak cipta dan menyajikan informasi secara beretika.

Sehubungan dengan unsur-unsur layanan referensi menurut Katz yang disitir oleh Widyawan (2012, 21) terdiri dari tiga yaitu.

(a) informasi dimaksudkan bahan yang disimpan dan dirujuk sebagai sarana pemahaman serta menciptakan informasi baru;

(b) pemustaka merupakan para penanya yang akan mengajukan pertanyaan kepada pustakawan; dan

(c) pustakawan referensi merupakan tokoh penting yang menengarai bahan tepat untuk menjawab pertanyaan pemustaka.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa unsur-unsur layanan referensi meliputi: pemustaka, perpustakaan, bantuan telusur, sumber informasi, bahan pustaka, informasi, teknologi, dan pustakawan referensi. Unsur-unsur layanan referensi itu sangat penting ada ataupun tersedia guna terciptanya layanan informasi yang bermutu. Jika salah satu dari unsur layanan itu tidak ada akan mengurangi kualitas layanan untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya.

2.2.6 Fungsi Pustakawan Referensi

Pustakawan layanan referensi merupakan intermediary atau perantara sumber informasi dengan pemustaka. Hal demikian ada dijelaskan pada fungsi-fungsi pustakawan referensi yaitu.

1. Membimbing pemustaka dalam memahami pengaturan perpustakaan, membantu pemustaka yang berkaitan dengan permintaannya, memilih sumber informasi yang baik, dan mempromosikan perpustakaan.

2. Menjawab pertanyaan pemustaka dengan bantuan sumber-sumber referensi yang tersedia dan bersikap ramah pada pemustaka.

3. Menelusuri sumber-sumber informasi yang relevan sesuai dengan kebutuhan informasi pemustaka baik dalam bentuk cetak maupun elektronik (Widyawan 2012, 21-22).

Ada pendapat lain sehubungan dengan fungsi pustakawan referensi menurut Green yang disitir oleh Budi (2014, 34) empat fungsi pustakawan referensi yaitu.

1. Menginstruksikan kepada pemustaka bagaimana menggunakan perpustakaan.

2. Menjawab permintaan atau pertanyaan pemustaka.

3. Membantu pemustaka memilih sumber-sumber informasi. Fungsi ini lebih kepada pustakawan sebagai perantara sumber informasi dan pemustaka.

4. Mempromosikan perpustakaan kepada komunitas pemustakanya. Dari uraian sebelumnya dapat diketahui bahwa fungsi pustakawan referensi adalah membimbing pemustaka bagaimana menggunakan perpustakaan, membantu pemustaka memilih sumber-sumber informasi, menjawab pertanyaan atau permintaan pemustaka, menelusuri sumber-sumber informasi relevan untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka, dan mempromosikan perpustakaan kepada komunitas pemustakanya.

2.2.7 Pengertian Layanan Referensi Virtual

Definisi layanan referensi virtual oleh lembaga Reference and User Services Association yang disingkat RUSA (2004, 1) dinyatakan bahwa:

Virtual reference is reference service initiated electronically where patrons employ computers or other technology to communicate with public services staff without being physically present. Communication channels used frequently invirtual reference include chat, videoconferencing, Voice-over-IP, co-browsing, e-mail, and instant messaging.

Maksud RUSA layanan referensi virtual merupakan layanan referensi yang diprakarsai elektronik di mana pemustaka menggunakan komputer atau teknologi lainnya untuk berkomunikasi dengan pustakawan tanpa hadir secara fisik. Saluran komunikasi yang sering digunakan dalam referensi maya termasuk chatting, video conference, Voice-over-IP, co-browsing, e-mail, dan instant messaging.

Definisi tersebut juga didukung oleh Bakker (2002, 124) yang menyatakan bahwa “Virtual reference - a service that allows librarians and patrons to communicate with each other in real time through the Internet by e-mail, chat or instant messaging - is currently a hot topic in libraries”. Maksud Bakker layanan referensi virtual merupakan layanan yang memungkinkan pustakawan dan pemustaka untuk berkomunikasi dengan satu sama lain secara real time melalui internet dengan menggunakan e-mail, chatting atau instant message. Ada juga pendapat lain menurut Gunawan (2000, 1) yang mengatakan bahwa:

Layanan virtual didefinisikan sebagai layanan pusat informasi yang mengumpulkan informasi ataupun koleksi dalam bentuk digital. Dari arti kata secara langsung layanan virtual dapat diartikan sebagai layanan maya dimana secara fisik fasilitas perpustakaan yang di maksud tidak ada tetapi perpustakaan tersebut bisa menampung ataupun menyajikan fasilitas-fasilitas yang biasa disediakan oleh perpustakaan yang konvensional.

Dari beberapa definisi sebelumnya dapat diketahui bahwa layanan referensi virtual merupakan layanan yang memungkinkan pustakawan dan pemustaka untuk tidak bertemu secara fisik tetapi mereka berkomunikasi

dengan menggunakan komputer atau teknologi lainnya seperti chatting, video conference, Voice-over-IP, co-browsing, e-mail, dan instant messaging.

2.2.8 Mempersiapkan Layanan Referensi Virtual

Perkembangan zaman saat ini layanan referensi berintegrasi dari layanan referensi konvensional menuju layanan referensi maya yang sering disebut layanan referensi virtual. Dalam menghadapi bentuk integrasi layanan maya referensi tersebut tentu perpustakaan harus memiliki persiapan dalam menghadapi kebutuhan pemustaka yang dilayaninya. Menurut RUSA (2004, 2-3) ada beberapa hal yang dipersiapkan layanan referensi virtual sebagai berikut:

1. Integration with traditional reference (Integrasi dengan layanan referensi tradisional)

Treat virtual reference services as a long-term commitment to the targeted community. Do not consider virtual reference an ad hoc or finge service, even during thr initial planning or pilot phases. Integrate virtual reference services so that they become a natural part of the institution’s reference services.”Maksudnya perpustakaan perlu mengintegrasikan layanan referensi virtual kepada pemustaka sehingga mereka menjadi bagian yang menggunakan layanan referensi virtual yang telah disediakan. Layanan referensi virtual diperlakukan sebagai layanan jangka panjang untuk pemustaka yang menjadi target layanan.

2. Commitment to Virtual Reference (Komitmen pada Layanan Referensi Virtual)

“Secure a commitment from sufficient core of stakeholders at all levels of the institutions’s management and staff to support virtual reference services from its first planning stages through implementation before any project is attempted”.Maksudnya perpustakaan perlu menerapkan komitmen dan mengantisipasi hal-hal yang cukup menggangu kepentingan di semua tingkat manajemen perpustakaan dan staf untuk mendukung layanan referensi virtual dari tahap perencanaan pertama melalui implementasi sebelum setiap proyek dicoba.

3. Cost of virtual reference (Biaya Layanan Referensi Virtual)

“Commit at the administrative level to long term provision of resources for virtual reference services. Outline star-up costs including any software, training, or staff support. Idenfity at the administrative level the impact to staffing and be prepared to make appropriate adjustment. Document a dear understanding of the on going maintenance cost associated with virtual reference and secure appropriate re occurring budget allocations. Identify and approve the cost related to marketing the virtual reference. Determine whether the service is to be free to the patron or fee based before the service begins and modify as needed”. Maksudnya persiapan biaya dengan ketentuan jangka panjang sumber daya untuk layanan referensi

virtual. Biaya utama yang mula dipersiapkan untuk perangkat lunak, pelatihan, atau kompensasi staff. Selanjutnya dilakukan perencanaan biaya untuk pemeliharaan terkait dengan layanan referensi virtual yang alokasi anggarannya tepat. Mengidentifikasi biaya juga perlu dilakukan yang berkaitan dengan pemasaran layanan referensi virtual. Terakhir menentukan apakah layanan tersebut bebas untuk dilayankan atau diberikan perlindungan sebelum dimulai implementasi layanan tersebut.

4. The planning team (Tim Perencanaan)

“Involve representative members of the administration and public services staff in planning, training, implementation, and promotion of virtual reference services and the selection of virtual reference software. Involve respresentative members of the target audience in planning and promotion of virtual reference. Identify and bring additional areas and services which will be affected by the new

Dokumen terkait