• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Perlunya pengaturan kewajiban dan tanggung jawab direksi perseroan dalam undang-undang No 40 Tahun 2007 adalah agar setiap anggota direksi bias mengetahui apa yang harus di laksanakannya dalam pengurusan perseroan dan mengetahui mana yang merugikan perseroan dan yang bisa meguntungkan bagi perseroan.

2. Perlunya pengawasan yang ketat dari aparat penegak hukum terhadap mekanisme tanggung jawab direksi atas kesalahan yang dilakukan oleh direksi dalam pengurusan perseroan. Agar setiap anggota direksi mengetahui tanggung jawabnya dalam pengurusan perseroan apabila ia melakukan kesalahan atau kelalaian dalam perseroan. Apabila perseroan pailit karena kesalahan atau kelalaian direksi maka ia harus mengetahui kewajibannya dan tanggung jawabnya dalam perseroan sebagai anggota direksi..

3. Perlindungan hukum bagi pemegang saham terhadap anggota direksi yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam pengurusan perseroan sadalah seharusnya undang-undang Perseroan Terbatas lebih memperjelas bagaimana perlindungan hukum bagi pemegang saham terhadap anggota direksi yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam pengurusan perseroan, atau perlu diganti dengan undang-undang yang baru.

BAB II

KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI MENURUT UU NO 40 TAHUN 2007

A. Organ Perseroan Terbatas (PT)

PT sebagai subjek hukum mandiri adalah suatu artificial Person, yang membutuhkan direksi sebagai wakilnya. Dapat dikatakan bahwa perseroan terbatas tidak dapat berfungsi menjalankan hak dan kewajibannya tanpa bantuan direksi. Direksi merupakan organ yang mewakili kepentingan perseroan sebagai subjek hukum mandiri. Tugas dan tanggung jawab pengurusan dan perwakilan yang dimiliki direksi itu bersumber pada dua hal, yaitu kebergantungan perseroan pada direksi dipercayakan dengan kepengurusan dan perwakilan perseroan dan perseroan adalah sebab jadi keberadaan (raison d’etre) direksi, apabila tidak ada perseroan, juga tidak ada direksi. Karena itu, tepat dikatakan bahwa antara perseroan dan direksi terdapat fiduciary relationship (hubungan kepercayaan) yang melahirkan fiduciary duties bagi para anggota direksi. Di samping itu, pengurusan dan perwakilan perseroan dilakukan direksi juga berpedoman pada kemampuan dan kehati-hatiannya dalam bertindak (duty of skill and care).31

Perseroan Terbatas (PT) merupakan badan hukum namun ia tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum sendiri, sehingga ia harus bertindak dengan perantara orang alamiah (naturlijke persoon), tetapi orang alamiah tersebut tidak bertindak untuk dirinya, melainkan untuk dan atas tanggung jawab badan hukum. Organ Perseroan Terbatas meliputi:

31

Fred B.G. Tumbuan, Fiduciary Duties Direksi Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1995, News Letter No. 23. (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2001), hlm.3-4.

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam UUPT dan/atau anggaran dasar. Di dalam perseroan, jabatan pemegang saham bukanlah pemegang kedaulatan tertinggi namun acap kali digunakan untuk mempengaruhi kebijakan perseroan. Sehingga di dalam perseroan seharusnya pemegang saham tidak mempunyai kekuasaan sama sekali (di luar forum), namun para pemegang saham baru mempunyai kekuasaan atas PT apabila mereka berada dalam suatu ruangan pertemuan atau forum yang dinamakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Hal ini berarti kehendak bersama para pemegang saham adalah kehendak Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Hasil kehendak Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan kehendak perseroan yang paling tinggi dan tidak dapat ditentang oleh siapapun kecuali keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) itu melanggar undang-undang atau melanggar akta pendirian atau anggaran dasar. Menurut Misahardi Wilamarta, walaupun dalam struktur PT, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mempunyai kekuasaan tertinggi namun hal tersebut bukan berarti bahwa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mempunyai jenjang tertinggi diantara organ perseroan tetapi sekedar memiliki kekuasaan tertinggi bila wewenang tersebut dilimpahkan kepada organ perseroan

lain. Jadi masing-masing organ perseroan memiliki tugas dan wewenang yang berdiri sendiri. 32

Batas-batas dan ruang lingkup kewenangan yang dapat dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dalam suatu PT antara lain:33

a. RUPS tidak dapat mengambil keputusan yang bertentangan dengan hukum yang berlaku dan ketentuan dalam anggaran dasarnya (meskipun anggaran dasar dapat diubah oleh RUPS asal memenuhi syarat untuk itu).

b. RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang bertentangan dengan kepentingan yang dilindungi oleh hukum, yaitu kepentingan stakeholders, seperti pemegang saham minoritas, karyawan, kreditor, masyarakat sekitar dan sebagainya.

c. RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang merupakan kewenangan dari Direksi dan Dewan Komisaris, sejauh kedua organ perusahaan tersebut tidak menyalahgunakan kewenangannnya.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masing-masing organ perseroan terbatas bersifat mandiri, masing-masing mempunyai kekuasaan dan wewenang yang bersumber pada undang-undang perseroan maupun anggaran dasar. Karena itu, RUPS, direksi maupun komisaris tidak boleh melampaui kekuasaan dan kewenangan yang dipunyai. Apalagi mencampuri kekuasaan dan kewenangan dari organ perseroan lainnya. Masing-masing organ Perseroan Terbatas harus berada dalam koridor kekuasaan dan kewenangannya sebagaimana sudah ditentukan oleh undang-undang Perseroan Terbatas maupun anggaran dasar. Kekuasaan dan

32

Handri Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta : Penerbit Pustaka Yustisia, 2009), hlm. 91-92.

33

kewenangan masing-masing organ Perseroan Terbatas itu tidak dapat dilakukan oleh organ perseroan terbatas lainnya.

Sebagaimana telah diungkapkan, bahwa perseroan terbatas merupakan kumpulan atau asosiasi modal, yang oleh undang-undang No. 40 Tahun 2007 diberi status sebagai badan hukum. Dengan demikian pada hakikatnya Perseroan Terbatas itu adalah wadah kerja sama dari para pemilik modal atau pemegang saham yang dijelmakan dalam RUPS. Karena itu, wajarlah jika RUPS sebagai organ Perseroan Terbatas memiliki kekuasaan dan kewenangan yang tertinggi yang tidak dimiliki atau diserahkan kepada organ perseroan lainnya dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang Perseroan Terbatas maupun anggaran dasarnya. Inilah yang dinamakan wewenang eksklusif (exlusive authorities) RUPS. RUPS juga berhak untuk memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi atau dewan komisaris.34

Wewenang ekslusif RUPS yang ditetapkan dalam undang-undang No 40 Tahun 2007 tidak dapat ditiadakan selama tidak ada perubahan Undang-Undang Perseroan Terbatas. Sedangkan wewenang RUPS dalam anggaran dasar semata-mata berdasarkan kehendak RUPS yang disahkan dan disetujui oleh menteri kehakiman yang dapat diubah melalui perubahan anggaran dasar sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang Perseroan Terbatas.35

34

Rachmadi Usman, Op. cit. hlm.129. 35

Abdul Kadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1993), hlm.65-66.

Pada prinsipnya ada 2 (dua) macam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

a) Rapat Umum Pemgang Saham (RUPS) Tahunan

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang wajib dilakukan oleh perseroan sekali dalam setahun, dilakukan paling lambat dalam waktu 6 (enam) bulan setelah tahun buku, dengan pokok pembicaraan adalah disekitar perkembangan perusahaan yang telah terjadi selama setahun. Perkembangan perusahaan selama setahun tersebut disampaikan oleh direksi dengan laporan tahunan, yang harus ditandatangani oleh direksi dan komisaris, yang minimal memuat 6 (enam) hal sebagai berikut:36 1. Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun dan penjelasannya. 2. Terhadap perusahaan dalam 1 (satu) grup, dibuat neraca konsolidasi dan

neraca masing-masing perseroan.

3. Laporan tentang keadaan dan jalannya perusahaan dalam setahun serta hasil-hasil yang telah dicapai.

4. Kegiatan utama perusahaan dan perubahannya selama tahun buku. 5. Rincian masalah-masalah yang terjadi.

6. Nama, gaji dan tunjangan bagi semua anggota direksi dan komisaris.

Tugas direksi untuk membuat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan dan menyusun laporan tahunan. Apabila direksi tidak melakukan tugasnya untuk memanggil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan,

36

maka direksi selayaknya dibebankan tanggung jawab secara renteng jika ada kerugian tertentu, meskipun undang-undang tidak dengan tegas mengaturnya.37

Selanjutnya, jika dalam laporan tahunan ternyata ada isinya yang tidak benar dan/atau menyesatkan, maka secara hukum yang bertanggung jawab kepada pihak yang dirugikan adalah anggota direksi dan anggota komisaris, dan mereka akan bertangung jawab secara renteng. Kecuali ada dari mereka yang membuktikan bahwa ketidakbenaran tersebut bukan karena salahnya. Dengan demikian, sistem pembuktian yang diberlakukan dalam hal ini adalah sistem pembuktian terbalik (omkering van bewijst last, shifting the burden of proof).38

Perhitungan tahunan dapat dibuat sendiri oleh direksi, biasanya dibuat oleh bagian keuangan atau pembukuan dari perusahaan yang bersangkutan. Akan tetapi, untuk perseroan terbatas tertentu, perhitungan tahunan wajib dibuat oleh akuntan publik, yaitu terhadap perseroan terbatas sebagai berikut:39

a. Perusahaan yang kegiatannya berkaitan dengan pengerahan dana masyarakat. Misalnya perusahaan yang bergerak di bidang reksadana.

b. Perusahaan yang mengeluarkan surat pengakuan hutang. c. Perusahaan terbuka.

Jika terdapat kesalahan atau hal-hal yang menyesatkan dalam pembuatan perhitungan tahunan terhadap ketiga golongan perusahaan tersebut, maka pihak akuntan publik sebagai profesional tersebut yang akan memikul beban tanggung jawabnya secara hukum. Pihak lainnya seperti direksi atau komisaris hanya ikut bertanggung jawab jika mereka bersalah karena ikut memberikan kontribusi

37 Ibid, hlm. 138 38 Ibid. 39 Ibid.

sehingga terjadi kesalahan tersebut. Misalnya, direksi memberikan keterangan palsu sehingga pihak akuntan membuat perhitungan yang keliru.40

b) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) luar biasa dapat dilakukan kapan saja bila diperlukan oleh perusahaan dengan mata acara yang juga sangat beraneka ragam, yakni terhadap kegiatan yang tidak termasuk kedalam ruang lingkup Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan. Pada prinsipnya, kegiatan perseroan yang memerlukan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) luar biasa dari suatu perseroan terbatas adalah sebagai berikut:41 1. Kegiatan-kegiatan yang memerlukan persetujuan Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS) sebagaimana disebut dalam anggaran dasar perseroan.

2. Kegiatan-kegiatan yang memerlukan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagaimana disebut dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Kegiatan-kegiatan yang dianggap penting bagi perseroan tersebut sebaiknya juga dilakukan dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), meskipun tidak diharuskan oleh anggaran dasar maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan Pasal 76 UUPT, tempat penyelenggaraan RUPS diadakan ditempat kedudukan perseroan atau ditempat perseroan melakukan kegiatan usahanya yang utama sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar. Sedangkan untuk RUPS Perseroan Terbuka dapat diadakan ditempat kedudukan bursa

40

Ibid, hlm. 139 41

dimana saham perseroan dicatatkan. Namun, yang perlu diperhatikan bahwa tempat RUPS harus terletak di wilayah Negara Republik Indonesia.42 Jika dalam RUPS hadir dan/atau diwakili semua pemegang saham menyetujui diadakannya agenda tertentu, RUPS dapat diadakan di manapun dengan syarat tetap di wilayah Indonesia. Dalam hal tersebut diatas, RUPS dapat mengambil keputusan tersebut disetujui dengan suara bulat. Berdasarkan Pasal 75 ayat 2 UUPT disebutkan dalam RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang masih berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan. Sedangkan RUPS dalam mata acara lain-lain tidak berhak mengambil keputusan, kecuali pemegang saham hadir dan/atau diwakili dalam RUPS dan menyetujui penambahan mata acara rapat. Keputusan atas mata acara rapat yang ditambahkan harus disetujui dengan suara bulat.43

2. Direksi

Berdasarkan Pasal 1 ayat 5 UUPT disebutkan bahwa direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Jadi, direksi merupakan pengurus perseroan yang bertindak untuk dan atas nama perseroan. Dengan kata lain,

42

Handri Raharjo, Op.cit, hlm. 95-96. 43

direksi adalah dewan direktur yang dapat terdiri dari satu atau beberapa orang direktur. 44

1. Direksi Berfungsi Menjalankan Pengurusan Perseroan

Sebagai Organ Perseroan, Direksi mempunyai kedudukan, kewenangan atau memiliki kapasitas dan kewajiban, seperti yang dijelaskan berikut ini:

Tugas atau fungsi utama Direksi, menjalankan dan melaksanakan “pengurusan” (beheer, administration or management) Perseroan. Jadi Perseroan diurus, dikelola atau dimanage oleh Direksi. Hal ini ditegaskan dalam beberapa ketentuan, seperti:

Pasal 1 angka 5 menegaskan, Direksi sebagai Organ Perseroan berwenang dan bertanggung jawab penuh atas “ pengurusan” perseroan untuk kepentingan Perseroan.

Pasal 92 ayat (1) mengemukakan, Direksi menjalankan “pengurusan” perseroan untuk kepentingan perseroan.

Pengertian umum pengurusan Direksi dalam konteks Perseroan, meliputi tugas atau fungsi melaksanakan kekuasaan pengadministrasian dan pemeliharaan harta kekayaan perseroan. Dengan kata lain, melaksanakan pengelolaan atau menangani bisnis perseroan dalam arti sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan perseroan dalam batas-batas kekuasaan atau kapasitas yang diberikan undang- undang dan anggaran dasar (AD) kepadanya.

Direksi sebagai pengurus (beheer, administrator or manager) Perseroan, adalah “pejabat” Perseroan. Jabatannya adalah anggota Direksi atau Direktur

44

Perseroan (a Director is an officer of the company). Anggota Direksi atau Direktur bukan pegawai atau karyawan (he is not an employee). Oleh karena itu, dia tidak berhak mendapat pembayaran prefensial (preferential payment) apabila perseroan dilikuidasi.45

2. Direksi Memiliki Kapasitas Mewakili Perseroan

Direksi sebagai salah satu organ atau alat perlengkapan Perseroan, selain mempunyai kedudukan dan kewenangan mengurus perseroan, juga diberi wewenang untuk “mewakili” perseroan baik di dalam maupun diluar Pengadilan untuk dan atas nama Perseroan. Kewenangan ini ditegaskan pada:

Pasal 1 angka 5, Direksi sebagai Organ Perseroan berwenang mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar (AD).

Pasal 99 ayat (1) Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

Kewenangan mewakili itu adalah untuk dan atas nama (for and on behalf) perseroan. Bukan atas nama dari Direksi, tetapi mewakili perseroan (representative of the company).46

a. Kualitas Kewenangan Direksi mewakili Perseroan Tidak Terbatas dan Tidak Bersyarat.

Kapasitas atau kewenangan yang dimiliki Direksi mewakili perseroan karena undang-undang. Artinya, undang-undang sendiri dalam hal ini Pasal 1 angka 5 dan Pasal 92 ayat (1) UUPT 2007 yang memberi kewenangan itu kepada

45

M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta : Penerbit Sinar Grafika, 2009), hlm. 345-346.

46

Direksi untuk mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan. Oleh karena itu, kapasitas yang mewakili yang dimilikinya, adalah kuasa atau perwakilan karena undang- undang (wettelijke vertegenwoordig, legal or statutory representative). Dengan demikian, untuk bertindak mewakili perseroan, tidak memerlukan kuasa dari perseroan. Sebab kuasa yang dimilikinya atas nama perseroan adalah kewenangan yang melekat secara inherent pada diri dan jabatan Direksi berdasarkan undang-undang.47

Sehubungan dengan itu, sesuai dengan kapasitasnya sebagai kuasa mewakili perseroan berdasarkan undang-undang, Direksi memberi kuasa kepada orang yang ditunjuknya untuk bertindak mewakili perseroan. Tindakan pemberian kuasa yang demikian dapat dilakukan Direksi tanpa memerlukan persetujuan dari organ perseroan yang lain. Tidak memerlukan persetujuan dari RUPS maupun dari Dewan Komisaris.48

Menurut pasal ini, pada dasarnya kewenangan Direksi untuk mewakili Perseroan:

Akan tetapi, apa yang dijelaskan di atas merupakan ketentuan dan prinsip umum. Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan, untuk melakukan tindakan tertentu harus lebih dahulu mendapat kuasa atau persetujuan dari RUPS, apabila hal itu ditentukan dalam anggaran dasar (AD). Kemungkinan yang demikian dijelaskan dalam Pasal 98 ayat (3).

49

1. Tidak terbatas (unlimited) dan tidak bersyarat (uncondional)

2. Kecuali UU ini, anggaran dasar (AD) atau keputusan RUPS menentukan lain

47 Ibid. 48 Ibid. 49 Ibid, hlm. 350.

Jadi, keputusan RUPS boleh membatasi dan menentukan syarat tertentu. Akan tetapi menurut Pasal 98 ayat (4), keputusan RUPS tidak boleh bertentangan dengan undang-undang ini dan anggaran dasar (AD). Menurut penjelasan pasal tersebut yang dimaksud tidak boleh bertentangan dengan UU, misalnya RUPS tidak berwenang memutuskan bahwa Direksi di dalam mengalihkan sebagian besar aset Perseroan, cukup dengan persetujuan RUPS dengan kuorum kehadiran kurang dari ¾ (tiga perempat). Sedangkan yang dimaksud tidak boleh bertentangan dengan anggaran dasar (AD), misalnya anggaran dasar (AD) menentukan untuk meminjam uang di atas Rp 1.000,000,000,00 (satu miliar rupiah), Direksi harus mendapat persetujuan RUPS.

b. Setiap Anggota Direksi Berwenang Mewakili Perseroan

Pada prinsipnya, setiap anggota Direksi berwenang mewakili perseroan, kecuali ditentukan dalam anggaran dasar (AD). Hal itu ditegaskan oleh Pasal 98 ayat (2). Apabila anggota direksi terdiri “lebih” dari 1 (satu) orang, maka setiap anggota direksi berwenang mewakili perseroan.

Akan tetapi, pada akhir kalimat itu dikatakan, kecuali anggaran dasar (AD) menentukan lain. Berarti anggaran dasar (AD) Perseroan dapat menentukan hanya Direktur Utama atau anggota Direksi tertentu saja yang berwenang mewakili Perseroan. Dalam hal yang demikian, tertutup kewenangan anggota Direksi yang lain mewakili perseroan.

Pasal 99 UUPT 2007, mengatur ketentuan, bahwa dalam hal atau keadaan tertentu anggota Direksi, tidak berwenang mewakili Perseroan di dalam maupun di luar pengadilan, apabila:

1. Terjadi perkara di pengadilan antara Perseroan dengan anggota Direksi yang bersangkutan, atau

2. Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan.

Menghadapi hal yang demikian, menurut Pasal 99 ayat (2), yang berhak mewakili Perseroan adalah:50

1. Anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan,

2. Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan, atau

3. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan.

3. Dewan Komisaris

Dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, serta memberi nasihat kepada direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat tersebut dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Dewan komisaris terdiri atas satu anggota atau lebih. Dewan komisaris yang terdiri atas lebih dari satu orang anggota merupakan

50

majelis dan setiap anggota dewan komiaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan dewan komisaris. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat, menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit dua orang anggota dewan komisaris.51

Eksistensi dan kedudukan Dewan Komisaris sebagai Organ Perseroan lebih spesifik ditegaskan pada Pasal 1 angka 6 yang berbunyi Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.

Landasan hukum eksistensi dan kedudukan Dewan Komisaris, diatur dalam beberapa pasal, Pertama pada Pasal 1 angka 2 UUPT 2007, yang berbunyi Organ perseroan adalah Rapat Umum Pemengang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris.

52

Selanjutnya perlu diperhatikan Penjelasan Umum angka 1 alinea ketujuh, antara lain mengatakan:53

a. UUPT 2007 memperjelas dan mempertegas tugas/fungsi dan tanggung jawab dewan komisaris (DK),

b. Mengatur keberadaan Komisaris independent dan Komisaris Utusan,

c. Mewajibkan Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasar prinsip syariah, selain mempunyai dewan komisaris (DK), juga harus mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPSy) yang bertugas memberikan nasihat dan

51

Frans Satrio Wicksono, Op. cit. hlm. 86. 52

M.Yahya Harahap, Op. cit. 436. 53

saran kepada Direksi dan mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah.

Maksud mewajibkan adanya dewan pengawas syariah (DPSy) di samping dewan komisaris (DK), untuk mengakomodasi berkembangnya kegiatan usaha berdasar prinsip syariah.

Kewenangan Dewan Komisaris berdasarkan UUPT: 54

1. Menurut Pasal 106 ayat 1, Dewan Komisaris dengan menyebutkan alasannya dapat memberhentikan anggota Direksi untuk sementara.

2. Menurut Pasal 118, apabila direksi tidak ada atau berhalangan karena suatu sebab, komisaris dapat bertindak sebagai pengurus yang dalam hal ini semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga berlaku untuk komisaris tersebut.

3. Pendiri juga dapat menentukan kewenangan lain komisaris dalam akta

pendirian atau anggaran dasar. Biasanya ada dua hal, yaitu: a. Kewenangan meminta keterangan dari direksi tentang hal-hal yang

diperlukan berkenaan dengan kepentingan perseroan.

b. Kewenangan memasuki ruangan dan tempat-tempat penyimpanan barang-barang milik perseroan.

4. Menurut Pasal 121, dalam menjalankan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108, dewan komisaris dapat membentuk komite, yang anggotanya seorang atau lebih adalah anggota Dewan Komisaris dan komite ini bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.

54

Anggota dewan komisaris diangkat oleh RUPS. Untuk pertama kali pengangkatan anggota dewan komisaris dilakukan oleh pendiri dalam akta pendirian. Anggota dewan komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali. Anggaran dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian dewan komisaris, serta dapat juga mengatur tentang pencalonan anggota dewan komisaris. Keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota dewan komisaris juga menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian tersebut. Namun, jika RUPS tidak menentukan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota dewan komisaris, pengangkatan, penggantian dan pemberhentian mulai berlaku sejak ditutupnya RUPS.55

Jika terjadi pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota dewan komisaris, direksi wajib memberitahukan perubahan tersebut kepada menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut. Jika pemberitahuan belum dilakukan, menteri menolak setiap pemberitahuan tentang perubahan susunan dewan komisaris selanjutnya yang disampaikan kepada menteri oleh direksi.56

Pemberhentian dewan komisaris diatur dalam Pasal 119 Undang-Undang No 40 Tahun 2007. Hubungan direksi dan dewan komisaris dengan perseroan bukan merupakan hubungan kepegawaian biasa, karena pengangkatan direksi dan komisaris dilakukan melalui mekanisme RUPS, maka yang berhak

55

Pasal 111 Undang-Undang No 40 Tahun 2007. 56

memberhentikan dewan komisaris adalah RUPS. Pemberhentian dewan komisaris dilakukan dengan menyebutkan alasan pemberhentian dan sesuai dengan prosedur

Dokumen terkait