• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

B. Saran

Berikut ini adalah beberapa saran yang ingin penulis berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu :

1. Sebaiknya dalam proses pendidikan di sekolah-sekolah senantiasa ditekankan pula pendidikan-pendidikan moral religius sehingga para pelajar yang dilahirkan tidak hanya berbekal kepintaran dan kecerdasan intelektual (IQ), tetapi juga kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan emosional (EQ) agar mampu melahirkan pribadi yang seimbang dan berkarakter luhur.

2. Sekolah-sekolah sebaiknya sebaiknya senantiasa mendukung segala jenis kegiatan-kegiatan kesiswaan berorientasi positif baik dalam bantuan moril maupun materi sehingga kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler mampu menarik minat para pelajar.

3. Kepada orang tua siswa juga diharapkan agar selalu melakukan pengawasan dan bimbingan kepada anaknya terutama di lingkungan teman sebaya dan lingkungan sosial agar terhindar atau tidak terjebak dalam pergaulan yang rentan melakukan hal-hal negatif atau tindakan kriminilitas termasuk dalam hal melakukan tindak pidana perampasan sepeda motor (begal).

4. Peran kepolisian sebagai mitra masyarakat dalam konteks pencegahan dan pemberantasan masyarakat harus senantiasa ditingkatkan dengan program-program yang langsung terjun ke dalam masyarakat, khususnya melalui sosialisasi dan bimbingan untuk meningkatkan kewaspadaan dan perasan serta para pelajar dalam memelihara keamanan, ketertiban dan kesejahteraan sosial di dalam masyarakat.

BAB II

GAMBARAN UMUM KEPOLISIAN SEKTOR DELITUA

A. Profil Wilayah Hukum Polsek Delitua

Kepolisian Sektor (Polsek) Delitua adalah salah satu institusi kepolisian yang di jajaran Kepolisian Resort Kota Medan (Polresta Kota Medan). Wilayah hukum Polsek Delitua mencakup 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Tuntungan dan Kecamatan Deli.

Di wilayah hukum Polsek Delitua terdapat lokasi-lokasi yang rawan tindakan kriminalitas. Lokasi rawan unjuk rasa terdapat di Kelurahan Pangkalan Mansyur tepat di Jl.A.H. Nasuition (Kantor Kejatisu). Lokasi rawan narkoba terdapat di Kelurahan Bekala dan Kelurahan Mangga. Lokasi rawan judi adalah Kelurahan Simalingkar B, Kelurahan Namo Gajah, dan Kelurahan Ladang Bambu. Lokasi rawan pencurian dengan kekerasan (curas) berada di Kelurahan Titik Kuning dan Simpang Pos. Lokasi rawat pencurian dengan pemberatan (curat) terdapat di Kelurahan Kedai Durian, Kelurahan Mekar Sari, dan Kelurahan Delitua Timur. Lokasi rawat penganiayaan berat (anirat) adalah Kelurahan Ladang Bambu, Kelurahan Lauchi, dan Kel.Gedung Johor. Lokasi rawan premanis terdapat di Kelurahan Tanjung Selamat, dan Kelurahan Simpang Selayang.

B. Data Statistik Pencurian Kenderaan Bermotor Roda Dua

Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI), ditugaskan oleh negara sebagai penyidik tunggal terhadap setiap tindak pidana umum. Hal ini dapat dilihat dalam KUHP Pasal 6 ayat (1) sub a bahwa penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia.

Pencurian kendaraan bermotor sebagai tindak pidana umum yang diatur dalam KUHP dan merupakan wewenang kepolisian untuk mengadakan penyidikan, sehingga di Kepolisian dapat diketahui tentang jumlah kejahatan dalam hal ini kejahatan pencurian kendaraan

bermotor yang dilakukan oleh oknum mahasiswa. Seperti halnya dengan daerah lain, di wilayah hukum Polsek Delitua juga tidak luput pula dari gangguan keamanan dan ketertiban dalam bentuk kejahatan yang menjadi problematika sosial khususnya kejahatan pencurian kendaraan bermotor. Hal ini telah membawa dampak negatif dan merugikan penduduk atau masyarakat di wilayah hhukum Polseks Delitua.

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan kejahatan pencurian kendaraan bermotor yang terjadi di Kecamatan Delitua khususnya yang dilakukan oleh pelajar, maka di bawah ini penulis akan meninjau data mengenai kejahatan pencurian kendaraan bermotor yang terjadi di Kecamatan Delitua secara umum dan secara khusus yang melibatkan pelajar sebagai pelaku kejahatan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir, yaitu dari tahun 2013 sampai tahun 2015.

Tabel 1

Data jumlah kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor yang dilakukan di wilayah hukum Polsek Delitua

Tahun 2013-2015

Tahun Jumlah Tindak Pidana (JTP) Penyelesaian Jumlah Tindak Pidana (PJTP)

2013 97 23

2014 87 28

2015 96 46

Jumlah 280 99

Sumber : Unit Reskrim Polsek Delitua.

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa intensitas kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor sempat menurun di tahun 2014 lalu meningkat di tahun 2015. Pada tahun 2013 tercatat laporan yang masuk sebanyak 97 kasus, dan selesai sebanyak 23 kasus (23,71%). Pada tahun 2014 tercatat laporan yang masuk sebnayak 87 kasus, dan yang selesai sebanyak 28 kasus (32,18%). Pada tahun 2015 tercatat laporan yang masuk sebanyak 96 kasus dan yang selesai sebanyak 46 kasus (47,92%).

Tabel 2

Data jumlah kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor yang dilakukan oleh Pelajar di wilayah hukum Polsek Delitua

Tahun 2013-2015

Tahun Jumlah Tindak Pidana (JTP) Penyelesaian Jumlah Tindak Pidana (PJTP)

2013 2 2

2014 2 2

2015 5 3

Jumlah 8 8

Sumber : Unit Reskrim Polsek Delitua.

Berdasarkan data pada tabel 2 di atas, dapat disimpulkan bahwa kejahatan pencurian kendaraan bermotor yang dilakukan oleh oknum pelajar tiap tahun semakin meningkat. Pada tahun 2013 tercatat 2 laporan yang masuk, pada tahun 2014 tercatat 2 laporan yang masuk dan pada tahun 2015 tercatat ada 3 laporan yang masuk. Secara keseluruhan kasus pencurian kendaraan bermotor yang dilakukan oleh oknum pelajar telah diselesaikan oleh pihak Kepolisian Sektor Delitua.

C. Modus Operandi Pencurian Kenderaan Bermotor Roda Dua Dengan Kekerasan (Begal)

Kejahatan merupakan fenomena kehidupan masyarakat, karena kejahatan juga masalah manusia yang berupa kenyataan sosial. Penyebabnya kurang kita pahami, karena dapat terjadi dimana dan kapan saja dalam pergaualan hidup.Sedangkan naik turunnya angka kejahatan tersebut tergantung pada keadaan masyarakat, keadaan politik ekonomi, budaya dan sebagainya. Tindak pidana pencurian kendaraan bermotor jenis roda dua tergolong dan merupakan tindak pidana terhadap harta benda yang menjanjikan atau memberikan hasil yang cukup memadai kepada para pelakunya.

Tindak pidana pencurian kendaraan bermotor jenis roda dua dengan kekerasan (pembegalan) biasanya dilakukan oleh dua atau lebih pelaku dan terorganisir. Dalam melakukan modus pembegalan dilakukan dengan dengan cara memepet target dan dua hingga lima sepeda motor sambil mengancam dengan senjata tajam bahkan ada yang menggunakan senjata api jika korban tidak memberikan sepeda motor. Bersama dengan rekan-rekannya para begal motor mengintai dan mengikuti korban dari belakang hingga lokasi yang sepi. Aksi akan dimulai setelah pelaku merasa aman utuk menjalankan aksinya. Kebanyakan dari korban adalah kaum wanita.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejahatan adalah masalah manusia dan gejala sosial karena dapat terjadi dimana dan kapan saja dalam pergaualan hidup. Sedangkan naik turunnya angka kejahatan tersebut tergantung pada keadaan masyarakat, keadaan politik ekonomi, budaya dan sebagainya. Salah satu kejahatan yang sering terjadi dalam masyarakat adalah tindak pidana pencurian kendaraan bermotor roda dua. Hal ini bukan saja menarik perhatian penegak hukum tetapi juga mengusik rasa aman masyarakat. Kendaraan bermotor roda dua merupakan sarana transporasi yang mempunyai mobilitas tinggi, maka pelaku kejahatan ini merupakan kejahatan yang memiliki mobilitas tinggi juga dampak negatifnya terhadap masyarakat.

Kejahatan pencurian kendaraan bermotor merupakan kejahatan terhadap harta benda yang tidak lajim terjadi di negara-negara berkembang……. selanjutnya dikatakan bahwa

kejahatan pencurian kendaraan bermotor beserta isi-isinya merupakan sifat kejahatan yang menyertai pembangunan.1

Fenomena pencurian kenderaan bermotor roda dua dengan kekerasan atau dikenal

dengan istilah “begal” adalah salah satu bentuk kejahatan yang akhir-akhir ini sangat meresahkan masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata begal berarti penyamun dan jika ditambahkan dengan membegal berarti “merampas di jalan”2

Maraknya pemberitaan aksi begal di berbagai daerah sebagaimana yang telah kita baca, dengar, bahkan menyaksikan secara langsung, sungguh kejam dan mengiriskan sekali. Dikatakan demikian karena dalam melakukan aksinya para begal motor ini selalu menggunakan senjata tajam atau senjata api sehingga apabila korbannya melawan mereka

1 Soerjono Soekanto, Hartono Widodo dan Chalimah Sutanto, Penanggulangan Pencurian Kendaraan Bermotor Suatu Tinjauan Kriminologi, Aksara, Jakarta, 1988, hal.20.

2

http://kbbi.web.id/begal, diakses tgl. 16 Nopember 2015. 1

tidak segan-segan untuk melukai dan membunuhnya bahkan dibarengi dengan tindakan pemerkosaan karena kebanyakan para korbannya adalah kaum wanita.

Aksi begal motor yang dilakukan oleh sekelompok orang atau terorganisir pada hakekatnya adalah perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Pencurian dengan kekerasan dalam perspektif hukum merupakan salah satu tindak pidana (delict) yang meresahkan dan merugikan masyarakat. Oleh karena itu harus diberi tindakan hukum. Hal ini telah diatur dalam KUHP Pasal 365 ayat (1), (2) dan (3) yaitu dengan pidana hukuman selama-lamanya sembilan tahun, dua belas tahun, bahkan seumur hidup.

Oleh karena itu, adanya aksi begal motor menuntut kita semua, khususnya penegak hukum untuk menjalankan tugas dengan baik-baiknya. Kepada aparat Kepolisian diharapkan melakukan tindakan dengan cepat baik secara represif maupun preventif. Sementara bagi aparat Jaksa dan Hakim agar melakukan penuntutan dan penetapan vosis dengan seadil-adilnya berdasarkan fakta-fakta hukum.

Tindak pidana pencurian kenderaan roda dua dengan kekerasan akhir-akhir ini juga semakin marak terjadi di wilayah hukum Polresta Medan umumnya dan Polsek Delitua khususnya. Satu hal yang justru menarik perhatian dan mengusik pikiran penulis adalah bahwa di daerah ini tindak pidana pencurian kenderaan bermotor dengan kekerasan juga telah melibatkan pelajar sebagai pelakunya.

Betapa sangat disayangkan, bagaimana mungkin seorang pelajar di usia remaja yang dididik sedemikian rupa di sekolah ternyata tega dan terpengaruh untuk melakukan perbuatan yang tidak terpuji. Tindakannya ini selain merusak mental dan masa depan pelajar itu sendiri, juga telah membuat malu keluarga, sekolah, masyarakat dan bangsa.

Kita menyadari dan menyepakati bahwa tindak pidana pencurian bukanlah tindakan yang manusiawi karena tidak didasari oleh akal sehat. Akal yang merupakan karunia pemberian Tuhan Yang Maha Esa digunakan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang benar. Karena tindak pidana pencurian merupakan tindakan yang menyimpang baik dari segi hukum, agama, dan norma-norma adat maka perbuatan ini bukanlah perbuatan yang baik.

Dalam keadaan demikian maka kehadiran kriminologi sebagai salah satu ilmu bantu hukum pidana sangat diperlukan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan, bertujuan memahami gejala-gejala kejahatan di tengah pergaulan hidup manusia, menggali sebab-musabab kejahatan, dan mencari atau menyusun konsep-konsep penanggulangan kejahatan seperti upaya mencegah atau mengurangi kejahatan yang mungkin akan terjadi.

Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Tinjauan Kriminologis Terhadap Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Roda Dua Dengan Kekerasan (Begal) Yang Dilakukan Oleh Pelajar (Studi Kasus Polsek Delitua)”

B. Perumusan Masalah

Dari uraian yang telah disampaikan dalam latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang mendasari skripsi ini adalah :

1. Apakah faktor-faktor penyebab pelajar melakukan pencurian kendaraan bermotor roda dua dengan kekerasan (begal) di wilayah hukum Polsek Delitua?

2. Bagaimana upaya aparat penegak hukum Polsek Delitua dalam menanggulangi pencurian kendaraan bermotor roda dua dengan kekerasan (begal) yang dilakukan oleh pelajar ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pelajar melakukan pencurian kendaraan bermotor roda dua dengan kekerasan (begal) di wilayah hukum Polsek Delitua?

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum Polsek Delitua dalam menanggulangi pencurian kendaraan bermotor roda dua dengan kekerasan (begal) yang dilakukan oleh pelajar.

Selanjutnya penelitian ini juga diharapkan mendatangkan manfaat yang berupa : 1. Manfaat Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat memberikan masukan sekaligus menambah khazanah ilmu pengetahuan dan literatur dalam dunia akademis, khususnya tentang hal yang berhubungan dengan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan (begal) yang dilakukan oleh pelajar. Selain itu dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan konsep ilmiah yang dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan hukum di Indonesia.

2. Manfaat Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat memberi pengetahuan tentang kasus-kasus tindak pidana yang terjadi dewasa ini dan bagaimana upaya penanggulangan sehingga kasus-kasus tindak pidana pencurian kendaraan bermotor roda dua dengan kekerasan yang dilakukan oleh pelajar bisa dikurangi. Selain itu juga sebagai pedoman dan masukan baik bagi aparat penegak hukum maupun masyarakat umum dalam menentukan kebijakan dan langkah-langkah dalam memberantas tindak pidana pencurian.

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum Polsek Delitua dalam menanggulangi pencurian kendaraan bermotor roda dua dengan kekerasan (begal) yang dilakukan oleh pelajar.

D. Keaslian Penulisan

Dengan melihat skripsi ini, maka akan diperoleh suatu gambaran mengenai tindak pidana pencurian kendaraan bermotor roda dua dengan kekerasan (begal) yang dilakukan oleh pelajar. Sepanjang yang diketahui, khususnya setelah mengadakan intervensi judul skripsi ini di perpustakaan Fakultas Hukum USU maka skripsi yang berjudul “Tinjauan

Kriminologis Terhadap Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Roda Dua Dengan Kekerasan (Begal) Yang Dilakukan Oleh Pelajar ((Studi di Polsek Delitua)” belum pernah

diangkat sebelumnya. Penyusunan skripsi ini berdasarkan referensi buku-buku hasil pemikiran, bacaan-bacaan dari media internet, dan juga bantuan dari berbagai pihak. Semua ini merupakan implikasi pengetahuan dalam bentuk tulisan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara alamiah. Dengan demikian skripsi ini masih asli.

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Kriminologi

Asal mula perkembangan kriminologi tidak dapat disangkal berasal dari penyelidikan C. Lomborso (1876). Bahkan lomborso menurut Pompe dipandang sebagai salah satu tokoh revolusi dalam sejarah hukum pidana, disamping Cesare Baccaria.Namun ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa penyelidikan secara ilmiah tentang kejahatan justru bukan dari Lomborso melainkan dari Adolhe Quetelet, seorang Belgia yang memiliki keahlian dibidang Matematika. Bahkan, dari dialah berasal “statistic kriminil” yang kini dipergunakan terutama

oleh pihak kepolisian di semua negara dalam memberikan deskripsi tentang perkembangan kejahatan di negaranya. 3

Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan. Nama kriminologi ditemukan oleh P. Topinard (1983-1911) seorang ahli antropologi Prancis, secara

3

harfiah berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang

berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan atau penjahat. 4

W.A. Bonger menyatakan bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya. 5

Definisi kriminologi menurut Edwin H.Sutherland adalah keseluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian dengan perbuatan jahat sebagai gejala sosial. Menurutnya kriminologi mencakup proses-proses pembuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum.6

Sedangkan Wood berpendirian bahwa istilah kriminologi meliputi keseluruhan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman, yang bertalian dengan perbuatan jahat dan penjahat, termasuk di dalamnya reaksi dari masyarakat terhadap perbuatan jahat dan para penjahat7

Menurut Ediwarman, kriminologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan (baik yang dilakukan oleh individu, kelompok atau masyarakat) dan sebab musabab timbnya kejahatan serta upaya-upaya penanggulangannya sehingga orang tidak berbuat kejahatan lagi.8

Moeljatno berpendapat bahwa kriminologi adalah untuk mengerti apa sebab-sebab sehingga seseorang berbuat jahat. Apakah memang karena bakatnya adalah jahat ataukah didorong oleh keadaan masyarakat disekitarnya (milieu) baik keadaan sosiologis maupun ekonomis. Ataukah ada sebab-sebab lain lagi. Jika sebab-sebab itu diketahui, maka disamping pemidanaan, dapat diadakan tindakan-tindakan yang tepat, agar orang tadi tidak

4

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hal.9 5

W.A. Bonger, Pengantar tentang Kriminologi, Terjemahan oleh R.A.Koesnoen, PT.Pembangunan, Cetakan Ketujuh, 1995, hal.19

6

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Op.cit, hal.9 7 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Op.cit, hal.12 8

Ediwarman, dkk, Monograf Krimonologi, Edisi Ketiga, Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2012, hal.6

lagi berbuat demikian, atau agar orang-orang lain tidak akan melakukannya. Karena itulah terutama dinegeri-negeri angelsaks, Kriminologi dibagi menjadi tiga bagian9, yaitu :

1. Criminal biology, yang menyelidiki dalam diri orang itu sendiri akan sebab-sebab dari perbuatannya, baik dalam jasmani maupun rohani.

2. Criminal sociology, yang mencoba mencari sebab-sebab dalam lingkungan masyarakat dimana penjahat itu berbeda (dalam milieunya).

3. Criminal policy, yaitu tindakan-tindakan apa yang disekitarnya harus dijalankan supaya orang lain tidak berbuat demikian.

Menurut A.S. Alam, ruang lingkup pembahasan kriminologi meliputi tiga hal pokok10, yaitu :

1. Proses pembuatan hukum pidana dan acara pidana (making laws). Pembahasan dalam proses pembuatan hukum pidana (process of making laws) meliputi :

a. Definisi kejahatan b. Unsur-unsur kejahatan

c. Relativitas pengertian kejahatan d. Penggolongan kejahatan

e. Statistik kejahatan

2. Etiologi kriminal, yang membahas yang membahas teori-teori yang menyebabkan terjadinya kejahatan (breaking of laws). Sedangkan yang dibahas dalam etiologi kriminal (breaking of laws) meliputi :

a. Aliran-aliran (mazhab-mazhab) kriminologi b. Teori-teori kriminologi

c. Berbagai perspektif kriminologi

3. Reaksi terhadap pelanggaran hukum, (reacting toward the breaking of laws).

9

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal.14 10

Reaksi dalam hal ini bukan hanya ditujukan kepada pelanggar hukum berupa tindakan represif tetapi juga reaksi terhadap calon pelanggar hukum berupa upaya-upaya pencegahan kejahatan (criminal prevention). Selanjutnya yang dibahas dalam bagian ketiga adalah perlakuan terhadap pelanggar-pelanggar hukum (Reacting Toward the Breaking laws) meliputi :

a. Teori-teori penghukuman

b. Upaya-upaya penanggulangan/pencegahan kejahatan baik berupa tindakan pre-emtif, preventif, represif, dan rehabilitatif.

Dari berbagai pengertian yang dikemukakan di atas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kriminologi pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari mengenai kejahatan, untuk memahami sebab-musabab terjadinya kejahatan, serta mempelajari tentang pelakunya, yaitu orang yang melakukan kejahatan, atau sering disebut penjahat. Dan juga untuk mengetahui reaksi masyarakat terhadap kejahatan dan pelaku . Hal ini bertujuan untuk mempelajari pandangan serta tanggapan masyarakat terhadap perbuatan-perbuatan atau gejala-gejala yang timbul dimasyarakat yang dipandang sebagai perbuatan yang merugikan atau membahayakan masyarakat luas.

2. Pengertian Pidana dan Tindak Pidana a. Pengertian Pidana

Pidana berasal dari kata straf (Belanda), yang pada dasarnya dapat dikatakan sebagai suatu penderitaan (nestapa) yang sengaja dikenakan/dijatuhkan kepada seseorang yang telah terbukti bersalah melakukan suatu tindak pidana. 11Menurut Moeljatno istilah hukuman yang berasal dari kata straf, merupakan suatu istilah yang konvensional. Moeljatno menggunakan istilah yang inkonvensional, yaitu pidana. 12

Andi Hamzah membedakan istilah hukuman dengan pidana, yang dalam bahasa

11

Kamus Hukum, Citra Umbara, Bandung, 2008, hlm 493 12

Belanda dikenal dengan istilah straf. Istilah hukuman adalah istilah umum yang diper-gunakan untuk semua jenis sanksi baik dalam ranah hukum perdata, administratif, disiplin dan pidana, sedangkan istilah pidana diartikan secara sempit yaitu hanya sanksi yang berkaitan dengan hukum pidana.13

Hukum pidana menentukan sanksi terhadap setiap pelanggaran hukum yang dilakukan. Sanksi itu pada prinsipnya merupakan penambahan penderitaan dengan sengaja. Penambahan penderitaan dengan sengaja ini pula yang menjadi pembeda terpenting antara hukum pidana dengan hukum yang lainnya.14 Hukum pidana menentukan sanksi terhadap setiap pelanggaran hukum yang dilakukan. Sanksi itu pada prinsipnya merupakan penambahan penderitaan dengan sengaja. Penambahan penderitaan dengan sengaja ini pula yang menjadi pembeda terpenting antara hukum pidana dengan hukum yang lainnya.15

b. Pengertian Tindak Pidana

R. Abdoel Djamali mengatakan, Peristiwa Pidana atau sering disebut Tindak Pidana (Delict) ialah suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan yang dapat dikenakan hukuman pidana. Suatu peristiwa hukum dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana kalau memenuhi unsur-unsur pidananya. Tindak Pidana merupakan suatu perbuatan yang diancam hukuman sebagai kejahatan atau pelanggaran.16

Menurut Moeljatno, pengertian tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana yang disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. 17 Berkaitan dari pendapat di atas, menurut Simons tindak pidana adalah perbuatan manusia yang bertentangan dengan hukum. Perbuatan yang mana dilakukan oleh seseorang yang dipertanggungjawabkan, dapat

13

Hamzah, Andi, Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta, Bandung, 2009, hal. 1 14

J.M. van Bemmelen. Hukum Pidana 1, Hukum Pidana Material Bagian Umum, Binacipta,Bandung, 1987. hal.17.

15 J.M. van Bemmelen. Hukum Pidana 1, Hukum Pidana Material Bagian Umum, Binacipta,Bandung, 1987. hal.17.

16 R.Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal.17517.

17

diisyaratkan kepada pelaku. 18

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa tindak pidana dapat dipahami sebagai suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang dapat menimbulkan akibat dilakukannya tindakan hukuman atau pemberian sanksi terhadap perbuatan tersebut. 3. Pengertian Pencurian

Pencurian di dalam bentuknya yang pokok diatur di dalam Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang berbunyi :

“Barang siapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hak, maka ia dihukum karena kesalahannya melakukan pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda setinggitingginya enam

puluh rupiah”.

Melihat dari rumusan pasal tersebut dapat kita ketahui, bahwa kejahatan pencurian itu merupakan delik yang dirumuskan secara formal dimana yang dilarang dan diancam dengan

hukuman, dalam hal ini adalah perbuatan yang diartikan “mengambil”.

Menerjemahkan perkataan “zich toeeigenen” dengan “menguasai”, oleh karena

didalam pembahasan selanjutnya pembaca akan dapat memahami, bahwa “zich toeeigenen

Dokumen terkait