PEMERIKSAAN FISIK DAN DIAGNOSTIK PADA HATI
2. Sasaran Belajar dalam Bab ini Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan pemeriksaan fisik dan diagnostik pada hati.
3. Sasaran Pembelajaran yang diharapkan pada modul
ini adalah mahasiswa memahami dan mampu menguraikan pemeriksaan fisik dan diagnostik pada hati.
4. Strategi/Metode Pembelajaran. Strategi pembelajaran
dalam bab ini dilaksanakan dengan metode tutorial, diskusi, dan CSL. Dalam bab ini terdapat skenario yang menjadi pemicu untuk membahas aspek pemeriksaan fisik dan diagnostik pada hati.
5. Indikator/Kriteria penilaian, dalam bab ini terdapat,
item yang dinilai adalah:
a. Kemampuan kerja sama, bobot 20
b. Kemampuan menyampaikan pendapat, bobot 20
c. Kreativitas ide dengan bobot 20
d. Kemampuan menyampaikan informasi, bobot 20
B. URAIAN.
1. Pemeriksaan Fisik pada Hati
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di rumah sakit yang tidak dapat dipisahkan dari rangkaian pengobatan dan perawatan.
Validitas hasil pemeriksaan diagnostik sangat
ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat, dan bahan yang digunakan serta pemeriksaannya sendiri. Dua hal pertama menjadi tugas dan tanggung jawab perawat. Oleh karena itu, pemahaman perawat pada berbagai pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien sangatlah menentukan keberhasilannya. Begitu halnya pada klien yang diduga atau yang menderita gangguan sistem endokrin, pemahaman perawat yang lebih baik tentang berbagai prosedur diagnostik yang lazim sangatlah diharapkan (Wahyu, 2010).
a. Persiapan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh perawat
1) Anamnesa/Pengkajian Hati/Data Subyektif;
Pengkajiannya a) Data Demografi Identitas klien. Identitas penanggung. Usia klien. Jenis kelamin.
Tempat tinggal klien (alamat).
Tanggal masuk rumah sakit.
b) Riwayat kesehatan keluarga.
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang dialami klien/pasien atau gangguan secara langsung :
Sirosis: dicurigai karena Perlemakan hati
Hiperbilirubinemia: Ada / tidaknya
keluarga yang menderita penyakit yang sama
c) Riwayat Kesehatan dahulu:
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh keluarga di luar gangguan yang dirasakan
sekarang, khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama karena tidak mengganggu aktivitas, kondisi ini tidak dikeluhkan, seperti:
Mudah lelah.
BB yang tidak sesuai dengan usia,
misalnya selalu kurus meskipun banyak makan.
Gangguan psikologis, seperti mudah
marah, sensitif, sulit bergaul, dan tidak mudah berkonsentrasi.
Penggunaan obat-obatan yang dapat
merangsang aktivitas hati / hepatotoxic.
d) Riwayat Diet :
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat mencerminkan gangguan metabolik tertentu, pola dan kebiasaan makan yang salah dapat menjadi faktor penyebab. Oleh karena itu kondisi berikut perlu dikaji :
Adanya nausea, muntah, dan nyeri
Penurunan atau penambahan BB yang drastis.
Selera makan yang menurun atau bahkan
berlebihan.
Pola makan dan minum sehari-hari.
Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan
minuman yang dapat menggangu fungsi metabolik seperti minuman beralkohol dan makanan tinggi lemak.
e) Masalah kesehatan sekarang
Pengembangan dari keluhan utama.
Fokuskan pertanyaan yang menyebabkan keluarga/pasien meminta bantuan pelayanan, seperti:
Apa yg dirasakan pasien saat ini.
Apakah masalah atau gejala yang
dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau
perlahan-lahan dan sejak kapan
dirasakan.
Bagaimana gejala tersebut
mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari.
Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi.
Apakah ada perubahan fisik tertentu
yang sangat menggangu pasien.
Hal-hal lain yang perlu dikaji karena
berhubungan dengan fungsi metabolik secara umum:
f) Status Comfort
Dari discomfort abdomen dan pruritis. Biasanya klien mengeluh discomfort pada kuadran kanan abdomen (nyeri hebat). Nyeri tersebut biasanya dihubungkan dengan adanya infeksi. Sedangkan gatal atau pruritis
dihubungkan dengan adanya joundice.
g) Status Nutrisi
Gangguan status nutrisi berupa
anorexsia, nausea dan vomiting. Kaji pula faktor presipitatus, hubungan dengan intake alkohol atau makanan. Biasanya pada klien dengan kronik liver diberikan diit khusus,
misalnya: rendah Na, gangguan intake
h) Status cairan dan elektrolit
Kurangnya volume cairan dan elektrolit akibat mual, muntah atau perdarahan akut dari sirosis. Ada juga retensi cairan dari sodium abnormal dan tertahannya air (cairan).
i) Pola eliminasi
Jika obstruksi empedu, urine klien putih keabuan, dari feses dan urine warnanya gelap. Catat menurunya urine output sebagai akibat dari tertahannya air dan Na.
j) Status energi/kelemahan
Dengan intake nutrisi yang inadekuat, cairan yang inadekuat, sehingga klien tidak mampu melakukan aktivitas secara baik karena lemah, sehingga klien butuh waktu yang cukup untuk memulihkan energinya tersebut.
k) Persepsi, kognitif dan psikomotor
Perubahan fungsi neurologi terutama berhubungan dengan saraf-saraf perifer dan fungsi kognitifnya bisa meningka. Sehingga menimbulkan gangguan sensasi di kaki,
perubahan ingatan, pelupa, dan gangguan koordinasi.
l) Terpapar terhadap toxin
Misalnya : alkohol, obat-obatan, zat kimia, dan virus. Riwayat obat-obatan dan alkohol yang perlu dikaji intakenya dan
kapan konsumsi terakhirnya. Riwayat
pekerjaan yang perlu dikaji lingkungan kerja juga bisa sebagai sumber virus.
m) Tingkat Energi:
Perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah gangguan metabolik. Kaji kemampuan klien/pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2) Pemeriksaan Fisik/Pengkajian Hati
Pemeriksaan ini dilakukan dengan pasien dalam posisi telentang dengan tangan kanan pemeriksa di sisi kanan pasien. Pada setiap tindakan, perawat harus memastikan pasien dalam kondisi santai untuk menghindari
penegangan dari otot-otot perut.
di bawah lutut dapat memfasilitasi relaksasi dari dinding perut.
a) Inspeksi :
(1) Pemeriksaan hati dimulai dari sisi kanan
pasien. Pasien berbaring terlentang.
Perhatikan bentuk perut Normal :
simetris
Abnormal :
(a) Membesar dan melebar
kemungkinan ascites
(b) Membesar dan tegang kemungkinan
berisi udara ( ilius )
(c) Membesar dan tegang daerah
suprapubik terjadi retensi urine
(d) Membesar asimetris dikarenakan
tumor, pembesaran organ dalam perut
(2) Perhatikan umbilicus, adanya tanda
radang dan hernia atau tidak.
(3) Dan lihatlah kulit pasien untuk
(a) Palmar eritema
Kemerahan pada telapak tangan, terutama pada pangkal ibu jari dan
jari kelingking disebut eritema
palmaris. Hal ini sering dikaitkan dengan gagal hati kronis, dan karenanya juga disebut telapak hati. Meskipun bukan merupakan tanda khas.
(b) Xanthomatosis
Hal ini ditandai dengan
akumulasi lipid berbentuk kecil, berwarna kuning, benjolan datar yang disebut xanthomas, di bawah kulit. Benjolan tersebut diamati terutama pada jari-jari, siku, lutut dan sendi lainnya, serta pada tangan dan kaki. Hal ini dapat terjadi dalam
kasus metabolisme lipid yang
(c) Caput medusa
Portal hipertensi menyebabkan
pelebaran pembuluh darah
paraumbilikalis yang hadir di dekat pusar. Akibatnya, pembuluh darah, yang dinyatakan nyaris tak terlihat melalui permukaan kulit, menjadi
sangat menonjol dan terlihat
membesar dan membengkak. Mereka muncul seperti struktur tubular biru memancar dari pusar, dalam pola yang menyerupai ular Medusa. Oleh karena itu namanya caput medusa (kepala Medusa).
(d) Spider Naevi
Spider angioma, pembuluh darah laba-laba atau spider nevus ditandai dengan pelebaran pembuluh darah dekat permukaan kulit. Tampaknya seperti lesi dengan titik merah pusat, dan memancar ekstensi merah yang menyerupai jaring laba-laba. Hal ini
sering diamati pada leher, wajah, lengan dan bagian atas badan. Kehadiran lebih dari lima spider nevi dianggap menjadi tanda gagal hati.
(e) Ascites
Hal ini mengacu pada
penumpukan cairan dalam rongga peritoneal, dan merupakan hasil dari tekanan darah rendah albumin dan meningkat pada pembuluh darah dari hati (hipertensi portal). Tahap awal
penumpukan cairan mungkin
asimtomatik, tetapi sebagai
akumulasi bertambah satu mungkin mengalami kembung dan sakit perut.
Penumpukan yang berlebihan
menyebabkan distensi perut dan sesak napas.
b) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk menentukan bentuk dan konsistensi hati.
Tempatkan tangan kiri di belakang pasien, sejajar sekaligus mendukung tulang rusuk ke-11 dan 12 kanan beserta jaringan lunak yang berdekatan. Ingatkan pasien untuk tetap santai. Dengan menekan tangan kiri ke atas, hati pasien dapat lebih mudah terasa oleh tangan yang lain.
Tempatkan tangan kanan di perut sebelah kanan pasien, lateral dari otot rektus abdominalis, dengan ujung jari (di bawah batas bawah hati). Instruksikan pasien untuk mengambil napas dalam-dalam. Cobalah untuk merasakan tepi hati yang datang turun untuk mengenai ujung jari pemeriksa. Jika terasa, kurangi tekanan tangan palpasi sedikit, sehingga hati bisa tergelincir di bawah bantalan jari pemeriksa dan dapat merasakan permukaan anterior dari hati. Jika teraba, tepi hati yang normal adalah lembut, tajam dan teratur, dengan permukaan yang halus. Pada inspirasi, hati teraba sekitar 3 cm di bawah batas kosta kanan pada linea midklavikula.
“Teknik mengait” mungkin dapat membantu, terutama pada pasien obesitas. Berdiri di sebelah kanan dada pasien dan kemudian tempatkan kedua tangan dengan berdampingan, di perut kanan bawah pada batas bawah hati. Tekan dengan jari-jari ke
arah batas kosta. Selanjutnya
instruksikan pasien untuk mengambil napas dalam-dalam. Tepi hati akan teraba oleh ujung jari kedua tangan
Yang dihasilkan dari pemeriksaan palpasi yaitu:
(1) Rasa sakit karena nyeri tekan akibat
peregangan organ-organ, peregangan peritonium, dan tumor.
(2) Defans muskuler.
Normal : tidak teraba / teraba kenyal, ujung tajam.
Abnormal :
(1) Teraba nyata (membesar), lunak dan
(2) Teraba nyata (membesar), keras tidak merata, ujung ireguler dapat diduga hepatoma
c) Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran hati dan batas-batas hati.
Mengukur besar vertikel hati di lakukan pada linea midklavikula kanan. Pertama kali
adalah menentukan letak dari linea
midklavikula. Gunakan ketokan ringan
ataupun sedang, dikarenakan jika
menggunakan ketokan yang kuat akan menyamarkan batas dan ukuran hati. Perkusi dimulai setingkat umbilikus di kuadran kanan bawah (di daerah timpani, tidak pekak). Ketokan perkusi diteruskan ke atas
menuju hati, tetap berada di linea
midklavikula kanan. Identifikasi batas bawah dari hati dengan ditandai dengan perkusi pekak.
Berikutnya, mengidentifikasi batas atas dari hati, tetap pada linea midklavikula
kanan sebagai panduan. Mulai pada puting, akan terdengar perkusi sonor paru dan selanjutnya diteruskan ke bawah. Pada pasien perempuan, geser perlahan payudara untuk memastikan bahwa perkusi dimulai di daerah dengan suara perkusi sonor paru. Batas atas hati ditandai dengan suara perkusi pekak. Sekarang jarak antara dua titik (yang didapat dari pemeriksaan di atas) diukur dengan ukuran centimeter. Ukuran tersebut merupakan ukuran besar hati. Ada pendapat ahli yang menyebutkan dalam menentukan besarnya hati perlu juga dilakukan perkusi sejajar dengan linea mid sternalis. Ada juga ahli berpendapat, batas atas hati (yang dijelaskan di atas) masih batas hati relatif, batas hati absolut (sebenarnya) didapat dengan menginstruksikan pasien menarik dan kemudian menahan nafas, hati akan terdorong ke bawah oleh diapragma. Pada titik batas atas hati (yang sebelumnya pekak) akan menjadi sonor kembali, dan perkusi dilanjutkan kembali ke arah bawah, dan
mendapatkan batas atas dengan suara perkusi pekak dan titk ini yang dianggap batas atas hati absolut.
Normalnya liver span (jarak redup oleh karena adanya hati) berkisar 6-12 cm. Dapat dikatakan terjadi hepatomegali (perbesaran hepar) bila batas atas didapatkan naik 1 ICS (pada ICS V) dan batas bawah turun >2cm di bawah arcus costae atau jarak redup >12cm. Sedangkan untuk batas kiri hati dilakukan pada linea midsternalis. Untuk batas kiri atas hati bisa ditarik garis langsung dari batas kanan atas hati tadi ke medial. Untuk batas kiri bawah hati, dapat dilakukan perkusi dari umbilicus ke cranial,
akan didapatkan suara timpani pada
abdomen dan pekak oleh karena adanya hati. Batas normal liver span pada lobus kiri hepar yaitu sekitar 4-8cm. Dapat dikatakan terjadi hepatomegali bila didapatkan batas kiri bawah hepar >2cm dibawah processus xiphoideus atau liver span >8cm.
d) Auskultasi
Jika pada inspeksi terdapatnya dilatasi vena
superfisial (caput medusae), maka ada
kemungkinan akan terdengar dengung vena pada auskultasi. Dengunan tersebut dapat didengarkan dengan menekan sedikit bel atau diafragma stetoskop. Jika terdeteksi, dengung akan hilang jika tekanan stetoskop ditambah atau dengan menekan vena dengan tangan yang bebas. Pada dengung vena perut suara yang didengar adalah suara menderu
yang terus menerus. Suara tersebut
terbatas hanya di perut atau dapat menyebar ke dada. Perlu diperhatikan juga bahwa dengun vena perut harus dibedakan dengan suara pernapasan dan bising usus. Untuk suara pernapasan, suara akan hilang dengan menginstruksikan pasien menahan nafas. Untuk bising usus dapat dibedakan dengan suara denting usus yang khas.
Dengung vena abdominal disebabkan oleh
hipertensi vena portal. Saluran vena
saluran vena sistemik, dan aliran darah yang dihasilkan dari sistem portal bertekanan tinggi akan menuju ke sistem sistemik yang
bertekanan rendah, aliran ini akan
menghasilkan dengung.
Jika hipertensi portal dan dengung vena berasal dari sirosis hati atau penyebab lain,
kondisi ini dikenal sebagai sindrom
Cruveilhier-Baumgarten.
(1) Abdominal Venous Hum
Abdomen dengan hati-hati diperiksa untuk kehadiran vena superfisial melebar atau caput medusa (varises memancar dari umbilikus). Jika ada, ini ringan teraba untuk kehadiran sensasi. Jika sensasi hadir, hum vena hadir. Hum ini dapat didengarkan dengan menggunakan
tekanan ringan dengan bel atau
diafragma stetoskop. Jika terdeteksi,
hum dapat dilenyapkan dengan
meningkatkan tekanan stetoskop atau dengan menekan vena dengan tangan
bebas. Dengung vena perut, seperti dengung vena leher rahim, adalah menderu terus menerus, yang dapat diterjemahkan ke perut atau dapat menyebar ke dada.
Yang sangat penting bahwa untuk mendengarkan dengung vena perut tidak harus bingung dengan suara pernapasan
dan bising usus. Masalah suara
pernapasan dapat diselesaikan dengan meminta pasien menahan nafas. Bising usus bisa sangat membingungkan, tetapi
biasanya dapat dibedakan dengan
dentingnya, berubah, dan kualitas
berselang.
(2) Bising Hati/Bruit Arteri
Hepatika/Bising Arteri Hepatika
Auskultasi hati selanjutnya dengan menekan dengan tekanan sedang, baik bel atau diafragma stetoskop. Bising hati dapat terdengar pada sistol kemudian diastol dan terus berlanjut. Ada banyak
penyebab terdengarnya bising arteri perut, bukan tidak mungkin bising tersebut datang dari hati. Namun, jika pembesaran hati cukup besar dan stetoskop ditempatkan langsung di atas hati, dan bising tidak terdengar saat auskultasi pada lokasi lain yang jauh dari hati, kemungkinan besar bising berasal dari aliran darah arteri hati.
Bising arteri hepatik adalah akibat dari peningkatan aliran arteri ke hati,
arteriovenous shunt di hati, atau obstruksi parsial aliran arteri. Tumor primer dan metastasis hati menerima suplai darah mereka dari arteri hepatika, dan aliran arteri dalam kondisi ini meningkat. Hepatitis alkoholik dan sirosis hati terkait dengan peningkatan aliran darah arteri ke hati dan arteriovena
shunt intrahepatik. Bising arteri
terdengar pada semua kondisi di atas. Pada kanker dan sirosis hati, selain
disebabkan oleh obstruksi parsial aliran arteri oleh regenerasi atau nodul kanker.
(3) Hepatic Friction Rub/Gesekan hati
Gesekan hati akan terdengar seperti
suara yang dihasilkan dengan
menggosokan ibu jari dengan telunjuk di dekat telinga. Jika suara diproduksi oleh gerakan hati, suara tersebut biasanya akan terbatas pada perut dan tidak akan menyebar ke dada. Demikian juga suara
gesekan yang disebabkan oleh
pergerakan pleura tidak akan terdengar di hati.
Sebagian besar suara gesekan hati dihasilkan oleh adanya peradangan hati atau struktur yang berdekatan, baik berupa kanker maupun infeksi. Jika terdeteksi pada wanita muda, pemeriksa harus mempertimbangkan peritonitis gonokokal dari perut bagian atas (sindrom Fitz-Hugh-Curtis). Jika dijumpai suara gesekan hati dan bising
hati pada pasien yang sama biasanya mengindikasikan adanya kanker hati. Jika dijumpai suara gesekan hati, bising hati, dan dengung vena perut akan mengindikasikan bahwa pasien dengan sirosis telah bermanifestasi menjadi sebuah hepatoma.
2. Pemeriksaan Diagnostik Hati
a. Data Objektif; Pengkajian meliputi Kaji seluruh
tubuh
1) Penampilan umum ( sakit berat atau ringan ) 2.
Inspeksi
Secara umum perawat perlu melihat status
cairannya, tanda vitainya, suhu, turgor,
kelembaban mukosa membran, edema dan perilakunya. Secara khusus inspeksi dilakukan terhadap luas abdomen, distensi atau dilatasi versa peri umbilikus dan asites.
2) Status mental
Yang mana perawat melihat sikap dan kewaspadaan dari klien, ekspresi wajahnya.
3) Palpasi dan perkusi
Untuk melihat adanya nyeri dan adanya cairan. Kaji pula ukuran, massa di hati, lunaknya hati dan biasanya terjadi pembesaran limfa pada klien yang kronik saat di palpasi atau diperkusi dan ukur pula lingkar perut klien.
b. Test-test Diagnostik
Tindakan tersebut memerlukan biaya yang cukup besar dan menyebabkan discomfrot pada klien. Pada setiap rumah sakit mempunyai cara yang berbeda dalam persiapan klien, menyangkut persiapan rutin, termasuk fisik ajar dan monitor klien sebelum dan sesudah test diagnostik tersebut.
1) Test Laboratorium
Ini dilakukan untuk menentukan seriusnya penyakit. Pemeriksaan test laboratorium untuk fungsi hati
Fungsi dan Test Prosedur dan Interprestasi 1. Metabolisme Lemak, Kolesterol (total dan ester) Fosfolipid Darah - pasien puasa Normal 140-220 mg/dl, menurun pada orang dengan penyakit hepar. Obstuksi, ester menurun, cholesterol meningkat sesuai dengan meningkatnya usia.
Darah - tidak ada persiapan yang khusus
Normal 150 - 250 mg/dl, menurun pada orang dengan penyakit hepar dan obstruksi meningkat 2. Metabolisme Protein Protein serum (total) Albumin normal 3,4 -5 gr/dl dibuat hanya pada orang dengan penyakit hepar
Darah - tidak ada persiapan yang khusus
Normal 6-8 mg/dl, ukur semua protein pada orang dengan penyakit hepar. Darah - tidak ada
persiapan yang khusus.
Normal protein total 100, albumin 54-68% dan globulin 12-17%. Aglobulin 7-15%, globulin 9 -19% menurun pada orang dengan penyakit hepar dan infeksi. Obstruksi meningkat.
Protein elektro
Phoresis
Imonoglobulin
IPA dan IPG
Blood urea
nitrogen (BUN)
Serum
prothromtime (PT)
Darah – tidak ada
persiapan yang khusus
Sama dengan pada tes albumin di atas
Darah - tidak ada persiapan yang khusus
IPA dan IPG
meningkat pada cirosis chronis IG6 meningkat cirosis dan hepatitis A - 1 mg
Serum partial tromboplastin time (PTT) dan aktivated partial tromplastin time (APPT) Kadar darah amonia Total bilirubin Urine billirubin Urobilinogenurine Feses urobiIlinogen Enzim-enzim darah Asparate amino transferase (AST), biasa disbt; serum glutamic oxaloa cefic trans aminase (SGOT). Alanine amino transferase (ALT) biasa ditulis serum glutamic pyruvic transaminase SGPT). Gamma glutamyl, transse phidase (CGT).
Darah - tidak ada
persiapan yang khusus
Normal 10-20 mg/dl, pada orang dengan
penyakit hati dan
pengkonsumsian obat,
maka is menurun.
Variasi dengan diit dan volume cairan.
Darah; persiapan Normal 12-15 sec/100.
Meningkat pada
penyakit liver (produk
kurang obstruksi
malabsorbsi Vit. K) setelah diberi vitamin
K tetap indikasi
kerusakan. Darah persiapan
kurang
Normal PTT : 68-82 sec dan standar normal APTT : 32-64 sec
penyakit hepar
meningkat (hepar
tidak mampu produk elotting time).
Darah : butuh puasa Normal < 75
mg/100ml penyakit
hati dan struksi akan meningkat
Darah persiapan kurang Total : conjugated dan unconjugate N : 0,1-1 mg/ 100 ml
Urine persiapan kurang Normal billirubin
kurang jika conjungate billirubin lebih dari 0,4 mg/100 ml, keluar lewat urin ada sebelum kuning.
Urine 24 jam/2 hr setelah dikumpulkan
Normal 0,2 - 1,2 unit urine segarany kurang berwarna. Specimen feses, persiapan kurang Normal 90 - 280 mg/hr. Normal GGT meningkat, AST meningkat LPH meningkat Darah persiapan kurang
Tabel. 2. Prosedur dan interprestasi hasil Laboratorium
2) Test khusus
Laboratorium bisa mengadakan sejumlah pemeriksaan yang membantu dokter dalam menilai kelainan hati, kandung empedu dan saluran empedu. Yang paling penting adalah sekelompok pemeriksaan darah yang dikenal sebagai tes fungsi hati.
Tergantung kepada kelainan yang dicurigai,
bisa dilakukan pemeriksaan imaging, seperti
USG, CT dan MRI. Bisa juga diambil contoh
jaringan hati untuk diperiksa dibawah
a) Breath test dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah obat. Obat-obat tersebut ditandai
dengan perunut radioaktif, diberikan
per-oral (ditelan) maupun intravena (melalui
pembuluh darah). Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan banyaknya obat yang dimetabolisir oleh hati.
b) Biopsi liver: membantu menetukan penyakit
liver
Suatu contoh jaringan hati bisa diambil
selama pembedahan eksplorasi, tetapi lebih
sering diperoleh melalui sebuah jarum yang dimasukkan lewat kulit menuju ke hati. Sebelum dilakukan prosedur ini, diberikan bius lokal kepada penderita. Jarum ditusuk melalui dada / abdominal ke hati, dan ambit sepotong jaringan, untuk pemeriksaan.
Kontra indikasi : infeksi lobus paru akrena asites, klien tidak kooperatif. Untuk cegah perdarahan beri Vit K, perenteral untuk beberapa hari sebelum dan sesudah
protrombin time kurang dari 40%. Penjelasan prosedur yaitu penting nafas panjang dan ulang seat jam masuk, dada diem. Rumah sakit butuh infom concent sebelum tindakan. Puasa makan atau minum sebelum biopsi dan 30 menit sebelum beri sedatifa, prosedur lihat tentang pungsi.
Post biopsi cegah perdarahan, peritonitis make nadi dan tensi cek tiap 30 mat I, lokasi biopsi tekan dengan bantalan pasir dengan baring miring kanan dengan bantalan tadi di bawah garis rusuk untuk beberapa jam sesudah biopsi. Bedrest pertahankan 24 jam sesudah biopsi. karena prosedur ini memiliki