• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEN EMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sekilas gambaran Bursa Efek Indonesia

Setelah terhenti sejak tahun 1956, Bursa Efek Jakarta diaktifkan kembali pada tanggal 10 agustus 1977. Pada saat itu, Bursa Efek Jakarta dikelola oleh BAPEPAM atau Badan Pelaksana Pasar Modal (sekarang Badan Pengawas Pasar Modal), suatu badan yang bernaung di bawah Depeartemen Keuangan. Hingga tahun 1987, perkembangan Bursa Efek Jakarta bisa dikatakan sangat lambat, dengan hanya 24 emiten yang terc atat dan rata-rata nilai transaksi harian kurang dari Rp 100 juta. Pertumbuhan yang lambat berakhir pada tahun berikutnya ketika pemerintah mengeluarkan deregulasi di bidang Perbankan dan Pasar Modal melalui pakto 1988. Dengan pertumbuhn yang pesat dan dinamis, bursa efek perlu ditangani secara serius. Untuk menjaga objektifitas dan pencegahan kemungkinan adanya conflik of interes, fungsi pembinaan dan operasional bursa harus dipisahkan dan dikembangkan dengan pendekatan yang lebih profesional. Pada akhir tahun 1992, pemerintah melakukan swastanisasi bursa dengan mendirikan PT. Bursa Efek Jakarta. Seiring dengan perkembangan pasar dan tuntutan untuk lebih meningkatkan efiseinsi serta daya saing dikawasan regional, maka efektif tanggal 3 Desember 2007

56

secara resmi PT Bursa Efek Jakarta digabung dengan PT Bursa Efek Surabaya dan berganti nama menjadi PT Bursa Efek Indonesia.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada penganalisaan laporan keuangan manufaktur yang tergolong kedalam Sektor Barang Konsumsi yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kategori ketersediaan data yang lengkap dari sampel tersebut. Tahun yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2007 samapai dengan tahun 2009. Data yang digunakan adalah data sekunder yakni data laporan laba rugi, laporan arus kas ,neraca dan idx monthly untuk mendapatkan harga saham penutupan guna menghitung return saham. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penelusuran website www.idx.co.id. Peneliti mengambil sampel sebanyak 28 perusahaan dari keseluruhan perusahaan barang konsumsi yang konsisten serta kemudahan mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti periode 2007-2009. Berikut adalah daftar perusahaan yang dijadikan sampel:

Tabel 4.1

Data Sampel Penelitian

No Na ma Perusahaan Kode

1 Aqua Golden Mississippi Tbk AQUA

2 Cahaya Ka lbar Tbk CEKA

3 Delta Djaka rta Tbk DLTA

57

Tabel 4.1 (lanjutan)

No Na ma Perusahaan Kode

5 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI

6 Prasidha Aneka Niaga Tbk PSDN

7 Sekar Laut Tbk SKLT

8 Siantar Top Tbk STTP

9 Tiga Pilar Sejahtera AISA

10 Ultra Jaya Milk Tb k ULTJ

11 Darya-Varia Laboratoria Tbk DVLA

12 Indofarma Tbk INAF

13 Kalbe Farma Tbk KLBF

14 Kimia Farma Tb k KAEF

15 Merck Tb k MERK

16 Pyrida m Farma Tbk PYFA

17 Schering Plough Indonesia Tbk SCPI

18 Tempo Scan Pacific Tbk TSPC

19 Mandom Indonesia Tbk TCID

20 Mustika Ratu Tbk MRAT

21 Kedaung Indah Can Tbk KICI

22 Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI

23 Langgeng Makmur Industri Tbk LMPI

Sumber: IDX Monthly

Berdarkan tabel 4.1, Hanya 23 perusahaan saja yang peneliti dijadikan sampel dari 28 perusahaan yang peneliti peroleh. Sisanya 5 perusahaan yaitu: Davos Abadi, Tbk., Indofood Sukses Makmur, Tbk., Bentoel International Investama, Tbk., HM Sampoerna, Tbk dan

58

Unilever Indonesia, Tbk., peneliti keluarkan dari nominasi sampel karena menyebabkan multiko sehingga tidak layak untuk dijadikan bahan penelitian.

B.Analisis dan Pembahasan 1. Uji Statistik Deskriptif

Variabel-variabel yang digunakan dala penelitian ini meliputi laba akuntansi, arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan, dan ROA sebagai variabel independen. Sedangkan variabel dependen yaitu return saham. Hasil pengujian variabel tersebut secara deskriptif seperti berikut ini:

Tabel 4.2

Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation La 69 -351 4511940 4.74E5 824749.965 Ako 69 -187307 1363583 1.16E5 221219.290 Aki 69 -645440 57615 -7.09E4 125105.343 Akp 69 -473789 571467 -1.07E4 154268.564 Roa 69 -,062 166,360 2,49064 20,017833 Rs 69 -,756 2,947 ,39848 ,923104 Valid N (listwise) 69

59

Tabel 4.2 menyajikan informasi bahwa jumlah data yang me njadi objek penelitian adalah 69. Jumlah tersebut adalah 23 perusahaan yang tergabung dalam sub perusahaan barang konsumsi periode 2007 sampai dengan 2009 yang memenuhi kriteria dalam pemilihan sampel.

a. Laba akuntansi

Pada tabe 4.2 menunjukan bahwa sampel laba akuntansi terbesar adalah Kalbe Farma Tbk yaitu sebesar Rp 4511.940.302.360,00 pada tahun 2009 dan sampel data dengan laba terkecil adalah Kedaung Indah Can Tbk yaitu sebesar Rp -351.179.442,00 pada tahun 2007. Untuk besar rata-rata laba akuntansi yang dimiliki oleh perusahaan dari banyak jumlah data yang diteliti adalah Rp 473.616.858.605,00. Standar deviasi dari laba akuntansi adalah 824749.965.

b. Arus Kas Operasi

Pada tabe 4.2 menunjukan bahwa sampel arus kas operasi terbesar adalah Indofarma Tbk yaitu sebesar Rp,1.363.583.440.601,00 pada tahun 2009 dan sampel data dengan arus kas operasi terkecil adalah Indofarma Tbk yaitu sebesar Rp -187.307.305.048,00 pada tahun 2008. Untuk besar rata-rata arus kas operasi yang dimiliki oleh perusahaan dari banyak jumlah data yang diteliti adalah Rp 115.893.018.760,00. Standar deviasi dari arus kas operasi adalah 221219.290.

c. Arus Kas Investasi

Pada tabe 4.2 menunjukan bahwa sampel arus kas investasi terbesar adalah Ultar Jaya Milk Tbk yaitu sebesar Rp 57.615.722.117,00 pada

60

tahun 2009 dan sampel data dengan arus kas investasi terkecil adalah Kalbe Farma Tbk yaitu sebesar Rp -645.440.196.892,00 pada tahun 2009. Untuk besar rata-rata arus kas investasi yang dimiliki oleh perusahaan dari banyak jumlah data yang diteliti adalah Rp -70.925.101.740,00. Standar deviasi dari arus kas investasi adalah 125105.343.

d. Arus Kas Pendanaan

Pada tabe 4.2 menunjukan bahwa sampel arus kas pendanaan terbesar adalah Mayora Indah Tbk yaitu sebesar Rp 571.467.314.350,00 pada tahun 2008 dan sampel data dengan arus kas pendanaan terkecil adalah Kalbe Farma Tbk yaitu sebesar Rp -473.789.467.691,00 pada tahun 2007. Untuk besar rata-rata arus kas pendanaan yang dimiliki oleh perusahaan dari banyak jumlah data yang diteliti adalah Rp -10.721.923.253,00. Standar deviasi dari arus kas pendanaan adalah 154268.564.

e. ROA

Pada tabe 4.2 menunjukan bahwa sampel ROA terbesar adalah Delta Djakarta Tbk yaitu sebesar 166,3595 pada tahun 2009 dan sampel data dengan ROA terkecil adalah Kedaung Indah Can Tbk yaitu sebesar -0,061875 pada tahun 2009. Untuk besar rata-rata ROA yang dimiliki oleh perusahaan dari banyak jumlah data yang diteliti adalah 2,491 Standar deviasi dari ROA adalah 20,017833.

61

f. Return Saham

Pada tabe 4.2 menunjukan bahwa sampel return saham terbesar adalah Mayora Indah Tbk yaitu sebesar 2,947 pada tahun 2009 dan sampel data dengan return saham terkecil adalah Indofarma Tbk yaitu sebesar -0,756098 pada tahun 2008 Untuk besar rata-rata return saham yang dimiliki oleh perusahaan dari banyak jumlah data yang diteliti adalah 0,398. Standar deviasi dari return saham adalah 0,923104.

2. Uji Normalitas

Uji normlitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini menggunakan uji normalitas dengan normal probably plot of standardized residual, yang hasilnya sebagai berikut:

Gambar 4.1

Grafik Normaly Probability plot

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS

Berdasarkan hasil pengujian data dengan menggunakan normal probability plot dapat dilihat pada gambar 4.1. Pada gambar tersebut menunjukan bahwa titik-titk data berada disekitar garis diagonal dan

62

mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian sudah terdistribusi normal atau s udah memenuhi asumsi normalitas.

3. Asumsi Klasik

a. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolonieritas atau multiko. Model yang baik sebaiknya tidak terjadi korelasi diantara variabel indepnden. Pengujian multikolonieritas dilihat dari besar VIF (Variance Inflation) dan tolerance. Regresi yang bebas dari problem multikolonieritas apabila nilai VIF ≥ 10 dan tolerance≤ 0,10. Hasil uji multikolonieritas terhadap data untuk pengujian hipotesis di tunjukan pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 La .241 4.143 Ako .115 8.668 Aki .167 5.990 Akp .160 6.265 Roa .969 1.032 a. Dependent Variable: rs

63

Berdasarkan tabel 4.3, nilai tolerance menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 dan nilai VIF tidak ada yang melebihi dari 10, ini berarti tidak ada multikoloniertas antara variabel independen dalam model regresi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai tolerance dan VIF model regresi ini layak dipakai dalam pengujian.

b. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem autokorelasi. Deteksi adanya autokorelasi dilakukan menggunakan Durbin-Watson (DW) dimana: 1) Jika nilai DW dibawah -2 maka ada autokorelasi positif

2) Jika nilai DW diantara -2 sampai +2 maka tidak ada autokorelasi 3) Jika nilai DW diatas +2 maka ada autokorelasi negatif

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Model Summaryb Durbin-Watson 1.329

a. Predictors: (Constant), ROA, LABA, AKI, AKP, AKO

64

Dari tabel 4.4 pada model summary terlihat angka Durbin Waston 1,329. Hal ini berarti model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi. Karena nilai 1,329 berada pada wilayah -2 samapi +2 yang merupakan wilayah tidak terdapat autokorelasi.

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatanm ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas.

Gambar 4.2

Output uji Heteroskedastisitas

Dari gambar 4.2 terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar diatas maupun

65

dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti menunjukan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak digunakan.

4. Uji regresi Berganda

Pengujian hipotesa dalam penelitian ini menggunakan multipel regression untuk menguji laba akuntansi, arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan, dan return on asset terhadap return saham. Hasil uji regresi berganda dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5

Hasil Analisis Regresi Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Const ant) .322 .126 2.551 .013 La -6.195E-7 .000 -.553 -2.421 .018 Ako 1.613E-7 .000 .039 .117 .907 Aki -4.061E-6 .000 -.550 -2.003 .050 Akp -3.454E-6 .000 -.577 -2.054 .044 Roa .011 .005 .230 2.020 .048 a. Dependent Variable: rs

Dari tabel di 4.5 dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk mengetahui pengaruh laba akuntansi, arus kas, return on asset terhadap return saham sebagai berikut:

66

Pada persamaan regresi diatas dapat diartikan bahwa nilai konsatanta (a) model persamaan regresi sebesar 0,322. Artinya jika variabel, laba akuntansi, arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan dan return on asset perusahaan dianggap tidak ada, maka peningkatan return saham sebesar 0,322. Koefisen regresi laba akuntansi sebesar -0,553 menyatakan bahwa setiap penambahan Rp 1,- laba akuntansi akan mengurangi return saham sebesar 0,553. Koefisen regresi arus kas operasi sebesar 0,039 menyatakan bahwa setiap penambahan Rp 1,- arus kas operasi akan menambah return saham sebesar 0,039. Koefisen regresi arus kas investasi sebesar -0,550 menyatakan bahwa setiap penambahan Rp 1,- arus kas investasi akan mengurangi return saham sebesar 0,550. Koefisen regresi arus kas pendanaan sebesar -0,577 menyatakan bahwa setiap penambahan Rp 1,- arus kas pendanaan akan mengurangi return saham sebesar 0,577 Koefisien regresi return on asset sebesar 0.230 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1% return on asset akan menambah return saham sebesar 0,230 5. Uji Hipotesis

a. Koefisien Determinasi (Uji Adjusted R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variable-variabel independent dalam menjelaskan variasi- variabel

67

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependen.

Tabel 4.6 Uji Adjuted (R²) Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .453a .205 .142 ,854847

a. Predictors: (Constant), roa, la, aki, akp, ako

b. Dependent Variable: rs

Berdasarkan tabel 4.6 nilai adjusted R Square sebesar 0,142 atau 14,2 %, ini menunjukan bahwa variabel dependen dapat dijelask an oleh variable independen sebesar 14,2 %, sedangkan sisanya (100 % - 14,2 % = 85,8 %) dijelaskan oleh faktor- faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini

b. Uji Statistik F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variable independent atau bebas yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variable dependen atau terkait. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.7

68

Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 11.906 5 2.381 3.259 .011a

Residual 46.038 63 .731

Total 57.944 68

a. Predictors: (Constant), roa, la, aki, akp, ako

b. Dependent Variable: rs

Berdasarkan pengujian statistik F, pada tabel 4.7 diperoleh F dengan tingkat signifikan sebesar 0,11. Karena tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka Ha6 diterima, artinya secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh secara signifikan tehadap variabel terkait.

c. Uji Statistik t (Uji t)

Uji parsial (t) statististik dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel independen dalam hal ini adalah, laba akuntansi, arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan serta ROA. Jika nilai signifikan atau probabilitas lebih besar dari 0,05 maka tidak terpengaruh secara signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen, Ha ditolak. Sebaliknya jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen, Ha diterima. Hasil uji statistik t (uji t) dapat dilihat pada tabel 4.8

69

Tabel 4.8

Hail Uji Koefisien regresi t- hitung Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Const ant) .322 .126 2.551 .013 La -6.195E-7 .000 -.553 -2.421 .018 ako 1.613E-7 .000 .039 .117 .907 aki -4.061E-6 .000 -.550 -2.003 .050 akp -3.454E-6 .000 -.577 -2.054 .044 roa .011 .005 .230 2.020 .048 a. Dependent Variable: rs

1) Pengaruh laba akuntansi terhadap return saham

Berdasarkan uji statistik t pada tabel 4.8, variabel independen laba akuntansi memiliki nilai signifikan sebesar 0,018 lebih kecil dari nilai alpha 0.05 (0.018 < 0.05). Hal ini dapat dikatakan bahwa Ha1 diterima yang berarti laba akuntansi memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian ini didukung oleh Utari (2006), yang menyatakan bahwa laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap return saham. Nilai koefisien bertanda negatif (-0,553) artinya laba akuntansi direspon negatif oleh investor, meskipun pertumbuhan laba antara tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan, hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Utari (2006 ). Ketidaksesuaian ini mungkin disebabkan oleh perbedaan kondisi pasar modal yang diteliti, karakteristik sampel, jumlah observasi, dan jangka

70

waktu penelitian. Selain itu, menurut Jang, et. al. (2007), yang meneliti faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta, menyimpulkan bahwa pertumbuhan laba berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas laba. Artinya, semakin tinggi tingkat pertumbuhan laba perusahan maka semakin rendah kualitas labanya. Pertumbuhan laba suatu perusahaan biasanya disebabkan adanya laba kejutan yang diperoleh pada masa sekarang. Investor mungkin merespon informasi laba kejutan itu sebagai indikasi adanya intervensi dari pihak manajemen terhadap laporan keuangan sehingga menyebabkan laba menjadi meningkat. Dengan demikian, laba yang dihasilkan perusahaan tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya. Oleh karena itu, peningkatan laba akan direspon negatif oleh investor.

2) Pengaruh arus kas operasi terhadap return saham

Berdasarkan uji statistik t pada tabel 4.8, variabel independen arus kas operasi memiliki nilai signifikan sebesar 0,907 lebih besar dari dari nilai 0,05, artinya arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap return saham, Ha2 ditolak. Penelitian ini didukung oleh Triyono dan Hartono (2000). Tidak signifikanya pengaruh arus kas operasi terhadap return saham ini diduga karena para investor pada tahun pengamatan terfokus pada ketidakstabilan perekonomian global. Ketidaksatabilan perekonomian global ini sangat mempengaruhi harga saham. Oleh karena itu, investor tidak berpengaruh terhadap peningkatan arus kas

71

operasi. Nilia koefisien bertanda positif (0,039) artinya bahwa kenaikan sebesar Rp1,- arus kas operasi akan meningkatkan jumlah return saham sebesar nilai koefisienya yaitu 0,039. Pengaruh positif ini dikarenakan laporan arus kas dinilai lebih bebas dari bias dibandingkan angka-angaka yang tercantum dalam laporan laba-rugi dalam mencerminkan kinerja perusahaan.

3) Pengaruh arus kas Investasi terhadap return saham

Berdasarkan uji statistik t pada tabel 4.8, variabel independen arus kas investasi memiliki nilai signifikan sebesar 0,050, artinya arus kas investasi berpengaruh terhadap return saham, Ha3 diterima. Nilai koefisien bertanda negatif (-0,550) artinya arus kas investasi direspon negatif oleh investor. Penelitian ini didukung oleh Daniati dan Suhairi (2006). Penambahan investasi yang terus menerus dan cenderung berlebihan memberikan pengurangan alokasi dana atas pembiayaan bunga, dan deviden yang dibagikan kepada investor. Bila kita mengacu definisi investasi menurut Sharpe et. al. (1999) dalam Soesetio (2005), berarti mengorbankan uang sekarang untuk mendapatkan uang di masa yang akan datang. Pengorbanan terjadi saat sekarang memiliki kepastian, sedangkan hasil baru akan diperoleh kemudian hari dan besarnya tidak pasti sehingga dengan adanya tingkat ketidakpastian hasil yang akan diperoleh dimasa datang relatif tinggi (terlebih lagi periode penelitan 2007-2009, merupakan masa krisis global) mengakibatkan jumlah deviden dari hasil usaha dan

72

investasi setelah dikurangi dengan laba yang ditahan dan pembayaran bunga dan pokok hutang yang akan diberikan kepada investor memiliki tingkat ketidak pastian tinggi pula.

4) Pengaruh arus kas pendanaan terhadap return saham

Berdasarkan uji statistik t pada tabel 4.8, variabel independen arus kas pendanaan memiliki nilai signifikan sebesar 0,044 lebih kecil dari nilai 0,05, artinya arus kas dari aktivitas pendanaan berpengaruh terhadap return saham, Ha4 diterima. Nilai koefisien bertanda negatif (-0,577) artinya arus kas pendanaan direspon negatif oleh investor. Penelitian ini didukung oleh Soesetio (2005). Pembiayaan perusahaan melalui hutang menimbulkan biaya bunga atas hutang. Jika laba yang dihasilkan tidak mencukupi untuk membayar hutang dan bunganya maka perusahaan akan berada pada financial distress yang dapat mengarah pada kebangkrutan. Jika perusahaa n bangkrut maka investor merupakan pihak yang paling terakhir klaim atas aset perusahaan. Keadaan ini menjadikan investor menghindari berinvestasi pada perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi. Akibat dari ini, harga saham akan berubah kearah yang negatif atau turun, sehingga berpengaruh terhadap return saham.

5) Pengaruh return on asset terhadap return saham

Berdasarkan uji statistik t pada tabel 4.8, variabel independen return on asset memiliki nilai signifikan sebesar 0,048 lebih kecil dari nilai 0,05, artinya ROA berpengaruh terhadap return saham, maka Ha5

73

diterima. Hasil ini didukung oleh Widodo (2007). Nilai koefisien bertanda positif (0,230) artinya arus return on asset direspon positif oleh investor. Hal ini menunjukan bahwa perubahan nilai ROA akan memberikan kotribusi positif dan signifikan terhadap perubahan return saham. Nilai ROA yang semakin tinggi akan memberikan kontribusi terhadap nilai return saham dan sebailiknya nilai ROA semakin rendah akan memberikan kontribusi tehadap return saham semakin rendah. Berdasarkan hasil penilitian ini ROA dapat dipakai sebagai perdikator dalam memprediksi tentang return saham. sehubungan dengan hal tersebut nampak bahwa investor dalam memprediksi return saham juga memperhatikan kinerja perusahaan (emiten) dari sisi profitabilitas terutama nilai ROA yang dihasilkan perusahaan (emiten).

74

BAB V

Dokumen terkait