• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Koordinasi Pelaporan dan Pemeriksaan dalam Pengawasan BKPPMD Provinsi Jawa Barat dalam Kegiatan Investasi PMA dan

OBYEK PENELITIAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengawasan Preventif

4.1.5 Sistem Koordinasi Pelaporan dan Pemeriksaan dalam Pengawasan BKPPMD Provinsi Jawa Barat dalam Kegiatan Investasi PMA dan

PMDN

Pengawasan yang dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal (BKPPMD) Provinsi Jawa Barat yaitu pengawasan sekaligus

83

pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan investasi PMA dan PMDN di Kabupaten dan Kota yang ada di Jawa Barat.

Pengendalian yang dimaksud yaitu pengendalian yang di atur dalam tata cara dan pedoman pengendalian pelaksanaan penanaman modal yang meliputi, kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan dengan harapan agar pelaksanaan kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan peundang-undangan penanaman modal yang berlaku. (Peraturan Kepala BKPM RI No 13 tahun 1999).

Mekanisme Pengendalian dilakukan antara lain dengan cara Preventif yaitu Pengendalian yang dilakukan kepada perusahaan PMA dan PMDN lebih bersifat pembinaan, terutama kepada perusahaan-perusahaan PMA dan PMDN yang baru mendapatkan Surat Persetujuan Pemerintah, diberikan bimbingan teknis tentang langkah-langkah selanjutnya yang harus dilakukan melalui pelaksanaan program sosialisasi dan bimbingan teknis penanaman modal.

Dalam 1 tahun dilaksanakan 3 kali kegiatan yang dikoordinasikan dengan perangkat daerah penanaman modal Kabupaten dan Kota yang akan dijadikan tempat kegiatan sosialisasi dan bekerjasama dengan Badan Koordinasi Wilayah (BAKORWIL) Jawa Barat, seperti: Bakorwil Cirebon, Bakorwil Priangan Timur (Garut), Bakorwil Bogor dan Bakorwil Purwakarta.

Maksud dan tujuan diselenggarakan sosialisasi dan bimbingan teknis penanaman modal, yaitu:

1. Bagi para aparatur Penanaman Modal Kabupaten dan Kota diharapkan dapat memahami peraturan perundang-undangan penanaman modal yang

84

berlaku sehingga dapat berperan sebagai fasilitator bagi para perusahaan PMA dan PMDN yang akan menanamkan modalnya di daerah Kabupaten dan Kota yang bersangkutan dan mampu melayani secara professional kepada para pengusaha PMA dan PMDN.

2. Bagi para perusahaan PMA dan PMDN tentu diharapkan mengetahui, memahami semua ketentuan-ketentuan atau peraturan perundang- undangan penanaman modal yang berlaku, sehingga dalam melaksanakan kegiatan investasi PMA dan PMDN tidak terjadi penyimpangan- penyimpangan yang tidak diharapkan serta memahami kewajibannya untuk menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM). Tujuan yang diharapkan dari diselenggarakan sosialisasi dan bimbingan teknis penanaman modal yaitu dalam rangka mewujudkan:

1. Perkembangan kegiatan investasi PMA dan PMDN yang berwawasan lingkungan.

2. Meningkatkan kesadaran para investor PMA dan PMDN dalam memenuhi kewajiabnnya.

3. Terciptanya iklim investasi PMA dan PMDN yang kondusif.

Adapun penyelengaraan sosialisasi dan bimbingan teknis Penanaman Modal pada tahun anggaran 2011 adalah sebagai berikut:

Table 4.1 Kegiataan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Penanaman Modal

Bulan Lokasi Peserta

Perusahaan Aparat Mei 2011 Bakorwil Cirebon 120 30

Juni 2011 Bakorwil Bogor 120 30

Juli 2011 Bakorwil Purwakarta 120 30 Sumber: Subbagian Pengendalian BKPPMD Prov Jabar

85

Disamping penyelenggaraan sosialisasi dan bimbingan teknis, juga dilakukan pemerikasaan administrasi dan pemantauan perkembangan kegiatan seperti halnya pengurusan izin-izin daerah, bagi perusahaan PMA dan PMDN yang mengalami kesulitan akan difasilisitasi dan biasanya mendapat bimbingan dan dibantu hingga diperolehnya perijinan daerah yang dikehendaki.

Permasalahannya adalah Pemerintah Pusat (BKPM RI) selaku pemangku kewenangan yang berhak menerbitkan Surat Persetujuan Penanam Modal Asing dan Penanam Modal Dalam Negeri (SP PMA dan PMDN) terkadang tidak menyampaikan tembusan SP PMA dan SP PMDN ke Pemerintah Provinsi (BKPPMD Provinsi Jawa Barat)..

Padahal SP PMA dan SP PMDN yang diterbitkan oleh Pemerintah merupakan alat atau instrument untuk bahan informasi yang dijadikan tolak ukur suatu perusahaan dalam melaksanakan perencanaan investasinya disuatu daerah. Dimana dalam Surat Persetujuan (SPPMA dan PMDN) dapat diperoleh informasi tentang:

1. No kode proyek 2. No Surat Persetujuan

3. Nama Perusahaan dan Alamat Perusahaan 4. Bidang usaha yang diminati

5. Struktur permodalan 6. Modal sendiri 7. Modal pinjaman

86 9. Rencana produksi dan kapasitas produksi 10.Rencana pengunaan tenaga kerja

11.Rencana pemasaran 12.Nama direktur perusahaan 13.Berlakunya surat persetujuan

Dari informasi yang diperoleh dari Surat Persetujuan SP PMA dan PMDN yang dimiliki, maka perkembangan kegiatan dapat dipantau, dikendalikan dan diawasi bagi perusahaan yang baru tahap perencanaan. Bagi Perusahaan PMA dan PMDN yang telah mendapatkan Surat Persetujuan Pemerintah setelah 6 (enam) bulan sejak SK diterima perusahaan berkewajiban menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modalnya (LKPM). Untuk dapat diketahui kesungguhan perusahaan dalam merealisasikan rencana kegiatan proyeknya.

Laporan Kegiatan Penanaman Modal ini sanggat penting sekali bagi kegiatan pengendalian karena realisasi perkembangan kegiatan investasi dapat dilihat melalui cara yaitu dengan memeriksa dan membandingkan antara Surat Persetujuan dengan isi materi Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang disampaikan sehingga dapat diketahui informasinya, antara lain:

1. Bagi perusahaan yang bertahap rencana dapat dilihat, apakah izin-izin selanjutnya (izin daerah), seperti izin lokasi dan hak guna tanah, izin mendirikan bangunan, izin kerja tenaga kerja asing bagi yang menggunakan tenaga kerja asing apakah sudah dimiliki atau belum dan izin lainnya yang diperlukan.

87

2. Bagi perusahaan PMA dan PMDN yang bertahap kontruksi/pembangunan dapat dilihat dari pemilikan ijin bangunan setelah dari LKPM menunjukan adanya kepemilikan IMB tentu mencermikan perusahaan PMA dan PMDN ada pada tahap kontruksi, biasanya untuk memastikannya diadakan pemeriksaan lapangan atau check on the spot dan biasanya diperiksa tentang Building (BCR) dengan berpedoman kepada tata ruang daerah kabupaten dan kota yang bersangkutan dimana perusahaan industry dibangun atau lokasi daerah pabrik industi didirikan. Misalnya BCR yang diberlakukan di daerah Kab dan Kota tersebut berdasarkan tata ruang yang diberlakukan 60% bangunan dan 40% penghijauan.

3. Bagi perusahaan PMA dan PMDN yang bertahap produksi/komersil, LKPM merupakan informasi yang sangat penting bagi kegiatan pengendalian, karena dari LKPM yang disampaikan dapat dikaji dan dinilai antara rencana perusahaan dengan realisasi dilapangan apakah perusahaan PMA dan PMDN tersebut benar-benar melakukan kegiatan penanaman modalnya sejalan dengan peraturan perundang-undangan penanaman modal atau tidak.

Pemeriksaan administrasi dapat di cros check antara SP PMA dan PMDN dengan LKPM yang disampaikan diantaranya dapat dikaji secara garis besar dapat ditemukan yaitu:

1. Rencana penggunaan modal sudah berapa persen modal sendiri berapa atau modal pinjaman berapa.

88

2. Rencana penggunaan tenaga kerja, yaitu berapa jumlah penggunaan tenaga kerja asing dan berapa jumlah penggunaan tenaga kerja Indonesia.

3. Rencana kapasitas produksi sudah terpenuhi atau belum. 4. Rencana pemasaran ekspor atau dalam negeri

5. Penyelesaian fisik 6. Keterangan perusahaan

7. Perijinan penanaman modal yang dimiliki.

8. Kewajiban perusahaan PMA dan PMDN yang tercantum dalam Surat Persetujuan penanaman modal atau izin usaha atau ketentuan yang berlaku.

9. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.

Dari faktor-faktor tersebut diatas, dapat dilihat apakah proyek-proyek PMA dan PMDN berjalan sesuai dengan rencana, yaitu sesuai dengan isi materi yang terdapat dalam Surat Persetujuan (SP PMA dan SP PMDN) atau tidak. Apabila tidak sesuai, maka dilakukan pembinaan dan pengarahan agar kegiatan proyek PMA dan PMDN itu sesuai dengan rencana yang tertuang dalam Surat Persetujuan yang telah dimiliki.

Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa dalam hal Koordinasi Pelaporan dan Pemeriksaan dalam Pengawasan BKPPMD Provinsi Jawa Barat dalam Kegiatan Investasi PMA dan PMDN berjalan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan pembinaan, pengarahan hingga pelaksanaan sosialisasi tidak menghadapi suatu persoalan yang serius.

89 4.2 Pengawasan Represif

Pengawasan Represif merupakan salah satu bagian lainnya dari pengawasan yang ditinjau dari segi waktunya. Pengawasan represif, ini dilakukan setelah suatu tindakan dilakukan dengan membandingkan apa yang telah terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi. Dengan pengawasan represif dimaksud untuk mengetahui apakah kegiatan dan pembiayaan yang telah dilakukan itu telah mengikuti kebijakan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Apabila dikaitkan dalam dunia pemerintahan, Pengawasan a-posteriori atau pengawasan represif merupakan suatu pengawasan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah yang lebih tinggi terhadap keputusan aparatur pemerintah yang lebih rendah. Pengawasan dilakukan setelah dikeluarkannya keputusan atau ketetapan pemerintah atau sudah terjadinya tindakan pemerintah. Tindakan dalam pengawasan represif dapat berakibat pencabutan apabila ketetapan pemerintah tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam keadaan yang mendesak tindakan dapat dilakukan yaitu salah satunya dengan cara menangguhkan ketetapan yang telah dikeluarkan sebelum dilakukan pencabutan.

Dalam pembahasan ini, menjelaskan mengenai Pengawasan Represif oleh Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPPMD) Provinsi Jawa Barat dalam kegiatan investasi bidang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) supaya memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya Provinsi Jawa Barat.

90

4.2.1 Perbandingan Hasil Kegiatan dengan Rencana dalam Pengawasan

Dokumen terkait