BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.4. Skizofrenia
2.4.1. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia, yang menyerang kurang lebih 1 persen populasi, biasanya bermula di bawah usia 25 tahun, berlangsung seumur hidup, dan mengenai orang dari semua kelas sosial. Baik pasien maupun keluarga sering mendapatkan pelayanan yang buruk dan pengasingan sosial karena ketidaktahuan yang meluas akan gangguan ini (Kaplan dan Sadock, 2010).
Kraepelin menerjemahkan istilah demensia prekoks yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif (dementia) dan awitan dini (prekoks) yang nyata dari gangguan ini. Eugen Bleuler mencetuskan istilah skizofrenia untuk menunjukkan adanya skisme (perpecahan) antara pikiran, emosi, dan perilaku pada pasien dengan gangguan ini. Gejala tersebut meliputi gangguan asosiasi, gangguan afektif, autisme, dan ambivalensi, yang dirangkum menjadi empat yaitu asosiasi, afek, autisme, dan ambivalensi (Kaplan dan sadock 2010).
Dalam International Classification of Disease (ICD) dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) V Skizofrenia:
Kriteria diagnosa.
A. Dua (atau lebih) dari kondisi berikut ini, yang setiap satunya muncul dalam waktu tertentu selama 1 bulan (atau kurang jika berhasil diobati). Setidaknya salah satu dari (1), (2), atau (3):
1. Delusi 2. Halusinasi
3. Kemampuan berbicara yang tidak teratur (misalnya, kecepatan dan keteraturan)
4. Sangat kacau atau perilaku katatonik
5. Gejala negatif (yaitu, berkurang ekspresi emosional atau kemauan)
B. Penyebab utama timbulnya gangguan ini, dari kegiatan sehari-hari, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, dimana terlihat dengan jelas berkurangnya level fungsi yang dilakukan bila dibandingkan dengan level fungsi yang diperoleh sebelum timbulnya penyakit ini (kejadiannya ketika masa kanak-kanak atau remaja, adanya kegagalan untuk mencapai tingkat fungsi interpersonal, pendidikan, atau dunia pekerjaan yang diharapkan).
C. Gejala berkelanjutan selama minimal 6 bulan. Masa yang 6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang jika diobati dengan benar) yang memenuhi kriteria A (yaitu , gejala fase aktif) dan mungkin termasuk masa gejala prodromal residual. Selama masa prodromal atau residual ini, tanda-tanda gangguan dapat dibuktikan hanya oleh gejala negatif atau dua atau lebih gejala
yang tertera dalam kriteria A yang muncul dalam bentuk yang lemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).
D. Gangguan Schizoafektif dan depresi atau gangguan bipolar dengan fitur psikotik telah dikesampingkan karena 1) tidak ada depresi atau kejadian yang berlebihan telah terjadi bersamaan dengan gejala fase aktif, atau 2) jika masa suasana hati telah terjadi selama gejala fase aktif berlangsung, terlihat berkurang dari waktu masa aktif dan residual dari penyakit tersebut.
E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat (misalnya, penyalahgunaan obat, pengobatan ) atau kondisi medis lainnya.
F. Jika ada gejala gangguan spektrum autisme atau gangguan komunikasi masa kanak-kanak, diagnosis skizofrenia tambahan hanya dilakukan jika adanya perasaan halusinasi atau delusi yang berlebihan, sebagai gejala lain yang berkenaan dengan skizofrenia, juga timbul sekurang-kurangnya selama 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan benar).
2.4.2. Gambaran Klinis Skizofrenia
Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama dalam fase residual dimana pasien lebih banyak menarik diri atau mengisolasi diri. Pasien dapat mengalami Anhedonia yaitu ketidakmampuan merasakan rasa senang. Pasien juga mengalami deteriorasi yaitu perburukan yang terjadi secara berangsur-angsur. Episode pertama psikotik sering didahului oleh suatu periode misalnya perilaku dan pikiran eksentrik (fase prodromal). Kepribadian prepsikotik juga dapat ditemui pada
beberapa pasie skizofrenia yang ditandai dengan penarikan diri dan terlalu kaku secara sosial, sangat pemalu, dan sering mengalami kesulitan di sekolah meski I.Q- nya normal. Suatu pola yang sering ditemui yaitu keterlibatan dalam aktivitas antisosial ringan dalam satu atau dua tahun sebelum episode psikotik. Beberapa pasien sebelum didiagnosa skizofrenia, mempunyai gangguan kepribadian skizoid, ambang, anti sosial, atau skizotipal (Amir, 2010).
2.4.3 Jenis-jenis Skizofrenia
Terdapat beberapa jenis Skizofrenia (PPDGJ III, 1993) yaitu : 1. Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia Paranoid adalah skizofrenia yang paling sering dijumpai di negara mana pun. Gambaran klinis didominasi oleh waham-waham yang secara relatif stabil, seringkali bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi-halusinasi, terutama halusinasi pendengaran, dan gangguan-gangguan persepsi.
2. Skizofrenia Hebefrenik
Suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif yang tampak jelas, dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat mengambang serta terputus-putus, perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan. 3. Skizofrenia Katatonik
Gangguan psikomotor yang menonjol merupakan gambaran yang dominan dan dapat bervariasi antara kondisi ekstrem seperti hiperkinesis dan stupor, atau antara sifat penurut yang otomatis dan negativisme. Sikap dan posisi tubuh yang dipaksakan dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang lama. Episode
kegelisahan yang disertai kekerasan mungkin merupakan gambaran yang mencolok.
4. Skizofrenia Tak terinci (Undifferentiated)
Yaitu kondisi-kondisi yang memenuhi kriteria diagnostik umum untuk skizofrenia tetapi tidak sesuai dengan satu pun sub tipe tersebut di atas
5. Depresi pasca skizofrenia
Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan timbul sesudah suatu serangan penyakit skizofrenia. Gangguan depresif ini disertai oleh suatu peningkatan risiko bunuh diri.
6. Skizofrenia Residual
Suatu stadium kronis dalam perkembangan suatu gangguan skizofrenia di mana telah terjadi progresi yang jelas dari stadium awal ke stadium lebih lanjut yang ditandai secara khas oleh gejala-gejala “negatif” jangka panjang, walaupun belum tentu ireversibel.
7. Skizofrenia Simpleks
Suatu kelainan yang tidak lazim dimana ada perkembangan yang bersifat perlahan tetapi progresif mengenai keanehan tingkah laku, ketidakmampuan untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan penurunan kinerja secara menyeluruh. Tidak terdapat waham dan halusinasi, serta gangguan ini bersifat kurang nyata psikotik jika dibandingkan dengan skizofrenia subtype hebefrenik, paranoid dan katatonik. 8. Skizofrenia Lainnya
Termasuk : skizofrenia senestopatik dan gangguan skizofreniform YTT. 9. Skizofrenia YTT
2.4.4. Pengobatan Skizofrenia
Menurut Kaplan & Sadock (2010) prinsip Terapeutik pada penggunaan obat antipsikotik pada skizofrenia seyogianya mengikuti lima prinsip utama:
1. Klinisi sebaiknya secara cermat menentukan gejala target yang akan diobati. 2. Obat antipsikotik yang telah bekerja dengan baik dimasa lalu bagi seorang pasien
sebaiknya digunakan kembali.
3. Lama minimum percobaan antipsikotik adalah 4 sampai 6 minggu pada dosis adekuat. Bila percobaan tidak berhasil, obat antipsikotik yang berbeda, biasanya dari kelas yang berbeda, dapat dicoba.
4. Secara umum, penggunaan lebih dari satu obat antipsikotik pada satu waktu adalah jarang namun pada pasien yang resisten pengobatan dapat di kombinasi dengan obat lainnya.
5. Pasien sebaiknya dipertahankan pada dosis obat efektif yang serendah mungkin. Dosis rumatan seringkali lebih rendah daripada yang digunakan untuk mencapai pengendalian gejala selama episode psikotik.