BAB II KERANGKA TEORI
6. Strategi dan Kebijakan Kredit dalam Manajemen Bank
Di dalam dunia bisnis dengan tingkat persaingan yang ketat dan lingkungan yang dinamis, strategi merupakan kunci dari pencapaian keunggulan bersaing dan keberhasilan sebuah bisnis. Begitu juga bank, juga harus siap
bersaing. Siagian (dalam Respati, 2008 : 26) mengungkapkan bahwa manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tidakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi tersebut. Pemilihan strategi merupakan fokus utama dari top manajemen. Salah satu metode untuk mengembangkan alternatif strategi adalah SWOT Matrix. Muljono (1990 : 82-87), SWOT merupakan perencanaan perkreditan melalui pendekatan pasar. Orientasi perencanaan kredit ini disebut dengan customer oriented dan pola pemasarannya pun berubah dari seller market ke buyer market. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan kredit melalui pendekatan pasar ini adalah corak pemasaran, corak persaingan, corak dari para nasabah, dan corak dari produk.
Setelah menganalisis faktor-faktor tersebut, maka dapatlah dibuat SWOT analisis, yaitu Strengthness (kekuatan bank dalam menerobos pasar yang dapat diukur dari jumlah cabang sebagai sales force yang dimiliki, jumlah dana yang siap dipasarkan, nasabah debitur yang telah dikuasai, dll), Weaknesses (letak kelemahan dari perkreditan bank yang bersangkutan), Opportunities (letak peluang usaha uang dapat dimanfaatkan dalam menerobos pasar), Threat analisis (siapa saja yang menjadi ancaman persaingan berapa market share yang telah dimiliki yang harus dipertahankan). Selain perencanaan kredit berdasarkan pendekatan pasar, ada pula pendekatan perencanaan kredit berdasarkan sumber dana, anggaran, dan peraturan moneter. Pendekatan perencanaan kredit melalui pendekatan sumber–sumber dana didasarkan atas jumlah dana yang dapat dikumpulkan, pendekatan ini pada hakekatnya merupakan production oriented pada suatu perusahaan industri fabrikasi. Sudah tentu cara ini tidak sesuai untuk
kegiatan perbankan yang kompetitif, dan hanya cocok untuk kegiatan perkreditan dimana jumlah permintaan dana jauh lebih besar dari pihak–pihak yang menawarkan. Dengan demikian agar pendekatan ini dapat bermanfaat perlu dikombinasikan dengan pendekatan–pendekatan yang lain karena bagaimanapun juga dalam setiap kegiatan usaha faktor–faktor produksi tidak dapat diabaikan begitu saja.
Dalam pendekatan anggaran ini pola berfikir yang dipakai adalah sesuai dengan pengertian anggaran itu sendiri yaitu sesuai rencana kerja yang dimanifestasikan dalam bentuk kesatuan mata uang. Pendekatan ini terdiri dari 7 (tujuh) tahap. Tahap satu perumusan kebijaksanaan, kedua tahap pengenalan faktor–faktor usaha yang akan terlibat dalam pencapaian obyektif, ketiga penetapan critical point, tahap keempat penetapan target usaha dalam perencanaan kredit, tahap kelima penyusunan penetapan planning assumption, keenam diadakan perhitungan tarif biaya dan pendapatan yang menyangkut kegiatan perkreditan, dan tahap terakhir menyusun anggaran (perencanaan kredit). Perencanaan kredit tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan manajemen misalnya perencanaan kredit per wilayah, dsb.
Pendekatan perencanaan kredit terakhir berdasarkan pendekatan pada peraturan moneter yang ada. Beberapa model ketentuan moneter dibidang perkreditan yang dapat terjadi dan cara–cara pemanfaatannya dapat diberikan ilustrasi seperti pada pemberian kredit ke sektor ekonomi yang diprioritaskan, akan dapat memberikan manfaat bagi bank komersiil karena adanya kredit likuiditas dari bank sentral dengan suku bunga yang rendah, dan adanya bantuan share dana dari pemerintah; dalam rangka perluasan kesempatan kerja dan
perbaikan distribusi pendapatan, maka arah pemberian kredit kepada perusahaan yang padat karya; dalam rangka pengembangan usaha golongan ekonomi lemah, maka arah pemberian kredit ditujukan kepada kepada pengusaha kecil, dalam rangka peningkatan kesempatan memperoleh keahlian dan pengetahuan, maka arah pemberian kredit ditujukan pada usaha dibidang pendidikan, atau kepada mahasiswa, dan lain–lain.
Sedangkan menurut Sutojo (1997 : 223–232) sebagian besar bank merasa perlu memiliki kebijaksanaan kredit yang jelas dan komprehensif. Kebijaksanaan kredit bank yang komprehensif terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. Kebijaksanaan Umum.
Kebijaksanaan umum kredit meliputi lima hal yaitu sasaran yang ingin dicapai, strategi pokok penyaluran kredit, daerah pemasaran, standar mutu kredit dan jaminan, dan batasan wewenang pemberian persetujuan kredit.
b. Prosedur Pemberian Dan Pengawasan Kredit.
Disamping kebijaksanaan umum, kebijaksanaan kredit memuat pedoman umum tentang prosedur pemberian dan pengawasan kredit yang wajib dipenuhi, baik oleh bank maupun oleh debitur. Pedoman prosedur pemberian dan pengawasan kredit terdiri dari standar dokumentasi kredit, perlindungan asuransi, dan pengawasan kredit. c. Pedoman Khusus Penanganan Kredit Tertentu
Cara penanganan kredit yang disalurkan ke sektor ekonomi yang berbeda sering kali tidak sama, karena setiap sektor ekonomi mempunyai kondisi khusus yang tidak sama dengan sektor ekonomi
yang lain. Hal yang sama berlaku dalam penanganan kredit yang dipergunakan untuk tujuan yang berbeda.
2.5 Penelitian Terdahulu
Dalam sebuah penulisan harus memiliki acuan refensi dari penelitian – penelitian terdahulu, adapun penelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis adalah :
Penelitian Saduldyn pato pada tahun 2013 dari Universitas Ratulangi Manado dengan judul Analisis Pemberian Kredit Mikro Pada Bank Syariah Mandiri dengan hasi penelitian pihak Bank Mandiri telah melaksanakan sesuai dengan prosedur yang di tetapkan, pihak bank menganalisis dalam rangka mengantisipasi kredit macet yang kemungkinan akan dialami oleh calon debitur. Rurun Andika Soviana pada tahun 2013 dari Universitas Brawijaya deanga judul Mekanisme Dan Strategi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah Malang) dengan hasil penelitian strategi / kebijakan yang diterapkan oleh BRI dalam penyaluran KUR Mikro ini adalah jangka waktu 3 tahun, anggunan tambahan dapat berupa sertifikat tanah atau BPKB.
Farida Ayu Avinesa Nusantari tahun 2011 dari Universita Islam Negeri Syarif Hidayatullah dengan judul Strategi BRI Syariah DALAM Menganalisi Kelayakan Pembiayaan Mikro (Studi Kasus pada Bank BRI Cabang Pembantu Cipulir) hasil yang didapat dari penelitian ini ialah dalam melakukan usaha meminimalisir pembiayaan yang bermasalah Bank BRI Cabang Pembantu Cipulir melakukan pendekatan personal kepada calon debitur. Rahmat Sunandar Soleh pada tahun 2008 dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidatatullah dengan judul
Strategi Pembiayaan BNI Syariah Membantu Peningkatan Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus Pada Bank BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan) hasil pada penelitian ini ialah dalam meningkatkan pembiayaan usaha kecil dan menengah Bank BNI Syariah melakukan kerjasana dengan pemerintah, Bank Indonesia, Bank BUMN, PT. Askrindo dan SPU memberi angina segar bagi pelaku usaha kecil dan menengah mendapatkan suntikan dana untuk mengembangkan usahanya.penelitian terakhir dari Wiyono Hubies pada tahun 2006 Institut Pertanian Bogor dengan judulAnalisis Strategi Pola Pembiayaan Kredit Mikro Pada Bank BNI:Solusi Pemenuhan Permodalan Bagi Usaha Kecil dengan hasil penelitian bahwa banyak faktor yang berpengaruh dan harus dipertimangkan untuk membangun suatu konsep bisnis mikro banking yang dapat diterima oleh pasar, segmen pasar yang dibidik oleh bank BNI tidak sampai desa – desa yang merupakan lokasi potensial.