• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber Kebijakan

Dalam dokumen Index of /ProdukHukum/kehutanan (Halaman 42-45)

KEMENTERIAN KEHUTANAN

GAMBARAN UMUM A Tujuan Pembelajaran (TPU)

G. Sumber Kebijakan

Kebijakan merupakan salah satu sarana pengendalian Intern Pemerintah untuk memandu pelaksanaan program/kegiatan mengarah pada tujuan yang harus dicapai, dengan menjelaskan secara rinci hal-hal yang dilakukan.

Kebijakan dapat berasal dari berbagai sumber berupa Keputusan Menteri, Instruksi Menteri dan Surat Edaran Menteri dan dapat pula berupa penjabaran oleh Eselon I terhadap produk hukum atau ketentuan-ketentuan yang materinya sama.

Kebijakan merupakan pedoman yang didokumentasikan (Juklak) dan berlaku pada setiap aktivitas yang berhubungan dengan pencapaian tujuan program.

Kebijakan yang digunakan dalam suatu organisasi dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain:

1. Kebijakan merupakan suatu tradisi yang merupakan warisan sejarah/tradisi. Kebijakan ini dapat menjadi bagian dari budaya organisasi yang berpengarwh terhadap perilaku seluruh anggota organisasi.

2. Kebijakan berasal dari persepsi seseorang yang mempunyai kekuasaan yang ditetapkan dan harus diterima oleh anggota organisasi yang lain atau kebijakan. Terutama terdapat pada organisasi-organisasi yang proses pengambilan keputusannya dilakukan dengan metode sentralisasi yang ketat, seperti ABRI atau organisasi yang dikelola oleh seseorang yang tidak dapat atau tidak ingin mendelegasikan kewenangannya kepada orang lain.

3. Kebijakan merupakan cerminan dari filosofi dan pilihan manajemen puncak dan biasa disebut sebagai kebijakan pilihan. Pilihan dibuat oleh manajemen puncak biasanya terkait dengan tujuan dasar organisasi dan cara operasi yang dianggap manajemen akan mengantar pada tercapainya tujuan. Pilihan manajemen ini biasanya akan ditekankan pada hal-hal, seperti kejujuran (integritas), kewajaran, efisiensi, efektivitas, manfaat, mutu pekerjaan, pengabdian pada kepentingan umum, dan kesetiaan pada pelayanan langganan.

Dalam organisasi pemerintahan, kebijakan dapat berasal dari berbagai sumber. Wujud kebijakan dapat pula berupa keputusan menteri, instruksi menteri dan surat edaran menteri. Kebijakan dapat pula berupa produk hukum atau ketentuan yang materinya sama yang dijabarkan oleh pejabat eselon dibawahnya, seperti direktur jenderal, gubernur, kepala dinas, bupati, dan camat.

Terlepas dari sumber mana kebijakan diturunkan, bagaimana proses manajemen yang lain, penetapan kebijakan akan menjadi efektif setelah melalui tiga tahapan langkah dalam bentuk siklus yang kontinyu. Dalam tiga tahapan ini, peran setiap sarana pengendalian intern merupakan unsur yang sangat pokok untuk menjamin terciptanya kebijakan yang mengarahkan seluruh organisasi pada pencapaian tujuan dan sasaran. Ketiga tahapan proses penetapan kebijakan, yaitu: (1) penentuan pola, (2) pemecahan masalah, dan (3) implementasi.

Ketiga tahapan proses penetapan kebijakan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tahapan penentuan pola

hendak dicapai organisasi. Pada tahapan ini diperlukan suatu metode yang dapat digunakan untuk menetapkan akan seperti apa organisasi ini dimasa mendatang, sehingga akan dapat ditemukan apa yang semestinya dilakukan. Oleh karena itu diperlukan proses perencanaan yang sehat, ditaatinya prosedur kerja, dan terdapatnya supervisi dan review ulang atas pekerjaan seseorang agar pola yang akan diikuti organisasi adalah pola yang tepat. Pola kebijakan yang tepat adalah pola yang tidak lagi memerlukan perubahan besar pada saat implementasi kebijakan dilaksanakan dan ternyata kondisi di lapangan tidak 100 persen sama dengan asumsi yang pernah dibuat untuk menetapkan kebijakan.

2. Tahapan pemecahan masalah

Dalam tahap ini diusahakan membuat kebijakan menjadi efektif, yang ditandai dengan saratnya muatan analisis. Analisis dilakukan untuk menilai seberapa besar sumbangan kebijakan yang dipilih terhadap tercapainya tujuan serta biaya dan dampak yang harus ditanggung organisasi. Peranan laporan dan pencatatan sangat dibutuhkan pada tahapan ini untuk dapat menyediakan data dan informasi yang tepat, sehingga risiko tidak tepatnya kebijakan dikemudian hari dapat dihindarkan.

3. Tahap implementasi

Implementasi kehijakan adalah bagian yang dalam porsi besar harus dilaksanakan oleh orang lain, walaupun tidak tertutup kemungkinan bahwa seseorang melaksanakan kebijakan yang diputuskannya sendiri. Untuk menjadikan orang lain melaksanakan kebijakan yang tetapkan, berbagai langkah pengendalian harus dilaksanakan. Melalui organisasi untuk melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan. Hal lain yang dapat dilakukan agar pegawai mau melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan adalah melalui pembinaan personil yang baik.

Dalam penyusunan kebijakan dibedakan antara kebijakan terhadap kepegawaian dan kebijakan terhadap pelaksanaan program/kegiatan yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Kebijakan terhadap kepegawaian

Kebijakan terhadap kepegawaian sejak rekrutmen sampai dengan pemberhentian pegawai. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

a. Pimpinan Instansi Pemerintah mengkomunikasikan kepada pengelola pegawai mengenai kompetensi pegawai baru yang diperlukan atau berperan serta dalam proses penerimaan pegawai.

b. Instansi Pemerintah sudah memiliki standar atau kriteria rekrutmen dengan penekanan pada pendidikan, pengalaman, prestasi, dan perilaku etika. c. Uraian dan persyaratan jabatan sesuai dengan standar yang ditetapkan

oleh instansi yang berwenang.

d. Terdapat program orientasi bagi pegawai baru dan program pelatihan berkesinambungan untuk semua pegawai.

e. Promosi, remunerasi, dan pemindahan pegawai didasarkan pada penilaian kinerja.

strategis Instansi Pemerintah bersangkutan.

g. Nilai integritas dan etika termasuk kriteria dalam penilaian kinerja.

h. Pegawai diberikan umpan balik dan pembimbingan untuk meningkatkan kinerja serta diberikan saran perbaikan.

i. Sanksi disiplin atau tindakan pembimbingan diberikan atas pelanggaran kebijakan atau kode etik.

j. Pemberhentian pegawai dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.

Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

a. Calon pegawai yang sering berpindah pekerjaan diberi perhatian khusus. b. Standar penerimaan pegawai baru mensyaratkan adanya investigasi atas

catatan kriminal calon pegawai.

c. Referensi dan atasan calon pegawai di tempat kerja sebelumnya harus dikonfirmasi.

d. Ijazah pendidikan dan sertifikasi profesi harus dikonfirmasi.

Supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

a. Pimpinan Instansi Pemerintah memberikan panduan, penilaian, dan pelatihan di tempat kerja kepada pegawai-pegawai untuk memastikan ketepatan pelaksanaan pekerjaan, mengurangi kesalahpahaman, serta mendorong berkurangnya tindakan pelanggaran.

b. Pimpinan Instansi Pemerintah memastikan bahwa pegawai memahami dengan baik tugas, tanggung jawab, dan harapan pimpinan Instansi Pemerintah.

2. Kebijakan terhadap pelaksanaan program/kegiatan

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam menyusun kebijakan dari Eselon I adalah :

a. Kebijakan yang dibuat harus mengacu pada tujuan yang ditetapkan oleh Kementerian yaitu Renstra Kementerian.

b. Masing-masing Eselon I dalam menyusun kebijakan mengacu pada program utama Kementerian Kehutanan yaitu Pemberantasan pencurian kayu di hutan negara dan perdagangan kayu illegal; Revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan; Rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutan; Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan; serta Pemantapan Kawasan Hutan.

c. Kebijakan yang dibuat harus mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi terhadap pelaksanaan program/kegiatan.

d. Setiap pelaksanaan program harus dilengkapi dengan kebijakan-kebijakan yang jelas dan harus dibuat secara tertulis.

e. Kebijakan harus dapat secara efektif dikomunikasikan kepada seluruh personil dalam lingkup Eselon I.

f. Kebijakan harus dapat memberikan motivasi pencapaian tujuan, program atau target.

g. Kebijakan harus ditinjau kembali secara berkala untuk diselaraskan dengan perubahan lingkungan.

h. Kebijakan harus transparan dan dapat menjadi sarana komunikasi timbal balik antara atasan dan bawahan.

i. Kebijakan harus dapat meningkatkan disiplin kerja para pegawai. j. Kebijakan harus konsisten dengan tujuan organisasi.

Dalam dokumen Index of /ProdukHukum/kehutanan (Halaman 42-45)