• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI …

A. Supervisi Pendidikan

1. Konsep dan Definisi Supervisi Pendidikan

Dahulu, kepala sekolah telah dianggap baik kalau sekolahnya dapat berjalan dengan teratur tanpa menghiraukan kepentingan dan hubungan dengan masyarakat sekitarnya. Saat ini penilaian terhadap kepala sekolah lebih baik daripada hanya sekedar mengatur jalannya sekolah. Kepala sekolah berkewajiban membangkitkan semangat guru-guru untuk memelihara kekompakan dan kekeluargaan bersama; mengembangkan kurikulum; mengembangkan rencana sekolah dan menjalankannya; memperhatikan kesejahteraan guru dan sebagainya. Disamping itu, kepala sekolah juga berkewajiban untuk menjalin kerja sama dan berhubungan erat dengan masyarakat

Menurut Purwanto (1987: 84), supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Fungsi pengawasan atau supevisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar kontrol. Kegiatan supervisi dalam pendidikan mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat personel maupun material yang diperlukan untuk terciptanya situasi belajar-mengajar yang efektif, dan usaha memenuhi syarat-syarat itu. Sedangkan menurut Good Cater (Soetopo, 1984: 39),

mendefinisikan supevisi adalah segala usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode mengajar dan evaluasi pengajaran.

Menurut Kimball dalam Soetopo (1984: 40), supervisi lebih menekankan pada pelayanan seorang guru yang dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mereka dapat bekerja dengan baik dari sebelumnya. Jadi disini dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi dari supervisi adalah untuk memajukan dan mengembangkan pengajaran, agar seorang guru bisa mengajar dengan baik dan diharapkan juga murid bisa belajar dengan baik pula.

Menurut Rifai (1982: 37), supervisi merupakan usaha untuk membantu dan melayani Guru meningkatkan kemampuan keguruannya, sehingga supevisi tidak langsung diarahkan kepada murid, tetapi kepada Guru yang membina murid tersebut. Supervisi tidak bersifat mengarahkan tetapi lebih banyak bersifat memberikan dorongan, saran dan bimbingan. Dari beberapa pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa

supervisi merupakan kegiatan untuk membantu dan melayani Guru agar mereka dapat melaksanakan tugasnya menjadi lebih baik.

2. Fungsi dan Peranan Supervisi Pendidikan

Supervisi merupakan suatu proses, artinya suatu rangkaian kegiatan yang berkaitan dan berurutan dan menuju kesuatu tujuan tertentu. Kegiatan

dalam proses supervisi sendiri misalnya membimbing, menilai mengkoordinir dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan supervisi mempunyai berbagai peranan dan fungsi.

Menurut Purwanto (1987: 95-97), fungsi-fungsi pendidikan yang sangat penting diketahui oleh para pimpinan pendidikan termasuk kepala sekolah adalah dalam bidang kepemimpinan, bidang kemanusiaan, dalam pembinaan proses kelompok, dan dalam bidang evaluasi.

Dalam bidang kepemimpinan, seorang Supervisor harus dapat: 1) menyusun rencana dan policy bersama; 2) mengikutsertakan guru-guru dalam berbagai kegiatan; 3) memberikan bantuan kepada kelompok untuk menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan; 4) membangkitkan dan memupuk semangat kelompok juga mengikutsertakan kelompok dalam menetapkan keputusan-keputusan.

Dalam hubungan kemanusiaan, seorang Supervisor harus dapat membantu mengatasi kekurangan taupun kesulitan yang dihadapi kelompok, seperti dalam hal kemalasan, rendah diri, acuh tak acuh, pesimistis dan lain sebagainya. Supervisor juga harus mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokratis. Dimana terdapat rasa hormat-menghormati dan menghilangkan rasa curiga antar sesama anggota. Dalam pembinaan proses kelompok, seorang Supervisi harus

mengenal masing-masing anggota kelompok, baik kelebihan maupun kekurangannya. Dengan mengenal anggota kelompok, diharapkan seorang Supervisi dapat bertindak bijaksana dalam menyesaikan pertentangan atau

perselisihan antar anggota kelompok. Untuk bidang administrasi personel, seorang Supervisi harus bijaksana dalam memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan sehingga dalam bidang evaluasi seorang supervisor dapat menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan.

Menurut Rifai (1982: 49-55), peranan Supervisi adalah sebagai pemimpin, sebagai kontrol, sebagai penelitian, sebagai latihan dan bimbingan, sebagai sumber dan pelayan, sebagai koordinator dan sebagai evaluator. Sebagai seorang supervisi mempunyai pengaruh dan kepercayaan terhadap gurunya. Dengan pengaruhnya itu, ia dapat memimpin guru-gurunya ke arah tujuan yang akan dicapai yaitu peningkatan kemampuan guru-guru itu. Setiap kegiatan supervisi, tentu saja harus mempunyai kontrol sampai dimana ketentuan tersebut dapat dijalankan. Sehingga sebagai kelanjutan dari kontrol tersebut, Supervisi dapat memperoleh data/cara atau metode yang dapat digunakan untuk kegiatan dalam rangka peningkatan atau pelatihan bagi para guru. Latihan tersebut seperti diskusi, demonstrasi, penataran ataupun tugas-tugas tertentu. Setelah dilatih tentu saja para guru mengharapkan bimbingan untuk menerapakan hasil latihan yang telah mereka peroleh. Disinilah Supervisi berperan.

Setelah dilatih, para guru tentu saja memerlukan dorongan dan bimbingan dari Supervisornya. Supervisor merupakan sumber nasihat, sumber petunjuk, sumber pengetahuan dan sumber ide. Dengan demikian

para guru mendapat masukan berharga dari pelayanan yang diberikan oleh Supervisor. Disamping itu, kemampuan dan kebutuhan guru-guru tentu saja berlainan satu sama lain. Tetapi meskipun kemampuan dan kebutuhannya berlainan, seorang Supervisor harus adil dalam memberikan perhatian , pengaturan ataupun pembagian tugas.

Dari banyak fungsi dan peranan seorang Supervisor, maka dapat disimpulkan bahwa peranan seorang Supervisor menunjukkan kepada beberapa kegiatan tertentu dimana usaha tersebut dilakukan secara bertanggung jawab untuk mencapai tujuan tertentu .

3. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan

Masalah-masalah yang akan dihadapi oleh seorang Supervisor sangatlah beragam dan bermacam-macam factor yang mempengaruhinya. Untuk itu seorang Supervisor memerlukan prinsip-prinsip yang dijadikan landasan, pegangan dan pedoman bagi setiap tindakan yang akan diambilnya.

Menurut Rifai (1982: 56) Pancasila merupakan dasar pokok dari semua prinsip-prinsip supervisi. Kelima sila dari Pancasila merupakan landasan falsafah bagi seluruh kehidupan dan penghidupan bangsa kita. Jadi, dengan sendirinya supervisi pendidikan di berlandaskan Pancasila. Prinsip-prinsip supervisi adalah 1) Supervisi harus konstruktif dan kreatif; 2) Supervisi harus lebih berdasarkan sumber kolektif dari kelompok daripada usaha-usaha supervisor sendiri; 3) Supervisi harus didasarkan atas hubungan professional, bukan atas dasar hubungan pribadi; 4) Supervisi

harus dapat mengembangkan segi-segi kelebihan pada yang dipimpin; 5) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada anggota-anggota kelompoknya; 6) Supervisi harus progresif; 7) Supervisi harus didasarkan pada keadaan riil dan sebenarnya; 8) Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya dan Supervisi harus obyektif dan sanggup mengadakan “self evaluation”.

Menurut Sahertian dalam Soetopo (1984: 41), seorang pimpinan pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor dalam melaksanakan tugasnya hendaknya bertumpu pada prinsip-prinsip supervisi sebagai berikut: 1) Prinsip Ilmiah yang mencakup unsur-unsur sistematis, obyektif dan menggunakan alat yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses KBM; 2) Demokratis; 3) Kooperatif dan konstruktif.

Dokumen terkait