• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pengertian Bank Syariah

Kata bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco. Banco pada masa lalu berarti bangku atau meja. Meja dalam sejarah bank pertama kali digunakan sebagai tempat menukar uang. (Yenti, 2018: 81) Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pasar bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW. Dengan kata lain, bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu

lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah. (Elfadhli, 2016: 1)

Menurut Perwataatmadja dalam buku Adrianto, bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah (Islam) dan tata caranya didasarkan pada ketentuan Al-Qur’an dan hadist. (Adrianto, 2019: 25) Menurut G. M. Verryn Srtuart dalam buku Syukri Iska, Bank ialah badan usaha yang diwujudkan untuk memuaskan keperluan orang lain dengan memberikan kredit berupa uang yang diterimanya dari orang lain sekalipun dengan cara mengeluarkan uang baru kertas. (Iska, 2012: 12)

Menurut Kasmir Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. (Kasmir, 2014: 11). Kemudian pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (Kasmir, 2014: 9)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

b. Produk-produk Bank Syariah

Produk-produk bank syariah terdiri dari beberapa antara lain sebagai berikut:

1) Produk Perbankan Syariah di Bidang Penghimpun Dana dari Masyarakat (Funding)

a) Giro (Demand Deposit)

Pengelolaan dana masyarakat yang dihimpun bank syariah dalam bentuk giro dapat menggunakan akad wadiah yadh

dhamanah dengan prinsip titipan dan bagi hasil (mudharabah).

Bank bertanggung jawab menjaga keamanan dan ketersediaan dana yang diperlukan oleh nasabah dalam mata uang rupiah ataupun valuta asing sebagai simpanan dana pihak ketiga. Penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau bilyet giro ataupun sarana perintah pembagaran lain sesuai ketentuan dan persyaratan bank.

Giro berdasarkan prinsip syariah terbagi menjadi 2 yaitu: Pertama, Giro Wadiah adalah penempatan dana dalam bentuk giro tanpa mendapatkan imbalan, namun bank boleh memberi dalam bentuk bonus tanpa diperjanjikan dengan nasabah. Kedua, Giro

Mudharabah merupakan penempatan dana dalam bentuk giro

dengan hak imbalan sesuai dengan porsi bagi hasil (nisbah) yang diperjanjikan dengan nasabah pada saat pembukaan rekening. (IBI, 2014: 84-86)

b) Tabungan (Saving Deposit)

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat di lakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan). Pembukaan tabungan masyarakat dapat dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dan dapat dibuka berdasarkan permintaan perorangan, gabungan (lebih dari satu orang) dengan kedudukan yang setara, dan badan.

Transaksi tabungan syariah berbeda dengan tabungan biasa karena dana yang ditempatkan diperlakukan sebagai titipan (wadiah), dan dapat pula berbagi hasil (mudharabah), antara lain seperti: Pertama, Tabungan Mudharabah, yaitu penempatan dana

dalam bentuk tabungan dengan sistem bagi hasil (mudharabah). Bank selaku pengelola dana nasabah (mudharib) akan mengelola dana tersebut dan memberikan imbalan sesuai dengan kinerja dan porsi bagi hasil (nisbah) yang telah diperjanjikan. Kedua, Tabungan

Wadiah merupakan penempatan dana dalam bentuk tabungan

dengan prinsip titipan (wadiah). Bank boleh memberikan imbalan bersifat bonus, karena tidak diperjanjikan dan bukan suatu kewajiban.

c) Deposito (Time Deposit)

Deposito adalah simpanan pihak ketiga yang diamanahkan kepada bank yang penarikannya dilakukan pada waktu tertentu sesuai yang diperjanjikan. Deposito dicairkan setelah jangka waktu berakhir dan dapat diperpanjang secara otomatis (automatic roll

over). (IBI, 2014: 94-98) atau deposito adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan. (Karim, 2016: 363)

2) Produk Perbankan Syariah di Bidang Penyaluran Dana Kepada Masyarakat (Lending)

a) Murabahah

Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank

menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (marjin). (Karim, 2016: 98) Secara umum murabahah diartikan sebagai suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Misalnya seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. (Iska, 2012: 200) b) Salam

Salam adalah jual beli yang dilakukan dengan cara

akhir periode yang diperjanjikan. (Adrianto, 2019: 49) Dalam pengertian lain, salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. (Karim, 2016: 99)

c) Istishna'

Istishna‟ adalah jual beli yang pembayarannya dilakukan

secara bertahap (mencicil) dan barang yang diserahkan pada akhir periode yang diperjanjikan. (Adrianto, 2019: 50) Produk istishna‟ menyerupai produk salam, tapi dalam istishna‟ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (terjamin) pembayaran. (Karim, 2016: 100)

d) Sewa (Ijarah)

Sewa (ijarah) ialah suatu jenis akad dalam bentuk mengambil manfaat dengan adanya penggantian. Dalam pengertian lain, sebagai akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diiringi dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. (Iska, 2012: 182) Transaksi

ijarah dilandasi adanya adanya pemindahan manfaat. Jadi pada

dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksinya adalah jasa. (Karim, 2016: 101)

e) Mudharabah

Mudharabah merupakan akad kerja sama usaha antara dua

pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana. Secara operasional, ada 3 jenis mudharabah yaitu:

Pertama, Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Kedua, Mudharabah muqayyadah adalah

mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada

pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau objek investasi. Ketiga, Mudharabah musytarakah adalah mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi. (Suwiknyo, 2010: 181-182)

f) Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau

lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan risiko berdasarkan porsi kontribusi dana. Secara operasional, musyarakah ada dua jenis yaitu: Pertama, Musyarakah permanen yaitu musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan sesui akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. Kedua, Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) yaitu musyarakah dengan ketentuan bagian dana entitas akan dialihkan secara bertahap kepada mitra sehingga bagian dana entitas akan menurun dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut. (Suwiknyo, 2010: 186-187)

3) Produk Perbankan Syariah di Bidang Jasa a) Hiwalah

Hiwalah pemberian pinjaman yang disertai dengan jaminan

objek anjak piutang (pengalihan piutang). (Adrianto, 2019: 38) Sedangkan maksud secara syara’ hiwalah ialah memindahkan hutang dari penghutang (muhil) kepada orang lain (muhal „alaih) untuk dibayarkan kepada pemberi hutang (muhal) dimana komisi atau upah dikenakan untuk jasa tersebut. (Iska, 2012: 188) Tujuan

hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal

tunai agar dapat melanjutkan produksinya. (Karim, 2016: 105) b) Kafalah

Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh

penanggung (kafil) kepada pihak ketiga (makfulahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (makfulbih). Dalam pengertian lain, istilah ini bermaksud mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggungjawab orang lain sebagai jaminan. (Iska, 2012: 194) Sedangkan dalam aplikasi bank syariah, kafalah merupakan produk jasa yang diberikan kepada nasabah yang mengajukan garansi kepada bank untuk melakukan pekerjaan atas perintah pihak pemberi kerja. (Ismail, 2011: 201) Tujuan kafalah adalah untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayar. (Karim, 2016: 107)

c) Wakalah

Wakalah merupakan akad antara dua pihak yang mana

pihak satu menyerahkan, mendelegasikan, mewakilkan, tau memberikan mandat kepada orang lain, dan pihak lain menjalankan amanat sesuai permintaan pihak yang mewakilkan. (Ismail. 2011: 194) Sedangkan wakalah secara syara’ ialah pelimpahan kekuasaan atau wewenang oleh seseorang kepada yang lain dalam hal-hal yang dapat diwakilkan. (Iska, 2012: 190)

d) Rahn (gadai)

Rahn yaitu menjadikan suatu benda bernilai menurut

pandangan syara’ sebagai tanggungan utang, dengan adanya benda yang menjadi tanggungan itu maka sebagian atau bahkan seluruh utang dapat dilunasi. (Suwiknyo, 2010: 240) Rahn juga diartikan sebagai jaminan terhadap utang yang mungkin dijadikan sebagai pembayar kepada pemberi utang baik seluruhnya atau sebagian apabila pihak yang berhutang tidak mampu melunasinya. (Ismail, 2011: 209) Tujuan rahn adalah untuk memberikan jaminan

pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. (Karim, 2016: 106)

e) Sharf

Sharf merupakan pelayanan jasa bank syariah dalam

pertukaran mata uang. Pertukaran antara valas dan rupiah dibolehkan apabila pertukaran ini tidak ditujukan untuk spekulasi.

Sharf juga dapat diartikan sebagai transaksi jual beli antara mata

uang yang satu dengan mata uang lainnya, misalnya US dollar dan rupiah, dan Singapore dollar dan Malasyian ringgit. (Ismail, 2011: 215)

Dokumen terkait