• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

D. Tahapan Pelaksanaan Pemecahan Masalah

Tahap keempat di GIM melaksanakan perbuatan yang sebenarnya sudah direncanakan. Klien dan pekerja mengikuti rencana mereka untuk mencapai tujuan mereka. kemajuan selama pelaksanaan harus terus dipantau dan dinilai. Tahap ini merupakan tahapan yang memfokuskan pada upaya mentransfer perencanaan program menjadi pelaksanaan program dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang nyata. Pelaksanaan implementasi disesuaikan dengan rencana pemecahan masalah yang sudah dibuat dari tingkat mikro, mezzo dan makro sebagai berikut:

1) Tingkat mikro

Klien “V” berusaha untuk merubah perilakunya untuk tidak membolos sekolah dengan tidak memperdulikan ajakan teman, melaksanakan tugas sekolah, dan tetap masuk sekolah meskipun dia malas dengan pelajaran atau gurunya. Sedangkan klien “R” tidak akan membolos sekolah lagi dengan berusaha berpenampilan rapi serta tidak lagi memiliki sikap pendiam dan kurang percaya diri.

2) Tingkat mezzo

Pihak lembaga memberikan pendampingan dan perhatian yang lebih lagi agar kedua klien ini tidak membolos lagi dan lebih dewasa dalam

27

menyelesaikan permasalahan yang dialami di sekolahnya dan pihak lembaga juga harus lebih memperhatikan kemampuan klien dalam pendidikan seperti memberikan penghargaan (reward) kepada kedua klien ini, apabila kedua klien ini bisa menunjukkan prestasi belajar yang baik dan tidak membolos sekolah lagi. Lalu memberi hukuman (punishment) kepada klien untuk membuat efek jera apabila klien melakukan kesalahan lagi.

3) Tingkat makro

Pelayanan yang diberikan kepada kedua klien ini menjadi proses alat pendukung agar klien bisa merubah perilakunya agar tidak membolos lagi dan agar bisa lebih terlihat aktif lagi mengikuti kegiatan yang ada di panti. Pekerja sosial memberikan pelayanan konseling, pelayanan keagamaan sebagai bimbingan mental klien, bimbingan fisik, bimbingan sosial (group work), pelayanan kesehatan, pelayanan keterampilan, pelayanan pendidikan, dan pelayanan tabungan.

Dengan melihat ketiga aspek tersebut, menurut pekerja sosial semua sudah dilakukan sesuai dengan rencana awal dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh klien. Seperti misalnya pada aspek mikro, pekerja sosial dan klien saat itu membuat perencanaan Klien “V” berusaha untuk merubah perilakunya untuk tidak membolos sekolah lagi dengan tidak memperdulikan ajakan teman dan tetap masuk sekolah meskipun dia tidak paham dengan mata pelajarannya. Sedangkan klien “R” tidak akan membolos sekolah lagi dan tidak peduli teman-teman di sekolah akan berbicara seperti apa tentang

dirinya serta menghilangkan sikap pendiamnya agar bisa bersosialisasi dengan teman-teman di sekolah.

Rencana ini sudah dilakukan dengan baik oleh kedua klien ini, mereka berusaha sekali supaya tidak membolos sekolah dengan alasan-alasan yang tidak penting dan tidak memperdulikan apa yang dikatakan orang tentang dia. Seperti klien “R”, walaupun dia mempunyai masalah di sekolahnya tetapi dia

sudah mulai kembali masuk sekolah meskipun akhirnya dia harus pindah sekolah, saat ini dia sedang belajar dengan merubah penampilan agar terlihat rapi dan datang ke sekolah tepat waktu supaya dia tidak menjadi korban

bullying seperti yang dia rasakan saat di sekolah yang lama serta berusaha untuk merubah sikapnya agar tidak menjadi orang yang keras kepala, kurang percaya diri dan pendiam.

Begitu juga dengan klien “V’, saat ini juga dia sudah berusaha meninggalkan perilakunya yang suka membolos, dengan mengerjakan tugas sekolah tepat waktu dan berusaha suka dengan mata pelajaran yang diajarkan gurunya. Mereka sekarang lebih rajin. Mereka bisa seperti ini karena kembali diberikan nasehat-nasehat dan motivasi oleh pengasuhnya, dan juga mereka membuat perencanaan yang akan di lakukan sesuai dengan kemampuan mereka. Sehingga saat ini rencana yang sudah dipikirkan dapat terlaksana dengan baik. Maka semangat untuk kembali sekolah muncul lagi diantara mereka. Hal ini diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:

“iya semenjak permasalahan itu pengasuh lebih intens lagi mendampingi anak-anaknya. Mereka memberikan nasehat-nasehat dan motivasi supaya mereka tidak membolos sekolah lagi kalau

alasannya tidak jelas. Pengasuh juga memberikan nasehat kalau bolos sekolah banyak yang dirugikan nanti. Jadi harus semangat lagi sekolahnya ngga boleh males. Terus klien “R” juga kita bantu untuk mempercantik dirinya dengan kita ajak ke salon di panti sebelah (PSBR), supaya dia bisa belajar cara mempercantik dirinya. Dari situ perlahan mereka sadar, dan apa yang udah diberikan pengasuh mereka inget-inget dan mereka pegang supaya ngga bakal ngelakuin itu lagi.”28

Selain itu pada aspek mezzo, Pihak lembaga memberikan pendampingan dan perhatian dengan memberikan penghargaan kepada kedua klien ini, apabila berperilaku baik dan bisa menonjolkan prestasinya serta memberikan hukuman (punishment) sebagai peringatan dari kesalahan yang sudah diperbuat agar tidak di ulangi lagi.

Perencanaan ini sudah dilakukan oleh pihak lembaga, penghargaan dan hukuman sangat diterapkan sekali dilembaga ini karena untuk menghargai apa yang sudah diberikan anak-anak ke pada panti seperti prestasi belajar dan selalu berkelakuan baik. Hukuman diberikan kepada mereka agar membuat mereka jera terhadap perbuatan yang telah mereka lakukan dan agar perbuatan tersebut tidak diulangi kembali.

Seperti misalnya, klien “R” walaupun dia mempunyai masalah tetapi dia membuktikan bahwa prestasi belajar di sekolahnya baik maka dari itu dia mendapatkan rewarddari panti berupa hadiah yang bisa membangkitkan lagi semangatnya bersekolah dan mempertahankan prestasinya. Apabila dia melakukan membolos sekolah lagi maka dia akan diberikan hukuman, karena dia sudah berjanji tidak akan mengulangi lagi. Begitu juga dengan

28

yang dialami klien “V”. Hal ini seperti diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:

“Iya disini saya jelaskan, mengapa memutuskan untuk mengambil pendampingan mengenai diberikannya reward dan punishment. Itu karena memang sudah diterapkan disini sangat diterapkan sekali. Baik klien “R” atau klien “V” ketika dia mendapatkan prestasi yang baik di sekolahnya atau dilihat dari tingkah laku anak ini yang tidak pernah membuat kesalahan lagi maka mereka mendapatkan reward. Oleh karena itu pihak panti memberikan hadiah dan ditambah tingkah laku mereka juga sudah mulai terlihat baik. Punishment diberikan apabila mereka melakukan kesalahan lagi.”29

Pada aspek makro, pekerja sosial dan klien membuat pelaksanaan bahwa klien “R” dan klien “V” harus diberikan pelayanan konseling (case work), pelayanan keagamaan sebagai bimbingan mental klien, bimbingan fisik supaya membantu klien berperilaku disiplin, pelayanan keterampilan, pelayanan pendidikan dan pelayanan bimbingan sosial.

Proses pelaksanaan pelayanan konseling, dilakukan setiap seminggu dua kali, untuk melakukan konsultasi terhadap perubahan yang sudah dilakukan selama ini dan untuk mengetahui sampai mana dia sudah yang mencapai apa yang sudah di rencanakan sebelumnya. Di pelayanan ini pekerja sosial juga memberikan bimbingan supaya kedua klien ini bisa merubah perilakunya. Lalu salam pelayanan bimbingan mental kedua klien ini sudah menjalankan sesuai jadwal bimbingan keagamaan, dengan mengikuti kegiatan ini secara serius, sudah terlihat perubahan yang dialami oleh keduanya. Keduanya jadi rajin sholat dan melaksanakan kewajiban yang

29

harus dilakukan anak-anak yaitu membaca surat wakiah setiap malam selasa. Kemudian saat ini mereka juga sedang kembali belajar membaca Al-quran dengan dipimpin oleh ustadz dan ustadzah. Dengan mempelajari keagamaan, mereka bisa semakin tahu mana perbuatan yang baik untuk di lakukan dan mana yang tidak dalam kehidupan sehari-hari, dan dengan memahami agamanya klien juga bisa memutuskan sesuatu hal lebih dewasa lagi.

Kemudian dalam pelayanan keterampilan, klien “R” dan “V” sudah kembali aktif mengikuti keterampilan yang mereka sukai, dan klien “V” mengikuti keterampilan kesenian dengan bermain musik gitar dan juga dia aktif menari saman. Di pelayanan pendidikan, mereka mematuhi peraturan yang ada di sekolah dengan tidak membolos lagi. Kemudian mereka menunjukkan prestasi belajar mereka di sekolah. Sedangkan pada bimbingan sosial disini diajarkan bagaimana cara klien mengatasi permasalahan dengan kelompok.

Dengan begitu, yang tadinya klien “R” memiliki sifat pendiam bisa lebih terlihat aktif dan berinteraksi antar kelompoknya dalam memecahkan suatu masalah. Untuk klien “V” dengan adanya bimbingan sosial ini membuat dia menjadi belajar bahwa segala sesuatu itu tidak boleh ditanggapi dengan keras kepala dalam menyelesaikan suatu masalah, tetapi harus dengan hati yang tenang dan memahami setiap proses penyelesaian. Namun, pekerja sosial sulit menyatukan karakter mereka karena berasal dari latar belakang, budaya, kebiasan dan pendapat yang berbeda sehingga menyebabkan sulitnya

mencarikan solusi dalam memecahkan permasalahan mereka dalam kelompok.

Dalam tahapan implementasi ini, pekerja sosial menggunakan teori sistem ketika ingin memberikan pelayanan kesejahteraan sosial untuk anak-anak asuh seperti yang peneliti tulis di Bab II halaman 43, dikatakan bahwa teori sistem adalah salah satu cara untuk mengkonseptualisasikan permasalahan dalam membuat rencana kegiatan atau treatment. Dan pekerja sosial dalam melakukan pengembangan masalah yang ada mengkonseptualisasi masalah-masalah klien dengan peristilahan, agen perubahan, sistem klien, sistem sasaran dan sistem kegiatan. Ke empat istilah tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Sistem pelaksana perubahan

Sistem pelaksana perubahan adalah pekerja sosial yang secara khusus bekerja untuk menciptakan perubahan secara terencana. Kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial dilaksanakan selama 2 bulan sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati antara pekerja sosial dan kedua klien ini. Terdapat seorang yang menjadi agen peubah untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, yaitu pekerja sosial lah yang berperan sebagai agen perubah dimana dia bekerja yang akan memberi pertolongan kepada sistem klien yang mempunyai permasalahan.

2. Sistem Klien

Sistem klien adalah sekelompok orang yang sepakat meminta pelayanan kepada pekerja sosial dan telah memberikan kewenangan

menjadi penerima pelayanan atau terkena perubahan baik secara langsung maupun tidak langsung, dan yang bekerja berdasarkan kesepakatan atau kontrak dengan pekerja sosial. Dalam hal pelayanan kesejahteraan sosial yang menjadi sistem klien adalah klien “V” dan “R” yang memiliki permasalahan membolos sekolah.

3. Sistem Sasaran

Sistem sasaran adalah sekelompok orang, badan-badan, dan atau organisasi yang dijadikan sasaran perubahan atau dijadikan media yang dapat mempengaruhi proses pencapaian tujuan pertolongan dan para penerima pelayanan utama memperoleh manfaat yang diharapkan. Adapun yang menjadi sistem sasaran dalam penerimaan pelayanan kesejahteraan sosial adalah orang-orang terdekat klien, seperti teman-teman dekat klien, pengasuh, guru dan teman-teman-teman-teman sekolah klien. Orang-orang tersebut akan diidentifikasi oleh pekerja sosial untuk mengetahui permasalahan sebenarnya yang terjadi itu seperti apa, kenapa sistem klien (klien “R” dan “V”) tersebut bisa membolos sekolah. Dan orang-orang ini dijadikan media agar proses pencapaian tujuan pertolongan bisa terlaksana dengan baik dan memenuhi apa yang dibutuhkan klien.

4. Sistem aksi atau kegiatan,

Sistem aksi atau kegiatan adalah untuk menggambarkan dengan siapa saja pekerja sosial bekerja dalam upayanya memenuhi tugasnya dan

mencapai tujuan perubahan yang diharapkan. Ketika pekerja sosial sudah melakukan identifikasi dan penelaahan terhadap masalah (assessment)

pada sistem klien dan sistem sasaran, dan sudah diketahui apa sebenarnya permasalahan yang dihadapi oleh mereka dan apa yang mereka butuhkan ketika ke PSAA PU 03 Tebet ini, pekerja sosial kemudian mengintervensi mereka dengan sistem aksi yaitu dengan memberikan Pelayanan Kesejahteraan Sosial yang ada di panti PSAA PU 03 Tebet ini mulai dari pelayanan pengasramaan, kebutuhan pangan, konseling, kesehatan, pendidikan, keagamaan, keterampilan, rekreasi dan hiburan, program tabungan dan transportasi.

Dokumen terkait