• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tangkapan per Unit Upaya ( CPUE ) Ikan Pelagis Utama di Laut Jawa Laut Jawa merupakan salah satu perairan yang memiliki potensi perikanan

FPI = (2) Keterangan :

4.3 Tangkapan per Unit Upaya ( CPUE ) Ikan Pelagis Utama di Laut Jawa Laut Jawa merupakan salah satu perairan yang memiliki potensi perikanan

yang sangat besar khususnya perikanan tangkap. Hasil tangkapan ikan yang terdapat di Laut Jawa berupa sumber daya ikan pelagis dan demersal dimana ikan pelagis lebih mendominasi pada daerah ini. Hasil tangkapan yang digunakan adalah data statistik PPN Pekalongan, Jawa Tengah dari Bulan Januari 2006 – Desember 2010. Pelabuhan perikanan ini merupakan salah satu pusat pendaratan

hasil tangkapan ikan di Laut Jawa. Ikan yang didaratkan di PPN Pekalongan didominasi oleh ikan pelagis yang sebagian besar ditangkap menggunakan alat tangkap pukat cincin (purse seine), pukat cincin kecil (mini purse seine) dan jaring insang (gill net) (Lampiran 6). Menurut Chodriyah dan Tuti (2010), daerah penangkapan purse seine Pekalongan meliputi perairan Laut Jawa (Utara Tegal, Karimunjawa, Bawean, Masalembo, Matasiri, dan Kangean), perairan Laut Cina Selatan, dan Perairan Selat Makassar.

Produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Pekalongan didominasi oleh lima jenis ikan, yaitu: ikan layang (Decapterus Spp.), lemuru (Sardinella sirm), tongkol (Enthynnus affinis), banyar/kembung lelaki (Rastrelliger

kanagurta), dan tembang (Sardinella Spp)(Lampiran 7). Selain ikan-ikan tersebut hasil tangkapan lainnya berupa ikan demersal dan ikan pelagis kecil lainya. Nilai produksi hasil tangkapan kelima spesies ikan berfluktusi berdasarkan musim penangkapan ikan dimana setiap spesies ikan memiliki musim penangkapan ikan yang berbeda-beda. Laju produksi hasil tangkapan yang didaratkan setiap

bulannya dihitung dengan membagi total produksi ikan yang didaratkan dengan jumlah kapal yang melakukan penurunan hasil tangkapan di PPN Pekalongan. Nilai ini lebih dikenal dengan istilah Catch per Unit Effort (CPUE). Nilai CPUE didapatkan setelah dilakukan standarisasi alat tangkap yang digunakan.

Ikan layang merupakan komoditas tangkapan utama yang didaratkan di PPN Pekalongan. Berdasarkan penelitian Zamroni dan Suwarso (2009), hasil tangkapan utama armada pukat cincin yang didaratkan pada PPN Pekalongan dari tahun 2002 – 2007 menunjukkan bahwa ikan layang (Decapterus russelli dan D. macrosoma) merupakan spesies yang dominan dengan persentase mencapai 42 –

58% dari total hasil tangkapan. Musim penangkapan ikan layang terjadi antara bulan Mei – September dan November – Desember (Chodriyah dan Tuti, 2010). Nilai CPUE ikan layang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Fluktuasi dan Trend CPUE Ikan Layang (Decapterus Spp.)

Berdasarkan Gambar 13 dapat dilihat nilai CPUE ikan layang terbesar terjadi pada bulan September 2009 dengan nilai 11,94 ton/trip sedangkan nilai CPUE terendah ikan layang terjadi pada bulan Juni 2010 dengan nilai 0,12 ton/trip (Lampiran 8). Secara umum dari tahun 2006 – 2010 nilai CPUE ikan layang terlihat meningkat pada bulan Juli – Desember dan terus mengalami

penurunan pada bulan Januari – Juni. Walaupun demikian terdapat beberapa bulan pada tahun tertentu yang menunjukkan hal yang sebaliknya dimana nilai CPUE ikan layang yang seharusnya mengalami penurunan tetapi pada kenyataannya CPUE ikan layang mengalami kenaikan. Trend nilai CPUE ikan layang secara garis besar mengalami penurunan dari tahun 2006-2010. Nugroho (2006)

menyatakan bahwa telah terjadi penurunan produksi ikan layang yang berasal dari perikanan pukat cincin yang tertangkap di perairan Laut Jawa dan sekitarnya.

Ikan lemuru yang terdapat di Laut Jawa merupakan spesies Sardinella sirm dimana tubuhnya memiliki bintik-bintik berderet memanjang dari kepala ke ekor. Penyebaran lemuru jenis ini terkonsentrasi di pantai Utara Jawa (Nontji, 2005). Musim penangkapan ikan lemuru terjadi pada bulan Desember - Januari dan berlanjut sampai bulan Maret. Nilai CPUE ikan lemuru tahun 2006 – 2010 dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Fluktuasi dan Trend CPUE Ikan Lemuru (Sardinella sirm)

Dari Gambar 14 dapat dilihat nilai CPUE ikan lemuru 5 tahun terakhir berfluktuasi berdasarkan musim penangkapan dengan trend nilai CPUE yang meningkat. Nilai CPUE tertinggi terjadi sekitar bulan Desember – Februari setiap tahunnya. Bulan-bulan ini merupakan bulan bertiupnya angin musim barat di Indonesia. Setelah itu, bulan selanjutnya nilai CPUE ikan lemuru berkurang dengan signifikan dan mulai naik lagi sekitar bulan Oktober dan November. Nilai CPUE ikan lemuru terbesar terjadi pada bulan Februari 2009 dengan nilai 6,89

ton/trip. Hal ini hampir sama dengan yang disampaikan oleh Nontji (2005), yang menyatakan lemuru yang berada di Selat Bali muncul sekitar bulan September – Oktober dan mencapai puncaknya bulan Desember – Januari. Ikan lemuru berkurang jumlahnya pada bulan Februari – Maret dan akan hilang populasinya pada bulan berikutnya hingga muncul pada musim selanjutnya.

Gambar 15. Fluktuasi dan Trend CPUE Ikan Tongkol (Enthynnus affinis)

Ikan tongkol menempati urutan ke tiga ikan dengan jumlah terbanyak yang didaratkan di PPN Pekalongan. Nilai CPUE ikan tongkol bervariasi setiap

bulannya dan menunjukkan trend yang meningkat dalam waktu 5 tahun terakhir. Nilai CPUE tertinggi ikan tongkol terjadi pada bulan Oktober 2010 dan diikuti pada bulan November 2010 dengan nilai berturut-turut 5,55 ton/trip dan 4,63 ton/trip. Nilai CPUE terendah terjadi pada bulan Mei 2008 dengan nilai 0,61 ton/trip. Dari Gambar 15 dapat dilihat musim penangkapan ikan tongkol ditandai dengan besarnya nilai CPUE terjadi sekitar bulan Februari – April dan bulan Agustus - Oktober. Sedangkan musim paceklik tongkol ditandai dengan kecilnya nilai CPUE terjadi sekitar bulan Juni – Juli. Secara umum nilai CPUE Ikan

tongkol berfluktuasi dalam kurun waktu 2006-2010 dimana terdapat kecenderungan kenaikan nilai CPUE dari tahun-ketahunnya.

Ikan banyar atau lebih dikenal dengan nama ikan kembung lelaki memiliki daerah penyebaran yang luas. Ikan ini sering dijumpai di perairan yang jernih dan agak jauh dari pantai. Menurut Chodriyah dan Tuti (2010), musim penangkapan ikan banyar terjadi pada bulan Januari – Mei. Dari Gambar 16 dapat dilihat nilai CPUE tertinggi ikan banyar rata-rata tiap tahunnya terjadi sekitar bulan Maret – Mei (musim peralihan 1) dan bulan Juli – Agustus (musim timur). Musim peceklik ikan banyar terjadi sekitra bulan Desember – Februari (musim barat). Dari tahun 2006 – 2010, nilai CPUE ikan banyar di PPN Pekalongan

memperlihatkan trend menurun dimana terlihat terjadi fluktuasi nilai CPUE pada setiap bulannya mengikuti bulan-bulan penangkapan ikan banyar.

Gambar 16. Fluktuasi dan Trend CPUE Ikan Banyar (Rastrelliger kanagurta)

Ikan tembang merupakan ikan yang hidup di perairan pantai (Nontji, 2005). Daerah penyebaran ikan tembang cukup luas. Hampir diseluruh perairan Indonesia ikan jenis ini dapat ditemukan terutama didaerah Kalimantan Selatan,

Laut Jawa, Selat Malaka, Sulawesi Selatan dan Laut Arafuru. Musim penangkapan ikan tembang terjadi sekitar bulan Juni atau Juli dan bulan

September – November. Bulan Desember – Mei merupakan bulan yang kurang baik untuk penangkapan ikan tembang (Chodriyah dan Tuti, 2010).

Gambar 17. Fluktuasi dan Trend CPUE Ikan Tembang (Sardinella Spp)

Dari Gambar 17 dapat dilihat nilai CPUE tertinggi ikan tembang terjadi sekitar bulan April – Juli. Untuk bulan-bulan paceklik ikan tembang terjadi sekitar bulan Desember – Februari yang ditandai dengan turunnya nilai CPUE ikan tembang. Dalam jangka waktu 5 tahun terakhir terlihat trend nilai CPUE ikan tembang terjadi peningkatan. Peningkatan hasil tangkapan ikan tembang yang signifikan terjadi pada bulan Oktober 2008 dan Juni 2010.