• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa data berdasarkan data yang dikumpulkan melalui data sekunder melalui rekam medik pasien yang berobat dalam kurung waktu 1 Januari 2010 s/d 31 Desember 2012. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui hubungan antara komplikasi tindakan histerektomi dengan jenis tindakan histerektomi.

BAB IV

TABEL HASIL DAN DISKUSI

Tabel 4.1. Jumlah penderita mioma uteri, prolapsus uteri, hiperplasia endometrium, adenomiosis Diagnosa N % Mioma uteri 124 81.6 Prolapsus uteri 18 11.8 Hiperplasia endometrium 4 2.6 Adenomiosis 6 3.9 Total 152 100.0

Hasil data yang didapat mengenai tindakan histerektomi di RS Haji Adam Malik pada periode 1 Januari 2010 s/d 31 Desember 2012 berdasarkan diagnosa, jumlah pasien yang dilakukan tindakan histerektomi sebanyak 152 pasien dan pasien dengan diagnosa mioma uteri adalah yang paling banyak dilakukan tindakan histerektomi sebanyak 124 orang (81,6%).

Tabel. 4.2. Tabel distribusi penderita pada jenis histerektomi abdominal dan histerektomi vaginal

Tekhnik Histerektomi P Value Abdominal Histerektomi Vaginal Histerektomi N % N % Usia (tahun) 0,000 20-40 32 23,7 1 5,9 41-50 73 54,1 4 23,5 .> 50 30 22,2 12 70,6 Total 135 100 17 100 Paritas 0,115 Nulipara 28 20,7 0 0 Primipara 13 9,6 2 11,8 Multipara 94 69,6 15 88,2 Total 135 100 17 100 Diagnosa 0,000 Mioma uteri 123 91,1 1 5,9 Prolapsus uteri 2 1,5 16 94,1 Hiperplasia endometrium 4 3 0 2,6 Adenomiosis 6 4,4 0 0 Total 135 100 17 100

Dari hasil data penelitian, didapatkan adanya perbedaan bermakna berdasarkan jenis histerektomi abdominal dan vaginal terhadap usia pasien dimana histerektomi abdominal paling banyak dilakukan pada usia 41-50 tahun sebanyak 73 orang (54,1%) dan histerektomi vaginal paling banyak dilakukan pada usia > 50 tahun sebanyak 12 orang (70,6%). Hal ini mungkin disebabkan karena pasien yang dilakukan histerektomi vaginal pada rumah sakit Haji Adam Malik hanya pada pasien dengan prolapsus uterus tanpa ada kelainan lain yang menyertai. Sedangkan salah satu faktor resiko dari prolapsus uterus adalah usia tua.

Tidak ada perbedaan bermakna berdasarkan jenis histerektomi abdominal dan vaginal terhadap paritas pasien dimana abdominal histerektomi (69,6%) dan vaginal histerektomi (88,2%) banyak dilakukan pada pasien multipara. Didasarkan kepada epidemiologi dan patofisiologi terjadinya mioma dan prolapsus uterus, paritas merupakan hal yang memegang peranan penting, dan banyak terjadi pada pasien dengan paritas yang tinggi.

Dari hasil penelitian, didapatkan perbedaan bermakna dari jenis histerektomi abdominal dan histerektomi vaginal berdasarkan diagnosa ginekologi pasien, dimana histerektomi abdominal paling banyak dilakukan pada pasien dengan diagnosa mioma uteri sebanyak 123 orang (91,1%) dan vaginal histerektomi paling banyak dilakukan pada pasien dengan diagnosa prolapsus uteri sebanyak 16 orang (94,1%).

Hal ini berbeda dengan penelitian oleh Christian Ottosen,dkk, pada tahun 2000 di rumah sakit Helsingborg, Swedia. Mereka melakukan

penelitian terhadap tindakan histerektomi (total andominal, vaginal dan laparoskopi) dengan jumlah pasien masing-masing 40 orang. Mereka mendapatkan vaginal histerektomi merupakan jenis histerektomi yang paling banyak dilakukan dengan indikasi mioma uteri ( 31/40) orang. 20 Namun pada penelitian ini, mereka membatasi tindakan histerektomi hanya pada uterus dengan ukuran dibawah uterus usia kehamilan 16 minggu dan tanpa adanya riwayat adhesi pada kavum abdomen.

Tabel. 4.3. Tabel distribusi penderita pada tekhnik total histerektomi dan subtotal histerektomi

Tekhnik Histerektomi

P- Value Total Histerektomi Subtotal Histerektomi

N % N % Usia (tahun) 0,921 20-40 30 22,6 3 15,8 41-50 64 48,1 13 68,4 .> 50 39 29,3 3 15,8 Total 133 100 19 100 Paritas 0,453 Nulipara 21 15,8 7 36,8 Primipara 15 11,3 0 0 Multipara 97 72,9 12 63,2 Total 133 100 19 100

Diagnosa 0,179 Mioma uteri 105 78,9 19 100 Prolapsus uteri 18 13,5 0 0 Hiperplasia endometrium 4 3,0 0 0 Adenomiosis 6 4,5 0 0 Total 133 100 19 100

Dari hasil data penelitian, tidak ada perbedaan bermakna berdasarkan tekhnik total dan subtotal histerektomi terhadap usia pasien, dimana total histerektomi banyak dilakukan pada usia 41-50 tahun sebanyak 64 orang (48,1%) dan subtotal histerektomi juga paling banyak dilakukan pada usia 41-50 tahun sebanyak 13 orang (68,4%). Hal ini mungkin disebabkan karena pasien dari histerektomi pervaginam tersebut masuk ke dalam data total abdominal histerektomi, sehingga datanya tidak jauh berbeda.

Tidak ada perbedaan bermakna berdasarkan tekhnik histerektomi total dan subtotal terhadap paritas pasien dimana total histerektomi banyak dilakukan pada pasien multipara sebanyak 97 orang (72,9%) dan subtotal histerektomi juga banyak dilakukan pada pasien multipara sebanyak 12 orang (63,2%).

Dari hasil penelitian ini, tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna dari tekhnik total dan subtotal histerektomi berdasarkan diagnosa ginekologi pasien, dimana total histerektomi paling banyak dilakukan pada pasien dengan diagnosa mioma uteri sebanyak 105 orang

( 78,9%) dan juga subtotal histerektomi paling banyak dilakukan pada pasien dengan diagnosa mioma uteri sebanyak 19 orang ( 100%).

Pasien yang dilakukan tindakan subtotal histerektomi didasarkan kepada kesulitan yang didapatkan pada saat hendak melakukan tindakan total histerektomi. Dikarenakan adanya massa pada bagian bawah rahim, dan adanya adhesi yang menyebabkan kesulitan dalam membebaskan rahim dari kandung kencing.

.

Tabel 4.4. Tabulasi Silang Komplikasi Histerektomi pada jenis histerektomi abdominal dan vaginal histerektomi

Komplikasi Jenis Histerektomi Abdominal Histerektomi Vaginal Histerektomi N % N % Intraoperative Perdarahan 23 17,0 0 0 Saluran pencernaan 0 0 0 0 Saluran kemih - Vesica urinaria 1 0,7 0 0 - Trauma Ureter 1 0,7 0 0

Tak ada Komplikasi 110 81,5 17 100

Post operative

Demam 0 0 0 0

Wound Dehiscence 2 1,5 0 0

Inkontinensia urine 1 0,7 1 5,9

Vesico-Vagina Fistel 0 0 0 0

Tidak ada Komplikasi 132 97,8 16 94,1

Total 135 100 17 100

Dari data hasil penelitian, dari 135 pasien yang dilakukan tindakan histerektomi abdominal, 23 pasien (17%) yang mengalami komplikasi intraoperasi berupa pedarahan dan 110 pasien (81,5%) tidak mengalami komplikasi. Dari jumlah total 17 pasien yang dilakukan tindakan histerektomi vaginal, tidak ada satu pasienpun yang mengalami komplikasi intraoperasi. Hanya 1 orang ( 0,7 %) dari 135 pasien yang mengalami komplikasi berupa trauma vesica urinaria dan hanya 1 orang (0,7 %) pasien juga yang mengalami trauma ureter. Berdasarkan literature, trauma kandung kencing yang terjadi pada tindakan histerektomi sekitar 0,5-2 % dari semua kasus dan trauma ureter yang terjadi sekitar 0,2-0,8% pada kasus abdominal histerektomi dan 0,05-1% pada tindakan vaginal histerektomi. 10

Kebanyakan pada pasien yang dilakukan tindakan abdominal histerektomi yang mengalami komplikasi perdarahan memiliki massa tumor pada rahim yang besar, lebih besar dari uterus usia kehamilan 20 minggu dan posisi nya berada pada bagian anterior atau posterior di

rahim, yang dapat mempersulit untuk dilakukan tindakan histerektomi. Sedangkan untuk pasien yang dilakukan vaginal histerektomi tidak ada komplikasi perdarahan, yang mungkin disebabkan seleksi yang ketat pada saat pemilihan pasien. Untuk kompilkasi berupa trauma ureter dan kandung kencing, juga banyak diakibatkan karena letak tumor yang dekat dengan posisi ureter atau mendekati vesika urinaria. Sehingga pada saat membebaskan tumor tersebut, ureter terpotong dan kandung kencing laserasi. Namun durante operasi, pasien langsung dikonsul ke bagian bedah urologi untuk dilakukan reanastomose ureter dan penjahitan kandung kencing.

Pada komplikasi post operasi, dari jumlah total 135 pasien yang dilakukan tindakan histerektomi abdominal, sebanyak 2 pasien (1,5%) yang mengalami komplikasi wound dehiscense dan 1 pasien (0,7%) mengalami komplikasi inkontinensia urine. Dari jumlah total 17 pasien yang dilakukan tindakan histerektomi vaginal, hanya 1 pasien (5,9%) yang mengalami komplikasi post operasi berupa inkontinensia urine.

Komplikasi berupa inkontenensia urine adalah komplikasi yang biasa saja terjadi pada pasien yang dilakukan tindakan vaginal histerektomi. Hal ini disebabkan area tindakan tersebut dan prosedur tindakan tersebut sangat banyak memanipulasi kandung kencing. Sedangkan pada pasien dengan komplikasi wound dehiscense, terjadi pada pasien dengan riwayat diabetes mellitus dan pada pasien obesitas.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Tariq M, dkk21 pada tahun 2003 terhadap pasien dengan kelainan ginekologi tanpa adanya prolapsus uterus. Mereka membagi kasus menjadi dua kelompok histerektomi dengan masing-masing kelompok berjumlah jumlah 18 pasien. Mereka membatasi kasus hanya pada uterus dengan besar dibawah uterus usia kehamilan 14 minggu, tidak adanya patologi dari adneksa dan akses pervaginam yang luas. Hasilnya mereka tidak mendapatkan adanya perbedaan komplikasi intraoperasi dan postoperasi antara kedua kelompok abdominal dan vaginal histerektomi. Walaupun pada kasus vaginal histerektomi, ada 2 pasien yang kehilangan darah lebih dari 1 liter dan satu pasien yang dirujuk ke rumah sakit karena perdarahan pervaginam yang hebat pada 11 hari post operasi. Namun ternyata pada pasien ini, didapatkan riwayat operasi seksio secarea.

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh L. Bennassi, dkk, 2002. Mereka melakukan penelitian terhadap dua kelompok abdominal dan vaginal histerektomi yang sama-sama dengan indikasi mioma uteri dengan besar uterus antara 200 gr s/d 1300 gr. Masing-masing anggota kelompok sebanyak 60 pasien. Hasilnya mereka tidak mendapatkan adanya komplikasi intraoperasi pada dua kelompok histerektomi tersebut, baik berupa cedera kandung kencing maupun trauma ureter. 22

Tabel 4.5. Tabulasi Silang Komplikasi Histerektomi pada tekhnik subtotal histerektomi dan total histerektomi

Komplikasi Tekhnik Histerektomi Subtotal Histerektomi Total Histerektomi N % N % Intraoperative Saluran pencernaan 0 0 0 0 Saluran kemih - Vesica urinaria 0 0 1 0,8 - Trauma Ureter 0 0 1 0,8

Tidak ada Komplikasi 15 78,9 112 84,2

Perdarahan 4 21,1 19 14,3 Total 19 100 133 100 Post operative Demam 0 0 0 0 Wound Dehiscence 0 0 2 1,5 Inkontinensia urine 0 0 1 0,8 Vesico-Vagina Fistel 0 0 0 0

Tidak ada Komplikasi 19 100 130 97,7

Dari data hasil penelitian, jumlah total 19 pasien yang dilakukan tindakan subtotal histerektomi, 4 pasien( 21,1%) yang mengalami komplikasi intraoperasi berupa pedarahan dan 15 pasien (78,9%) tidak mengalami komplikasi. Dari jumlah total 133 pasien yang dilakukan tindakan total histerektomi, pasien yang mengalami komplikasi intraoperasi berupa trauma kandung kencing sebanyak 1 pasien (0,8%) , trauma ureter sebanyak 1 pasien (0,8%) dan perdarahan sebanyak 19 pasien (14,3%). Dari table dapat dilihat , bahwa tidak adanya komplikasi intra operasi berupa kandung kencing dan ureter dari subtotal histerektomi, dikarenakan memang prosedur tindakan tersebut sangat jauh dari lokasi anatomis ureter dan kandung kencing. Oleh karena itu sangat sering tekhnik histerektomi ini, dijadikan sebagai alternatif dalam menghindari komplikasi berat yang terjadi.

Pada komplikasi post operasi, dari jumlah total 19 pasien yang dilakukan tindakan subtotal histerektomi, tidak ada pasien yang mengalami komplikasi post operasi. Namun dari jumlah total 133 pasien yang dilakukan tindakan total histerektomi, 2 pasien (1,5%) mengalami komplikasi berupa wound dehiscense dan 1 pasien (0,8%) mengalami komplikasi berupa inkontinensia urine. Hal ini sangat bergantung kepada keadaan individual pasien itu sendiri. Dari data yang didapatkan, pada pasien dengan riwayat DM dan obesitas.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Helga Gimbel dkk pada tahun 2003 23, yang membandingkan antara total dan subtotal abdominal histerektomi. Semua data diambil secara random, dengan jumlah kasus

total histerektomi sebanyak 140 kasus dan subtotal histerektomi sebanyak 136 kasus. Mereka mendapatkan bahwa komplikasi operasi berupa trauma pada kandung kencing terjadi pada 2 orang pasien yang dilakukan tindakan total histerektomi dan 1 orang pasien yang dilakukan tindakan subtotal histerektomi. Sedangkan perdarahan durante operasi > 1000 cc ada 1 orang pasien pada tindakan total abdominal histerektomi dan 2 orang pada pasien dengan tindakan subtotal adominal histerektomi. 23

Tabel 4.6. Tabulasi Silang Komplikasi Histerektomi berdasarkan indikasi histerektomi Komplikasi Indikasi histerektomi Mioma uteri Prolapsus Uteri Hiperplasia endometrium Adeno- Miosis N % N % N % N % Intraoperative Saluran Cerna 0 0 0 0 0 0 0 0 Saluran kemih - Vesica urinaria 1 0,8 0 0 0 0 0 0 - Trauma ureter 1 0,8 0 0 0 0 0 0 Perdarahan 22 17,1 0 0 0 0 1 16,7 Tidak ada komplikasi 100 80,6 18 100 4 100 5 83,3 Total 124 100 18 100 4 100 6 100

Post operative

Demam 0 0 0 0 0 0 0 0

Wound Dehiscence 2 1,6 0 0 0 0 0 0

Inkontinensia urine 0 0 1 5,6 0 0 0 0

Vesico-Vagina fistel 0 0 0 0 0 0 0 0

Tidak ada komplikasi 122 98,4 17 94,4 4 100 6 100

Total 124 100 18 100 4 100 6 100

Dari data hasil penelitian, didapatkan komplikasi intra operasi yang paling banyak terjadi berupa perdarahan dan paling sering pada penderita mioma uteri yang dilakukan tindakan histerektomi sebanyak 22 pasien (17,1%), dan penderita yang paling banyak tidak mengalami komplikasi intra operasi adalah pada penderita prolapsus uteri. Hal ini sangat tergantung dari besar tumor dan posisi tumor. Kebanyakan pasien dengan komplikasi perdarahan memiliki tumor dengan ukuran yang besar. Hal ini mungkin disebabkan karena penderita yang dilakukan tindakan vaginal histerektomi hanya pada pasien dengan diagnosa prolapsus uteri tanpa adanya penyulit. Misalnya: ukuran rahim yang besar, adanya tumor pada adneksa atau riwayat operasi sebelumnya yang dapat menyebabkan adhesi.

4.7 . Rerata Perdarahan dari Berbagai tindakan Histerektomi Mean +SD Abdominal Histerektomi 1038,96 + 521,609 Vaginal Histerektomi 292,65 + 144,353 P- Value 0,000 Total Histerektomi 951,39 + 556,934 Subtotal Histerektomi 984,21+ 485,356 P-Value 0,808

Berdasarkan rerata perdarahan, dari data hasil penelitian, terdapat perbedaan bermakna antara rerata perdarahan pasien yang dilakukan tindakan abdominal histerektomi (1038,96 + 521,609 )ml jika dibandingkan dengan pasien yang dilakukan tindakan vaginal histerektomi (292,65 + 144,353)ml dengan nilai p < 0,05.

Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Christian Ottosen,dkk, pada tahun 2000 di rumah sakit Helsingborg, Swedia. Mereka hanya membandingkan tindakan histerektomi pada pasien dengan besar uterus dibawah uterus usia kehamilan 16 minggu dan tanpa adanya riwayat adhesi serta akses ke vagina yang luas. Mereka mendapatkan perdarahan yang terjadi untuk abdominal histerektomi sekitar 225 ml bila dibandingkan dengan vaginal histerektomi 287 ml. Tidak ada perbedaan antara jumlah perdarahan dari kedua jenis histerektomi. 20

Pada penelitian Tariq Miskry dkk, pada tahun 2003, mendapatkan tidak adanya perbedaan antara rerata perdarahan abdominal histerektomi 353 (100-1000) ml dibandingkan dengan rerata perdarahan vaginal histerektomi 431 ( 50-1500) ml. Hal ini mungkin disebabkan karena penelitian ini hanya dilakukan pada uterus yang tidak terlalu besar (<besar uterus usia kehamilan 14 minggu) dan tidak adanya penyulit yang dapat menyebabkan komplikasi operasi. 21

Hal serupa dilakukan oleh L. Benassi, tahun 2002,22 terhadap dua kelompok histerektomi ( abdominal vs vaginal) pada pasien dengan rata-rata pembesaran uterus 300-400 gram. Mereka juga tidak mendapatkan perbedaan bermakna dari penurunan hemoglobin post operasi pada kedua kelompok. Hal ini berbeda pada penelitian saya dikarenakan pada penelitian saya, semua sampel pasien yang dilakukan tindakan vaginal histerktomi hanya pada indikasi prolapsus vagina dan tanpa adanya pembesaran rahim dan penyulit dari tindakan histerektomi.

Berdasarkan data rerata perdarahan pada penelitian ini, tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata perdarahan pasien yang dilakukan tindakan total histerektomi (951,39 + 556,934) ml jika dibandingkan dengan pasien yang dilakukan tindakan subtotal histerektomi (984,21+ 485,356) ml dengan nilai p = 0,808.

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Lama Rawatan antara jenis histerektomi abdominal dan vaginal histerektomi

Lama rawatan

Jenis histerektomi

Abdominal Histerektomi vaginal Histerektomi

n % n %

<5 hari 105 77,8 9 52,9

>5 hari 30 22,2 8 47,1

total 135 100 17 100

Dari hasil data penelitian, lama rawatan pasien yang dilakukan tindakan abdominal histerektomi dari jumlah total 135 pasien, sebanyak 105 pasien (77,8%) dengan lama rawatan < 5 hari. Dan lama rawatan pasien yang dilakukan tindakan vaginal histerektomi dari jumlah total 17 pasien, sebanyak 9 pasien (52,9%) dengan lama rawatan < 5 hari.

Tabel 4.9. Tabulasi Silang Lama Rawatan antara tekhnik total histerektomi dan subtotal histerektomi

Lama rawatan

tekhnik histerektomi

Total Histerektomi Subtotal Histerektomi

n % n %

<5 hari 102 76,7 12 63,2

>5 hari 31 23,3 7 36,8

Dari hasil data penelitian, lama rawatan pasien yang dilakukan tindakan total histerektomi dari jumlah total 133 pasien, sebanyak 102 pasien (76,7%) dengan lama rawatan < 5 hari. Dan lama rawatan pasien yang dilakukan tindakan subtotal histerektomi dari jumlah total 19 pasien, sebanyak 12 pasien (63,2%) dengan lama rawatan < 5 hari.

Tabel 4.10. Rerata lama rawatan dari berbagai tindakan Histerektomi Mean +SD Abdominal Histerektomi 5,24 + 1,379 Vaginal Histerektomi 5,65 + 0,862 P- Value 0,243 Total Histerektomi 5,29 + 1,401 Subtotal Histerektomi 5,32 + P-Value 0,749 0,927

Berdasarkan rerata lama rawatan, dari data hasil penelitian, tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna antara rerata lama rawatan pasien yang dilakukan tindakan abdominal histerektomi (5,24 + 1,379) hari jika dibandingkan dengan pasien yang dilakukan tindakan vaginal histerektomi (5,65 + 0,862)hari dengan p = 0,243.

Penelitian ini memiliki hasil yang berbeda bila dibandingkan dengan penelitian oleh Christian Ottosen,dkk, 20 pada tahun 2000 di rumah sakit Helsingborg, Swedia. Mereka menemukan adanya perbedaan lama

rawatan antara abdominal histerektomi (3,7 hari) dengan vaginal histerektomi (2,8 hari).

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh L. Bennassi, dkk, 2002, adanya rerata lama rawatan yang lebih lama dari histerektomi abdominal ( 4,3 + 1,5 hari) dibandingkan dengan rerata lama rawatan histerektomi vaginal ( 3,4 + 0,7 hari).22

Berdasarkan data rerata lama rawatan, juga tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata lama rawatan pasien yang dilakukan tindakan total histerektomi (5,29 + 1,401) hari jika dibandingkan dengan pasien yang dilakukan tindakan subtotal histerektomi (5,32 +

Tidak adanya perbedaan lama rawatan antara berbagai tindakan histerektomi pada penelitian ini dikarenakan lama rawatan pada pasien yang diakukan tindakan histerektomi di rumah sakit Haji Adam Malik berdasarkan ketentuan standar operasional prosedurnya, dirawat selama 4-5 hari, dengan ada atau tidaknya komplikasi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan bermakna pada jumlah rerata perdarahaan antara jenis histerektomi abdominal bila dibandingkan dengan jenis histerektomi pervaginal.

2. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada jumlah rerata perdarahaan antara tekhnik total histerektomi bila dibandingkan dengan subtotal histerektomi.

3. Tidak ditemukan adanya perbedaan lama rawatan antara jenis histerektomi abdominal dibandingkan dengan jenis histerektomi pervaginal

4. Tidak ditemukan adanya perbedaan lama rawatan antara teknik total histerektomi dibandingkan dengan jenis subtotal histerektomi.

5.2 Saran

1. Diharapkan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan populasi yang lebih besar dan kriteria pasien yang lebih spesifik agar dapat melihat perbandingan antara komplikasi terjadi diantara berbagai tindakan histerektomi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Guylaine Lefebvre. Et all.Hysterectomy. SOGC Clinical Practice Guidelines. No 109 tahun 2002.

2. Robert Kovac,Evidance-Based Hysterectomy. Gynecol Obstet 2013, 3:1.

3. Barber M.D, 2010. Epidemiology and Its Surgical Removal. In: Hysterectomy for Benign Disease. Philadelphia: Sounders. 65-75. 4. Coopert R, Lawlor DA, Hardy R: Socio-economic position and

hysterectomy: A cross-cohort comparison of women in Australia and Great Britain.J Epidemiol Community Health 2008;112(8);1126-1133.

5. Whiteman MK, Hillis SD, Jamieson DJ, et al : Inpatient

Hysterectomy Surveillamce in United States, 2000-2004. Am J Obstet Gynecol 2008;198-34.

6. Walter MD & Falcone T. Preoperative and Perioperative

Consideration and Choosing the Route of Hysterectomy. In: Hysterectomy for Benign Disease. Philadelphia: Sounders. 77-88. 7. Johnson N, Barlow D, Lethaby A, et al: Surgical approach to

hysterectomy for benign gynecological disease. Cochrane Database Syst Rev 2006;Issue 2:CD)3677.

8. Kjerulff KH, Langenberg PW, Rhodes JC, et al : Effectiveness of Hysterectomy. Obstet Gynecol 2000a;95:319-326.

9. Garry R, Fountain J, Mason S, et al: The Evaluate study: Two parallel randomized trails, one comparing laparoscopic with

abdominal histerectomy, the other comparing laparoscopic with vaginal hysterectomy. BMJ 2004;328:129-136

10. Walter MD & Barber MD Complications of Hysterectomy. In: Hysterectomy for Benign Disease. Philadelphia: Sounders. 77-88 11. Walsh C, Sfaice C, Hopf H : Prevention and management of

surgical site infection in morbidity obses women. Obstet Gynecol 2009;113:411-415

12. Niober TE, Johnson N, Lethaby A, et al: Surgical to Hysterectomy for benign gynecological disease. Cochrane database Syst Rev 2009;(3):CD003677.

13. Kho RM, Aki MN, Cornella JL, et al : incidence and characteristics of patients with vaginal cuff dehiscence after robotic prosedures. Obstet Gynecol 2009;114:231-235

14. Rock JA & Jones HW. Te Linde’s . Abdominal Hysterectomy. In : TeLinde’s Operative Gynecology. Tenth Edition. Lippincott Williams &Wilkins. 728-744

15. Wheeless CR & Roenneburg ML. Atlas of Pelvic Surgery.

Available at :

16. Walters MD. Vaginal Hysterectomy and Trachelectomy: Basic Surgical Techniques. In: Hysterectomy for Benign Disease. Philadelphia: Sounders. 123-134.

17. Kammerer-Doak DN, Rogers RG, Maybach JJ, Mickelson MT :

surgery: A randomized double-blind placebo-controlled trial. Am J Obstet Gynecol 2001:185:1344-1348.

18. Ascher-Walsh CJ, Capes T, Smith J, et al: Cervical vasopressin compared with no premedication and blood loss during vagina hysterectomy. Obstet Gynecol 2009;113:313-318.

19. O;Neal MG, Beste T, Shackelford DP: Utility of preemptive local analgesia in vaginal hysterectomy.Br J Obstet Gynaecol 2003;189:1539-1542.

20. Ottosen, C. et al. Three Methods for Hysterectomy : a Randomised, Prospective Study of Short Term Aoutcome . British Journal of Obstetrics and Gynecology. November 2000, Vol 107,pp.1380-1385

21. Miskry T and Magos A. : Randomized, Prospective , Double-blind Comparison of Abdominal and Vaginal Hysterectomy in Women without Uterovaginal Prolapse. Acta Obstet Gynecol Scand 2003 : 82: 351-358.

22. Benassi L, et al : Abdominal or Vaginal Hysterectomy for Enlarged Uteri : A Randomized Clinical Trial. Am J Obstet Gynecol

December 2002 volume 187, Number 6.

23. Gimbel H, et al : Randomised controlled trial of total compared with subtotal hysterectomy with one year follow up result. Br j Obstet Gynecol 110,2003. pp.1088-1098.

Lampiran 1 Data Pasien No Nama : Umur : Alamat : MR : Paritas : Diagnosa : Hasil Histopatologi : Jenis Tindakan : Lama Operasi : Komplikasi Operasi : Intraoperative o Saluran pencernaan o Saluran kemih

o Trauma Vesica urinaria

o Trauma ureter o Perdarahan Post operative o Demam o Wound Dehiscense o Inkontinensia urine o Vesico-Vaginal fistel Lama Rawatan :

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Histerektomi * Kelompok Umur

152 100.0% 0 .0% 152 100.0%

Jenis Histerektomi * Kelompok Umur Crosstabulation

Kelompok Umur Total 20-40 41-50 >50 Jenis Histerektomi Abdominal Histerektomi Count 32 73 30 135 % within Jenis Histerektomi 23.7% 54.1% 22.2% 100.0% Vaginal Histerektomi Count 1 4 12 17 % within Jenis Histerektomi 5.9% 23.5% 70.6% 100.0% Total Count 33 77 42 152 % within Jenis Histerektomi 21.7% 50.7% 27.6% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 17.772a 2 .000 Likelihood Ratio 15.841 2 .000 Linear-by-Linear Association 13.412 1 .000 N of Valid Cases 152

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,69.

Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Tes

Frequencies

Jenis Histerektomi N

Kelompok Umur Abdominal Histerektomi 135

Vaginal Histerektomi 17

Total 152

Test Statisticsa

Kelompok Umur

Most Extreme Differences Absolute .484

Positive .484

Negative .000

Kolmogorov-Smirnov Z 1.879

Asymp. Sig. (2-tailed) .002

a. Grouping Variable: Jenis Histerektomi

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Jenis Histerektomi *

Kelompok Paritas

152 100.0% 0 .0% 152 100.0%

Jenis Histerektomi * Kelompok Paritas Crosstabulation

Kelompok Paritas

Total Nullipara Primipara Multipara Jenis Histerektomi Abdominal Histerektomi Count 28 13 94 135 % within Jenis Histerektomi 20.7% 9.6% 69.6% 100.0% Vaginal Histerektomi Count 0 2 15 17 % within Jenis Histerektomi .0% 11.8% 88.2% 100.0% Total Count 28 15 109 152 % within Jenis 18.4% 9.9% 71.7% 100.0%

Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 4.325a 2 .115 Likelihood Ratio 7.393 2 .025 Linear-by-Linear Association 3.761 1 .052 N of Valid Cases 152

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,68.

Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Frequencies

Jenis Histerektomi N

Kelompok Paritas Abdominal Histerektomi 135

Vaginal Histerektomi 17

Total 152

Test Statisticsa

Kelompok Paritas

Most Extreme Differences Absolute .207

Positive .207

Negative .000

Kolmogorov-Smirnov Z .806

Asymp. Sig. (2-tailed) .535

a. Grouping Variable: Jenis Histerektomi

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Histerektomi * Indikasi Tindakan Operasi

Jenis Histerektomi * Indikasi Tindakan Operasi Crosstabulation

Indikasi Tindakan Operasi

Total Miom a Uteri Proplapsu s Uteri Hiperplasia Endometriu m Adenomiosi s Jenis Histerekto mi Abdominal Histerekto mi Count 123 2 4 6 135 % within Jenis Histerekto mi 91.1% 1.5% 3.0% 4.4% 100.0 % Vaginal Histerekto mi Count 1 16 0 0 17 % within Jenis Histerekto mi 5.9% 94.1% .0% .0% 100.0 % Total Count 124 18 4 6 152 % within Jenis Histerekto mi 81.6% 11.8% 2.6% 3.9% 100.0 % Chi-Square Tests Value df

Dokumen terkait