• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI KOTA SEMARANG DAN KOTA PEKALONGAN

C. Penguasaan Kosakata Ngoko dan Krama pada Generasi Muda di Kota Semarang dan Kota Pekalongan

3. Teknik Pengujian

Pengujian penguasaan kosakata pada generasi muda dilakukan dengan dua teknik, yakni:

1) Pengujian terhadap penguasaan atas kosakata dasar yang menjadi salah satu tumpuan utama untuk dapat bertutur Jawa.

a. Teknik Pengujian Penguasaan Kosakata Dasar

Pengujian penguasaan atas kosakata dasar merupakan sistem pengujian yang bersifat kuantitatif, bertujuan untuk mengukur sejauh mana kosakata dasar yang masih dikuasai dan dipahami, terutama yang digunakan dalam tuturan sehari-hari, baik dalam bentuk ngoko maupun krama.

Teknik pengujiannya berupa test perbendaharaan kata, yakni mengalihbahasakan leksikon bahasa Indonesia ke dalam leksikon bahasa Jawa ragam ngoko dan krama. Leksikon yang diujikan adalah kosakata dasar yang akrab dalam kehidupan sehari-hari dan dimungkinkan hampir setiap hari digunakan dalam tuturan. Leksikon yang diujikan berjumlah 100 leksikon yang terbagi dalam 11 medan makna, yang terperinci atas:

1) Aktivitas sehari-hari terdiri atas 20 leksikon, yakni: baca, berkumur, bermain, cuci muka, jual, keramas, kirim, mandi, memarahi, membantah, menanak nasi, menangis, menawar, mencari, mengunyah, menjahit, menukar, menulis, minum, dan sambung.

2) Anggota tubuh terdiri atas 10 leksikon, yakni: air mata, bulu mata, dahi, jari, kumis, lutut, pipi, pusat, telinga, dan tengkuk.

3) Bilangan terdiri atas 5 leksikon, yakni: dua, dua puluh lima, lima, satu, dan sepuluh.

4) Binatang dan tumbuhan terdiri atas 10 leksikon, yakni: bawang merah, buaya, daun, ikan, itik, kambing, pisang, pohon, puyuh, dan tebu. 5) Keterangan waktu terdiri atas 5 leksikon, yakni: besuk, kemarin, malam,

pagi, dan siang.

6) Pakaian dan perhiasan terdiri atas 11 leksikon, yakni: baju, batik, bedak, celana, cincin, emas, gelang, sarung, selimut, sisir, dan sikat.

7) Perkakas dalam rumah tangga terdiri atas 9 leksikon, yakni: benang, kertas, lampu, payung, pintu, pisau, sendok, surat, dan tikar.

8) Seni tradisi terdiri atas 10 leksikon, yakni: berita, berkenduri, impian, kepercayaan, lagu, memijat, nilai, ramuan, tarian, dan tawar.

9) Sifat terdiri atas 10 leksikon, yakni: abot, berubah, habis, ingat, kalah, kelihatan, malu, mau, sanggup, dan senang. commit to user

10) Tanya terdiri atas 5 leksikon, yakni: apa, bagaimana, mana, mengapa, dan siapa.

11) Warna terdiri atas 5 leksikon, yakni: hijau, hitam, kuning, merah, dan putih.

Jumlah kosakata yang diujikan berjumlah 100 leksikon dengan 11 medan makna. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa generasi muda mengenal bahasa Jawa selain pewarisan dari orang tua (natural) juga melalui belajar di lingkungan sekolah (pendidikan formal). Selanjutnya, diharapkan akan dapat menjaring jawaban kosakata tersebut selain berasal dari pewarisan orang tua, juga berasal dari pembelajaran di sekolah.

Teknik penilaian dilakukan dengan memberikan bobot skor pada masing-masing jawaban. Setiap hasil transliterasi bila betul mendapat skor 1 (satu) dan bila salah skor 0 (nol). Dengan demikian, angka yang tertera dalam penilaian adalah 0, 1 dan 2. Skor 0 bila salah semua; skor 1 bila salah satu jawaban ada yang salah; dan skor 2 bila semua jawaban betul. Hasil akhir, manakala dapat memberikan jawaban sempurna/betul semua atas semua pertanyaan yang diujikan sejumlah 100 leksikon maka akan mencapai total skor 200.

Responden yang dijadikan sasaran adalah generasi muda dengan rata-rata usia 16 s.d. 17 tahun, pelajar SMU duduk di kelas 10. Jumlah responden di Kota Semarang adalah 34 anak dan jumlah responden di Kota Pekalongan adalah 33 anak.

Teknik penghitungan akhir yang digunakan adalah sistem persentase sederhana, yakni jumlah skor betul dibagi dengan total skor dikalikan seratus persen. Formulasi rumusan diabstraksikan pada tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2: Rumusan Persentase Penguasaan Kosakata Jumlah skor betul x 100% = Persentase penguasaan kosakata

200

Berdasarkan penghitungan rumusan tersebut, diterapkan kualifikasi persentase penguasaan kosakata, seperti tertera dalam tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3: Persentase Penguasaan Kosakata Dasar No Ʃ Skor Kualifikasi Penguasaan

1 0-25 Tidak baik

2 26-50 Kurang baik

3 51-75 Cukup baik

4 76-100 Baik

b. Teknik Pengujian Kemampuan Berbahasa

Teknik pengujian kemampuan berbahasa Jawa dilakukan karena kemampuan seseorang dalam bertutur tidak dapat dilepaskan dari kekayaan terhadap penguasaan atas kosakatanya dan kemampuan mendayagunakan kosakata tersebut dalam tuturan. Dayaguna disini melibatkan kemampuan menempatkan kosakata tersebut dalam tuturan dengan mempertimbangkan kaidah bahasa dan sosiokultural masyarakatnya.

Tolok ukur pemakaian bahasa Jawa secara baik dan benar, pada intinya terletak pada kemampuan dalam memilih dan memilah kosakata bahasa Jawa secara cermat dan tepat. Kemampuan memilih dan memilah kosakata terkait erat pula dengan penguasaan kosakatanya, semakin kaya penguasaan kosakatanya diharapkan semakin leluasa memilih dan memilah kosakata yang akan digunakan dalam bertutur, sebaliknya semakin miskinnya kosakata yang dimilikinya beresiko terhadap penempatan kosakata yang bertumpang tindih. Selain itu dapat berimbas pada perilaku bertindak tutur. Fenomena yang terjadi adalah kebebasan penempatan kosakata ngoko maupun krama dalam tuturan.

Pengujian kemampuan berbahasa ini merupakan rangkaian berkelanjutan dari uji penguasaan kosakata dasar. Pengujian kemamampuan berbahasa ini lebih bersifat kualitatif. Tekniknya dilakukan melalui penjabaran kalimat yang diwarnai dengan aneka konteks sosiokultural. Berdasar test kalimat tersebut dapat diketahui kemampuan menempatkan sebuah kosakata dalam tuturan (kalimat) yang selaras dengan konteks sosiokulturalnya. Diharapkan dari hasil pengujian ini dapat memberikan gambaran kemampuan berbahasa Jawa pada generasi mudanya. commit to user

Pada uji kemampuan berbahasa Jawa ini memiliki keuntungan menggugah secara cermat dan berpikir tepat untuk membuat kalimat tuturan, sehingga daya kognitif dan afektif tergugah kembali (Blooms, 1956). Semua hasil tulisan yang disuguhkan merupakan kerja keras dari informan, yang melibatkan semua kemampuan yang dimilikinya, baik secara sintagmatik: penyusunan kata dalam kalimat (Sudaryanto, 1983:1) maupun kaidah sosiolinguistik (Sumarsono, 2008:325). Bilamana hasil yang dituliskan terdapat kekurangtepatan ini menandakan bahwa itulah batas kemampuan maksimalnya dalam menguasai dan menggunakan kosakata dalam bertutur, atau dengan kata lain sebagai kesalahan sejati atau kesalahan murni akibat ketidaktahuan dan ketidakpahaman terhadap penguasaan dan pemahaman terhadap bahasa ibunya.

4. Pengujian Kosakata Dasar pada Generasi Muda di Kota Semarang