• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

2) Teknik Scaffolding

siswa dapat dilakukan dengan memberikan tugas-tugas dengan tingkat kesulitan yang beragam sehingga dapat diketahui tugas-tugas mana yang dapat diselesaikan siswa seorang diri dan tugas yang dapat diselesaikan siswa dengan bantuan dari guru maupun temannya. Konsep mengenai ZPD inilah yang kemudian mengarahkan pada istilahscaffolding.

2) TeknikScaffolding

Scaffolding dipercaya mampu membantu anak dalam mencapai ZPD. Teori scaffolding pertama kali diperkenalkan oleh Jerome Bruner, seorang psikolog kognitif pada akhir tahun 1950-an. Istilahscaffoldingsendiri pertama kali digunakan oleh Wood, dkk pada tahun 1976 yang mengartikannya sebagai dukungan pembelajar kepada peserta didik untuk membantunya menyelesaikan proses belajar yang tidak dapat diselesaikannya sendiri.33

Istilahscaffoldingberasal dari istilah dalam ilmu teknik sipil yaitu berupa bangunan kerangka sementara atau penyangga yang memudahkan pekerja membangun gedung.34 Kerangka sementara, artinya tidak digunakan terus menerus. Scaffolding digunakan pada masa-masa awal pembangunan, kemudian saat konstruksi bangunan sudah jadi scaffolding tidak lagi diperlukan.

Scaffoldingdalam implementasinya di bidang pendidikan memiliki makna yang sejalan dengan scaffolding dalam ilmu teknik sipil. Sejumlah pakar mendefinisikan scaffolding sebagai bimbingan yang diberikan pembelajar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran dengan persoalan-persoalan terfokus dan interaksi yang positif.35 Ketika siswa menemui kesulitan untuk beranjak dari level kognitif yang dimilikinya saat ini, ia memerlukan bantuan (scaffolding) dari guru atau teman yang lebih terampil. Ketika ia sudah mampu membangun struktur pengetahuan yang lebih tinggi tersebut, maka ia sudah tidak lagi memerlukanscaffolding.Scaffoldingdiperlukan lagi ketika ia

33

Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2011), h. 166.

34

Ibid, h. 165. 35

kembali menemui kesulitan untuk mencapai level kognitif yang lebih tinggi lagi.

Scaffolding dianalogikan sebagai jembatan yang dapat mengantarkan dan membantu siswa untuk membangun kemampuan kognitif baru berdasarkan pengetahuan terdahulu yang telah dimilikinya. Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit, dan realistik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu.36 Jadi, guru perlu hadir untuk memberikan bantuan dan dukungan bagi siswa, terutama di masa-masa awal proses belajarnya sehingga ia dapat mencapai level kognitif yang lebih tinggi. Bantuan yang diberikan hanya berupa arahan atau media dalam menyelesaikan tugas namun tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas tetap berada pada siswa. Seiring dengan kemampuan siswa yang semakin meningkat, tingkat bantuan yang diberikan semakin dikurangi hingga siswa akhirnya mencapai kemandirian dalam belajar.

Bentuk scaffolding yang dapat diberikan guru dalam pembelajaran beragam. Contoh-contoh aktivitas scaffolding dapat berupa apersepsi dan kontekstualisasi bahan ajar, memberikan pemandu grafis, memberikan isyarat atau petunjuk, memberikan contoh atau teladan, memberikan pertanyaan yang mengaktifkan pengetahuan siswa, panduan awal dalam menyelesaikan tugas, rangkuman, maupun memberikan refleksi di akhir pembelajaran.37

Diantara berbagai bentuk scaffolding yang dapat diberikan, dialog merupakan sebuah alat scaffolding yang penting dalam zona perkembangan proksimal. Menurut pandangan Vygotsky, anak-anak memiliki konsep-konsep yang kaya, tetapi tidak sistematis, tidak terorganisasi, dan spontan. Dalam sebuah dialog, konsep tersebut bertemu dengan konsep pembimbing yang lebih sistematis, logis, dan rasional. Hasilnya konsep anak menjadi lebih

36

Trianto,loc.cit. 37

25

sistematis, logis, dan rasional.38 Dialog yang dapat dilakukan seringkali berbentuk pertanyaan yang mengarahkan, diantaranya39:

Tabel 2.1

Tujuan dan PertanyaanScaffolding

Tujuan Pertanyaan

Memfokuskan Apakah yang diminta dari pertanyaan itu? Apakah yang harus kita cari? Informasi apa saja yang diberikan? Mengundang

partisipasi

Adakah yang mau menjawab pertanyaan ini? Siapa yang bisa meyebutkan …? Bisakah kamu menjelaskan jawaban ini di depan kelas?

Mengingatkan Adakah yang pernah menemukan masalah seperti ini? Adakah kemiripan antara masalah ini dengan …? Mengklarifikasi Apakah yang sedang kamu kerjakan? Mengapa kamu

berpikir demikian?

Mengevaluasi Apakah kamu yakin bahwa jawaban ini benar? Apakah ada jawaban lain?

Hogan dan Pressley menyatakan ada lima macam teknikscaffolding yang dapat diterapkan, yaitu40:

a) Memberikan teladan sesuai dengan perilaku yang diinginkan (modeling of desired behaviors) yaitu, guru mencontohkan perilaku ataupun cara berpikir yang diharapkan sesuai dengan situasi yang diberikan.

b) Memberikan penjelasan yang memadai dan relevan (offering explanation), yaitu memberikan penjelasan secara eksplisit mengenai apa yang dipelajari termasuk mengapa, kapan dan bagaimana ilmu itu digunakan.

c) Mengundang partisipasi siswa (inviting student participation) yaitu, siswa diberikan kesempatan untuk terlibat dalam proses belajar yang sedang

38

John Santrock,Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 64. 39

Paul Lau Ngee Kiong dan Hwa Tee Yong, Scaffolding as a Teaching Strategy To Enhance Mathematics Learning in The Classroom, 2001, h. 10-11, dari www.ipbl.edu.my pada 12 September 2014 pukul 11.52.

40

berlangsung. Setelah guru memberikan ilustrasi dari ide dan langkah yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, siswa berpartisipasi dengan melanjutkan langkah penyelesaian sesuai dengan apa yang mereka ketahui.

d) Melakukan verifikasi dan klarifikasi terhadap pemahaman siswa (verifying and clarifying student understanding) yaitu, guru memberikan umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa, dengan melakukan verifikasi jika pemahaman siswa benar dan dapat diterima, jika tidak maka guru mengklarifikasi pemahaman siswa.

e) Mengundang para siswa untuk memberikan petunjuk kunci (inviting students to contribute clues) yaitu, mengajak siswa untuk berpartisipasi dengan mengungkapkan gagasan, petunjuk dan pendapatnya dalam menyelesaikan tugas.

c. Tahapan Strategi Pembelajaran REACT Dengan Teknik Scaffolding

Terhadap Kemampuan Koneksi Matematik

Strategi pembelajaran REACT dan teknik scaffolding diduga mampu menciptakan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa. Karena itu, pada penelitian ini peneliti mengkombinasikan keduanya dengan memasukkan berbagai jenis scaffolding yang sesuai ke dalam langkah-langkah pembelajaran dengan strategi REACT untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa secara lebih optimal. Pembelajaran matematika yang menerapkan strategi REACT dengan teknik scaffolding merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan belajar seperti mengaitkan, mengalami, menerapkan, bekerja sama dan mentransfer pengetahuan disertai dengan bimbingan yang terstruktur (scaffolding) dari orang yang lebih terampil, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa. Tahapan pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

27

Tabel 2.2

Tahapan Strategi Pembelajaran REACT dengan Teknik Scaffolding

Terhadap Kemampuan Koneksi Matematik Kegiatan Pembelajaran Komponen

REACT

Kemampuan Koneksi - Guru memulai pelajaran dengan menggali

pengetahuan prasyarat siswa dan memberikan ilustrasi dan pertanyaan yang dekat dengan kehidupan siswa yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari agar siswa melihat kaitannya dengan kehidupan ataupun dengan pengetahuan yang telah ia miliki. Siswa berpartisipasi dengan menjawab pertanyaan sesuai dengan pemahamannya (inviting student participation)

- Siswa dibentuk ke dalam kelompok yang beranggotakan 4 siswa dan diberikan LKS. - Guru mencontohkan langkah-langkah yang

perlu dilakukan siswa dalam menyelesaikan LKS (modeling of desired behaviors).

- Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk mengerjakan LKS sehingga siswa dapat membangun pengetahuan sendiri. - Guru mengontrol jalannya diskusi

kelompok serta menawarkan bantuan melalui pertanyaan arahan atau penjelasan jika diperlukan (offering explanation). - Guru memberikan latihan yang realistik

dan relevan untuk mengukur pemahaman siswa. Relating Cooperating Experiencing Applying - Antar topik matematik - Mata pelajaran lain - Kehidupan sehari-hari - Antar topik matematik - Mata pelajaran lain - Kehidupan sehari-hari - Kehidupan sehari-hari - Antar topik

Kegiatan Pembelajaran Komponen REACT

Kemampuan Koneksi - Siswa diberikan kesempatan untuk

mempresentasikan hasil diskusinya. Siswa lain menanggapi dan turut menyampaikan gagasannya (inviting student participation) - Guru memberikan umpan balik dengan

memverifikasi pemahaman siswa yang sudah tepat dan mengklarifikasi pemahaman yang kurang tepat (verifying and clarifying student understanding) - Guru memberikan masalah yang berbeda

dari segi konteks maupun kombinasi konsep dari masalah yang biasa diberikan. Masalah tersebut dapat berupa aplikasi konsep dalam disiplin ilmu lain maupun masalah matematika dengan kompleksitas yang lebih tinggi.

- Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dan melakukan refleksi atas apa yang telah dipelajari. Siswa diajak untuk menyatakan gagasan dan hal-hal yang telah ia pahami (inviting student to contribute clues). Transferring matematik - Antar topik matematik - Mata pelajaran lain - Kehidupan sehari-hari

Pembelajaran menggunakan strategi REACT dengan teknik Scaffolding memiliki beberapa kelebihan, di antaranya :

1) Siswa difasilitasi untuk membangun pengetahuan secara mandiri disertai bimbingan dari guru sehingga dapat memperdalam pemahaman siswa terhadap materi.

29

2) Siswa difasilitasi untuk melihat dan menggunakan hubungan yang ada antara materi yang dipelajarinya dengan materi yang telah ia pelajari sebelumnya dan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat melihat matematika secara menyeluruh dan motivasi belajar siswa meningkat.

3) Siswa dibimbing melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan sehingga dapat melatih kemampuan siswa dalam berpikir kritis, logis dan rasional. 4) Siswa dibiasakan untuk bekerja sama dalam kelompok belajar sehingga siswa

dapat terlatih untuk memiliki rasa tanggung jawab dan menghargai orang lain.

Dokumen terkait