• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN HUKUM KEPAILITAN TERHADAP

B. Tentang Penjamin

Pengertian penjamin atau penanggung dalam Pasal 1820 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa:

“Penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya.”49

Sesuai dengan tujuannya, barang jaminan bukan untuk dimiliki oleh kreditur, karena perjanjian utang piutang bukan perjanjian jual beli yang mengakibatkan perpindahan hak milik atas sesuatu barang. Barang jaminan dipergunakan untuk melunasi utang, dengan cara sebagaimana peraturan yang

Penjamin berasal dari kata “jamin” yang berarti “tanggung”. Kata “jaminan” dalam peraturan perundang-undangan dapat dilihat dalam Pasal 1131 KUH Perdata dan penjelasan Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Akan tetapi dalam kedua peraturan tersebut tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan jaminan. Meskipun demikian dari kedua ketentuan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa jaminan erat hubungannya dengan masalah utang. Biasanya dalam perjanjian pinjam meminjam uang, pihak kreditur meminta kepada debitur agar menyediakan jaminan berupa sejumlah harta kekayaannya atau perorangan yang merupakan pihak ketiga yang disepakati dalam perjanjian untuk kepentingan pelunasan utang, apabila setelah jangka waktu yang diperjanjikan ternyata debitur tidak melunasi.

49

berlaku, yaitu barang jaminan dijual dengan cara dilelang. Hasilnya untuk melunasi utang dan apabila masih ada sisanya dikembalikan kepada debitur.

Barang jaminan juga tidak selalu milik debitur, Undang-Undang memperbolehkan barang milik pihak ketiga asalkan pihak yang bersangkutan merelakan barangnya dipergunakan sebagai jaminan utang debitur.

Dari penjelasan diatas, dapat diberikan pengertian bahwa jaminan adalah suatu perikatan antara kreditur dengan debitur, dimana debitur memperjanjikan sejumlah hartanya untuk pelunasan utang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, apabila dalam waktu yang ditentukan terjadi kemacetan pembayaran utang si debitur.50

50

Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, Suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta: Djambatan, 1995), hal. 56.

Yang menjadi fungsi utama jaminan adalah untuk meyakinkan bank atau kreditur bahwa debitur mempunyai kemampuan untuk melunasi kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati bersama.

Setiap ada perjanjian jaminan pasti ada perjanjian yang mendahuluinya, yaitu perjanjian utang piutang yang disebut perjanjian pokok karena tidak mungkin ada perjanjian jaminan tanpa ada perjanjian pokoknya. Hal ini disebabkan karena tidak mungkin ada perjanjian jaminan yang dapat berdiri sendiri, melainkan selalu mengikuti perjanjian pokoknya. Apabila perjanjian pokoknya telah selesai, maka perjanjian jaminannya juga selesai. Sifat perjanjian seperti ini disebut dengan accessoir.

Kedudukan perjanjian jaminan sebagai perjanjian yang bersifat accessoir (tambahan) mempunyai ciri-ciri:

1. Lahir dan hapusnya tergantung kepada perjanjian pokok; 2. Ikut batal dengan batalnya perjanjian pokok;

3. Ikut beralih dengan berlihnya perjanjian pokok.51

Karena lembaga jaminan mempunyai tugas melancarkan dan mengamankan kredit, jaminan yang ideal (baik) itu adalah:

1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit oleh pihak yang memerlukannya;

2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si penerima kredit untuk melakukan (meneruskan) usahanya;

3. Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa yaitu bila perlu mudah diuangkan untuk melunasi utangnya si debitur.52

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1131 KUH Perdata dan Pasal 1132 KUH Perdata, dapat diketahui pembedaan (lembaga hak) jaminan berdasarkan sifatnya, yaitu:

1. Hak jaminan yang bersifat umum

Yaitu jaminan yang bersifat umum ditujukan kepada seluruh kreditur dan mengenai segala kebendaan debitur. Hak jaminan yang bersifat umum ini dilahirkan atau timbul karena undang-undang, sehingga hak jaminan yang bersifat umum tidak perlu diperjanjikan sebelumnya.

51

Edy Putra Tje ‘Aman, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, (Yogyakarta: Liberti, 1985), hal. 41.

52

Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 70.

2. Hak jaminan bersifat khusus

Hak jaminan khusus ini timbul karena diperjanjikan secara khusus antara debitur dengan kreditur.

Hak jaminan khusus dapat dibedakan menjadi:

a. Hak jaminan yang bersifat kebendaan (zakelijke zekerheidsrechten), yaitu adanya suatu kebendaan tertentu yang dibebani dengan utang. Diatur dalam Pasal 1150 KUHPerdata, Pasal 1162 KUHPerdata, Pasal 314 KUHD, UU No. 4 Tahun 1996, UU No. 42 Tahun 1999. Jaminan ini dapat berupa gadai, hipotek, hak tanggungan, jaminan fidusia.

b. Hak jaminan yang bersifat perseorangan (persoonlijke zekerheidsrechten), yaitu adanya seseorang yang bersedia menjamin pelunasan utang tertentu bila debitur wanprestasi. Diatur dalam Pasal 1820 KUH Perdata, Pasal 1278 KUH Perdata, Pasal 1316 KUH Perdata.53

KUH Perdata menggunakan istilah pertanggungan, namun selain dari istilah tersebut terdapat istilah lain yang sama artinya dengan penanggungan yang digunakan oleh beberapa sarjana yaitu penanggungan utang dan risiko penanggungan. Selain itu penanggungan dalam bahasa Belanda disebut “borgtocht” dan dalam bahasa Inggris disebut “guaranty”. Dan orang yang melakukan penanggungan itu disebut penanggung, penjamin, borg, atau guarantor.54

53

Rachmadi Usman, Op.Cit., hal.76. 54

J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Pribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 5.

Adapun penanggung ini adalah bersifat accesoir, yang berarti bahwa perjanjian penanggungan ini dapat terjadi atau terbentuk karena adanya perjanjian pendahuluan atau perjanjian pokok. Perjanjian pokok ini dapat diartikan dengan adanya perjanjian penanggungan yang akan lahir kemudian.

Dalam hal ini jelas bahwa harus tetap ada perjanjian pendahuluan atau perjanjian pokok yang menjadi landasan atau dasar terbetuknya perjanjian penanggungan ini. Karena bila tidak maka perjanjian penanggungan ini akan menjadi sebuah perjanjian yang tanpa sebab dan akibatnya dapat batal. Kemudian dapat kita lihat adanya kemungkinan yang berarti diperbolehkannya diadakan suatu perjanjian penanggungan atau perjanjian penjaminan terhadap suatu perjanjian pokok yang dapat dimintakan pembatalannya, misalnya suatu perjanjian pokok yang diadakan oleh seorang yang menurut hukum tidak cakap. Dalam hal ini jelas apabila perjanjian pokok batal maka secara otomatis perjanjian penjaminan itu juga dapat ikut batal.

Namun seorang penjamin/penanggung tidak dapat mengikatkan untuk syarat yang lebih berat daripada perjanjian pokok, artinya perjanjian penanggungan ini hanya dapat dibentuk dan sebagai suatu keseluruhan syarat dalam perjanjian pokok. Namun tidak boleh melebihi dari perjanjian pokok, seperti yang disebutkan bahwa tidak mungkin ada borgtocht untuk kewajiban perikatan yang isinya lain daripada menyerahkan sejumlah uang atau melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Orang hanya menjamin perikatan sekunder yang muncul dari perikatan bersangkutan.55

55 Ibid.

Hal ini tidak akan mengakibatkan batal secara langsung terhadap perjanjian penjaminan atau perjanjian pertanggungan itu, melainkan perjanjian pertanggungan itu hanya sah sebatas apa yang diliputi atas syarat dari perjanjian pokok, selain itu tidak sah. Hal ini logis bila kita dilihat dari sifat perjanjian penanggung itu sendiri, juga didukung oleh dasar bahwa suatu perikatan dalam suatu perjanjian yang sifatnya tunduk kepada suatu perjanjian pokok, tidak bisa melebihi perikatan-perikatan yang diterbitkan oleh perjanjian pokok itu.

Sesuai dengan sifat accesoir dari perjanjian penanggungan/penjaminan ini, maka jaminan ini turut beralih apabila pokoknya beralih. Masalah peralihan ini baru berarti apabila disertai dengan diberikan kepada orang lain yang juga mengalihkan perjanjian pokoknya. Dalam hal ini hak kreditur tidak mengalami perubahan yang berarti sepanjang tidak ditentukan lain.

Dalam rumusan yang diberikan oleh Pasal 1820 KUH Perdata mengenai borgtocht/ personal guarantee mengandung empat unsur, yaitu:

1. Ciri sukarela

Seorang pihak ketiga yang sama sekali tidak mempunyai urusan dan kepentingan apa-apa dalam suatu persetujuan yang dibuat antara debitur dan kreditur, dengan sukarela membuat “pernyataan mengikatkan diri” akan menyanggupi pelaksanaan perjanjian, apabila nanti si debitur tidak melaksanakan pemenuhan kewajiban terhadap kreditur.

2. Ciri subsidair

Yakni dengan adanya pernyataan mengikatkan diri memenuhi perjanjian dari borg/ penjamin, seolah-olah konstruksi perjanjian dalam hal ini menjadi

dua, tanpa saling bertindih. Yang pertama ialah perjanjian pokok itu sendiri antara kreditur dan debitur. Perjanjian yang kedua, yang kita anggap perjanjian subsidair ialah perjanjian jaminan/ borg tersebut antara si penjamin dengan pihak kreditur.

3. Ciri accesoir

Sebenarnya dengan memperhatikan ciri subsidair diatas, sudah jelas terlihat accesoir yang melekat atau menempel pada perjanjian pokok yang dibuat oleh debitur dan kreditur. Apabila debitur sendiri telah melaksanakan kewajibannya kepada debitur, hapuslah kewajiban penjamin.

4. Borgtocht/ penjamin secara resmi hapus apabila perjanjian pokok telah hapus.56

1. Lahirnya Penjaminan/Penanggungan

Lahirnya suatu penjaminan dapat juga dikatakan sebagai terbentuknya atau telah dilakukan atas dibuatnya suatu penjaminan baik oleh perseorangan (personal guarantee) maupun suatu badan usaha (corporate guarantee). Seperti yang telah disebutkan lahirnya penanggungan ini harus diikuti dengan perjanjian pokok terlebih dahulu, baik itu perjanjian kredi bank maupun perjanjian lainnya.

Sesuai dengan sifat dari perjanjian penanggungan itu sendiri yang senantiasa diikuti dan didahului oleh perjanjian pokok. Jadi jelas bahwa perjanjian penanggungan timbul sebagai adanya akibat perjanjian pokok yang menyebutkan secara khusus adanya penanggungan tersebut karena dalam banyak hal bukan tidak mungkin seorang kreditur baru mau mengadakan perjanjian kredit apabila

56

pihak lawan itu dapat mengajukan pertanggungan atau borg yang akan menanggung pemenuhan utang apabila debitur wanprestasi.

Perjanjian penanggungan ini tidak harus dibuat pada saat yang sama dengan perjanjian pokok untuk diberikan penanggungan. Dan tidak tertutup kemungkinan bahwa penanggungan baru diberikan lama sesudah perjanjian pokok ada. Bisa saja merupakan perjanjian yang ditambahkan kemudian. Akan tetapi dalam praktek sering ditemui perjanjian penanggungan ini lebih dulu ada daripada perjanjian pokok. Yang demikian sering diisyaratkan oleh krediturnya, sebab khawatir akan timbul sengketa atau wanprestasi yang mana setelah perjanjian kredit ditandatangani dan debitur utama telah menerima fasilitas pinjaman/ pembiayaan kredit, penjamin ingkar janji untuk memberikan penanggungannya. Dalam hal perjanjian penjamin itu lahir lebih dahulu daripada perjanjian penjamin, maka perjanjian itu telah lahir, maka sesuai dengan sifat accesoirnya perjanjian ini belum mempunyai daya kerja. Dengan begitu perjanjian pokoknya lahir, maka perjanjian penjamin ini langsung berlaku.

Walaupun secara teoritis perjanjian penjamin merupakan perjanjian yang berlaku, berakhir dan berpindahnya bergantung kepada perjanjian pokok, sehingga menimbulkan kesan mempunyai kedudukan yang kurang penting, namun dalam praktek penjaminan ini justru mempunyai kedudukan yang penting dan mempunyai peranan yang sangat besar. Bahkan sering sekali perjanjian pokok baru disetujui apabila jaminannya cukup.

Secara umum perjanjian penjaminan/ penanggungan ini dapat timbul dari hal-hal sebagai berikut:

1. Penjaminan yang lahir dari undang-undang

Penjamin yang lahir dari undang-undang ini maksudnya adalah penjamin yang timbulnya berdasarkan penetapan undang-undang, karena dalam beberapa hal undang-undang mewajibkan adanya seorang penjamin untuk memenuhi kewajiban-kewajiban tertentu. Misalnya pewarisan.

2. Penjaminan yang lahir dari perjanjian

Pada umumnya perjanjian ini lahir sebagai akibat adanya perjanjian pokok yang menyebutkan secara khusus adanya suatu penanggungan. Hal ini dapat terjadi karena kreditur kadangkala baru mau mengadakan suatu hubungan perhutangan jika pihak lawan ini dapat mengajukan penjamin. Penjamin ini dapat ditunjuk oleh kreditur ataupun debitur.

3. Penjaminan yang lahir secara sukarela

Dalam penjaminan ini, orang yang menjamin bisa disebut sebagai borg sukarela atau biasanya juga hanya dikatakan sebagai borg. Ini gunanya untuk membedakan dari borg wajib. Borg sukarela ini juga dapat diartikan sebagai orang yang dengan sukarela atau asas keinginannya sendiri untuk menjadi penjamin/penanggung (borg). Dalam hal ini berati buka n atas penetapan hakim atau telh ditetapkan oleh undang-undang.

4. Penjaminan yang lahir karena adanya penetapan hakim.

Penjaminan ini timbul karena adanya putusan hakim atau ketetapan hakim (beschiking) yang memutuskan adanya penjamin yang menjamin dipenuhinya perutangan. Dalam hal ini menetapkan debitur diwajibkan

memberi borg, maka borg yang diajukan tersebut haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Harus mempunyai kecakapan bertindak untuk menguatkan diri;

2. Cukup mampu (kemampuan ekonomi) untuk dapat memenuhi peraturan yang bersangkutan. Kemampuan ini harus ditinjau secara khusus menurut keadaannya dimana hakim bebas untuk menentukan penilaian. 3. Harus berada di wilayah RI.

Dalam melakukan penjaminan, undang-undang tidak menentukan bentuk perjanjian penjaminan/penanggungan tertentu. Berarti perjanjian penjaminan ini sesuai dengan asas umum yaitu bentuknya bebas, tidak harus dituangkan dalam bentuk tertulis ataupun lisan. Akan tetapi demi kepentingan pembuktian sebaiknya dilakukan secara tertulis. Dan sehubungan dengan itu berati perjanjian penjamin juga dapat dibuat dalam bentuk akta dibawah tangan namun dalam hal ini kita harus memperhatikan Pasal 1818 KUH Perdata yang menyatakan bahwa parikatan-perikatan utang sepihak dibawah tangan yang berisi kewajiban.

Untuk membayar sejumlah uang secara tunai atau menyerahkan barang- barang tertentu yang dapat dinilai dengan uang, harus seluruhnya ditulis dengan tangan oleh orang yang menandatanganinya atau paling tidak dibawahnya, kecuali tanda tangannya, juga dituliskan oleh si penandatangan, suatu pernyataan setuju dengan kata-kata secara penuh memuat jumlah atau besarnya atau banyaknya

barang terutang. Adanya ketentuan keras seperti ini adalah bertujuan melindungi karena kecerobohan sendiri.57

2. Bentuk–bentuk khusus penjaminan/penangggungan

Undang-undang dalam prakteknya mengenal beberapa macam bentuk khusus dari penjaminan/penanggungan yang terdiri dari:

a. Penjaminan belakang yaitu sipenjamin menjanjikan kepada kreditur dari kewajiban-kewajiban penjamin atau penjamin utama. Jadi penjamin belakangan ini tidak menjaminkan diri terhadap debitur utama, karena penjamin belakangan ini merupakan suatu yang lain daripada penjaminan bersama.

b. Penjaminan bersama ini dapat terjadi bila 2 (dua) orang atau lebih menjaminkan diri secara bersamaan untuk utang yang sama. Penjamin bersama ini bertanggung jawab atas bagian yang sama kecuali jika penjaminan dari seorang atau lebih diantara mereka mempunyai sifat subsidair sedemikian rupa, sehingga mereka menjadi bagian dari debitur utama hanya apabila penjamin utama atau pertama ternyata tidak mampu membayar utangnya ( in sulken).

c. Penjaminan yang mempunyai hak regres yaitu seseorang yang menyediakan diri untuk menjadi borg bagi debitur terhadap penjaminan yang sudah ada yang hanya mempunyai hak regres. Dalam hal ini hak regresnya adalah hak regres borg terhadap debitur utama. Secara lebih jelas juga dapat dikatakan

57

bahwa penjaminan jenis ini adalah penjaminan yang krediturnya hanya mendapatkan pelunasan dari debitur utama.

d. Penjaminan tidak terbatas atau tertentu yaitu penjaminan yang tidak meliputi banyak penjamin pokok tetapi juga meliputi segala akibat utangnya, bahkan terhitung biaya-biaya gugatan, biaya peringatan dan biaya lainnya. Apabila sampai ke pengadilan, meliputi segala akibat utang disini bukan berarti meliputi utang yang akan muncul kemudian, tetapi yang didasarkan pada perikatan pokok tertentu saja yang sudah ada pada saat penjaminan diberikan yang telah disebutkan secara tegas dalam perjanjian penjaminan, seperti yang diatur dalam Pasal 1825 KUH Perdata.

e. Penjaminan bangunan (bowborgtocht) lebih banyak ditemui pada zaman dahulu daripada sekarang, terdapat pada pemborong pekerja bangunan. Yaitu penjamin mengikat diri untuk mengurus dan menanggung/menjamin prestasi yang masih terutang oleh pemborong dalam hal pemborong yang lalai, sehingga si borg wajib untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum rampung atau dengan kata lain ada seseorang yang mengikatkan diri sehingga borg terhadap pemberi proyek untuk pelaksanaan bangunan.58

Bentuk khusus penjaminan selain yang disebutkan diatas, dalam praktek baik didalam maupun diluar negeri dapat dijumpai jenis lainnya yang terdiri dari: a. Penjaminan kredit (crediet borgtocht) ini terjadi bila seseorang atau borg

yang mengikatkan dirinya untuk menjamin semua utang debitur utama yang

58

F. N Follmar, Pengantar Studi Hukum Perdata Jilid II, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 99.

muncul sehubungan kredit antara bank sebagai kreditur dengan pribadi sebagai debitur utama. Berarti tidak tertutup kemungkinan bagi pribadi untuk menjadi kreditur bukan hanya bank sebagai kreditur dalam penjaminan kredit. Dalam hal ini sumber utangnya disebut kredit. Jika demikian sejak awal bisa diketahui oleh karenanya bisa diperrhitungkan pokok utangnya, namun besar jaminannya dikemudian hari tidak dapat diduga terlebih dahulu, dapat meliputi utang, bunga, provisi, denda, biaya dan lain-lain yang akan muncul dikemudian hari atas kredit tersebut. Oleh karena itu pada penjaminan kredit ini borg tidak bisa memperkirakan di awal, berapa jaminan akhir yang menjadi tanggungan. Maka bukan tidak mungkin bila borg menentukan batas maksimum yang akan menjadi tanggungannya.

b. Penjaminan bank (bank borgtocht) ini terjadi bila seorang borg yang menjamin semua dan atas dasar apa saja, yang pada saat itu atau dikemudian hari akan terutang oleh debitur utama kepada kreditur. Kreditur dalam hal ini merupakan bank. Dalam penjaminan bank ini sumber utang tidak disebut, terbukti dengan kalimat apa saja dan atas dasar apa saja dan pada saat itu merupakan kemudian hari, tetapi biasanya meliputi kredit yang baru diberikan di kemudian hari dan semua yang atas kredit terutang oleh debitur utama. Adapun perbedaannya dengan penjamin kredit adalah dalam penjaminan kredit, bank serikat untuk memberikan kredit, sedangkan dalam penjaminan bank, bank bebas untuk memberikan kredit atau tidak nantinya.

c. Penjaminan saldo (saldo borgtocht), penjamin dalam hal ini menanggung saldo yang akan dapat ditagih oleh kreditur pada saat penutupan rekening. d. Penjaminan atau jaminan oleh lembaga pemerintah (staatsborgtocht atau

staatsgaransi) ini sudah lazim terdapat diluar negeri seperti di Belanda, dimana pemberian kredit dengan jaminan pemerintah ini diberikan oleh gemeenten yaitu pemerintah Tingkat II yang berbentuk Kota Madya. Dalam hal ini akta penjaminan ditandatangani oleh walikota. Dengan demikian walikota bertindak selaku penjamin untuk memenuh prestasi debitur, manakala debitur wanprestasi.59

3. Berakhirnya perjanjian penjamin/personal gurantee

Hal-hal yang menyebabkan berakhirnya suatu personal guarantee adalah sebagai berikut:

a. Hapusnya atau berakhirnya perjanjian pokok

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa personal guarantee itu adalah perjanjian accesoir yaitu perjanjian yang mengikuti perjanjian pokoknya. Jika perjanjian pokok itu batal atau berakhir maka dengan sendirinya menurut hukum perjanjian penjamin/personal guarantee itupun berakhir. Perjanjian pokok itu dapat berakhir disebabkan beberapa hal, yaitu: 1. Perjanjian pokok telah dilunasi oleh debitur;

2. Perjanjian pokok dinyatakan batal (nietig verklaard) atas alasan si debitur tidak berwenang melakukan perjanjian. Ini sesuai dengan

59

Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia, Pokok Hukum Jaminan

ketentuan Pasal 1821 KUH Perdata yang menyebutkan tiada suatu perjanjian penanggungan jika tidak ada suatu perikatan yang sah,

3. Adanya homologasi accord antara kreditur dan debitur apabila debitur dinyatakan pailit. Dengan adanya persetujuan resmi (homologasi accord) dalam pembayaran utang dalam kepailitan, berarti terjadi pengakhiran perjanjian pokok dan dengan sendirinya menghapuskan penjaminan yang diberikan oleh penjamin.60

b. Perjanjian penjaminan dapat juga hapus sekalipun perjanjian pokok masih tetap ada, yaitu:

1. Karena kreditur sendiri yang menghapuskan kewajiban penjamin, kreditur dengan sukarela membebaskan penjamin dari beban sebagai penjamin.

2. Jika terjadi suatu keadaan yang mengakibatkan bersatunya kedudukan penjamin dan debitur dalam satu pribadi yang sama. Hal ini terjadi karena adanya percampuran utang pada diri seseorang (schuld vermeging).

Misalnya: A menjamin utang orang tuanya terhadap kreditur. Kemudian orang tua dari si A meninggal dunia, maka A sebagai ahli waris dengan sendirinya menggantikan kedudukan orang tuannya, yang mengakibatkan bersatunya kedudukan debitur dan penjamin pada diri si A. tetapi pencampuran ini tidak dengan sendirinya menghapuskan

.60 Gunawan Widjaja, Seri Hukum Perikatan, Penanggungan Utang dan Perikatan

penjamin yang lain (dalam hal lebih dari seorang penjamin) dan penjamin subsidair.

3. Perjanjian penjamin/personal guarantee ini berakhir jika telah membayar kepada kreditur sekalipun benda yang dibayarkan itu bukan milik debitur dan disita kembali oleh pihak ketiga (Pasal 1849 KUH Perdata).

4. Penjamin dapat menuntut supaya debitur melaksanakan pembayaran utang dan menuntut pembebasan penjamin dari perjanjian personal guarantee. Penuntutan ini diajukan oleh penjamin jika kreditur memberikan izin kepada debitur untuk mengundurkan pembayaran utang (Pasal 1850 KUH Perdata). Pemberian izin oleh kreditur kepada debitur untuk pembayaran utang tidak berarti bahwa perjanjian personal guarantee itu hapus sama sekali. Kreditur hanya memberikan hak kepada si penjamin untuk menuntut pembebasan diri dari perjanjian personal guarantee atau untuk menuntut debitur melaksanakan pemenuhan prestasi.

C. Ketentuan Hukum yang Mengatur Tentang Kepailitan dan Penjamin

Dokumen terkait