• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIK JUAL BELI KAPAL DAN PERALIHAN HAK

C. Tinjauan Umum Kapal

7. Teori Registration of Deeds

Registration of deeds dilakukan dalam bentuk pendaftaran aktanya, yang berisikan perbuatan hukum yang menerbitkan hak atas tanah atau pembebanannya. Setiap kali terjadi perubahan, yang merupakan bukti satu-satunya dari terjadinya perubahan tersebut. Cacat dalam salah satu proses peralihan atau pembebanan, akan mengakibatkan akta-akta yang dibuat setelah menjadi tidak berkekuatan hukum sama sekali. Oleh karena itu,

dalam hal ini yang terjadi adalah positif63.

Dalam sistem Pendaftaran Akta yang didaftarkan adalah akta-akta yang bersangkutan dan disini Pejabat Pendaftaran Tanah bersifat pasif dimana dalam hal ini Pejabat Pendaftar Tanah tidak melakukan pengujian kebenaran data yang disebut dalam akta yang didaftar. Cara pengumpulan dan penyajian data juga melalui akta-akta tersebut. Dan

63 Saut Samosir, http://uthsamosir-law.blogspot.com/2012/06/prosedur-atau-tata-cara-pendaftaran-hak.html, 2012, (Diakses pada tanggal 04 Oktober 2019).

sebagai tanda bukti haknya adalah berupa Salinan Akta yang sudah dibubuhi catatan pendaftaran dan surat ukur. Pada setiap kali terjadi perubahan hak wajib dibuatkan akta oleh Notaris sebagai buktinya, maka dalam sistem ini data yuridis yang diperlukan harus dicari dalam akta-akta tersebut. Catat hukum pada suatu akta bisa mengakibatkan tidak sahnya perbuatan hukum yang dibuktikan dengan akta yang dibuat kemudian dan untuk memperoleh data yuridis harus dilakukan apa yang disebut dengan “Tittle Search” yang dapat memakan waktu dan biaya karena diperlukan bantuan para ahli, dan hal inilah yang merupakan kelemahan dari sistem ini64.

Sistem ini dipergunakan di zaman pemerintahan Hindia Belanda menurut Staatsblad 1834 No. 27 tentang Ordonansi Baliknama (Overschrijvings Ordonnantie), yang acaranya adalah akta-akta yang akan didaftarkan oleh Pejabat Baliknama atau disebut Overschrijvings Ambtenaar didaftarkan pada hari yang sama di kantornya dalam suatu Register Akta dan kepada pihak pembeli selaku pemegang hak yang baru atau pada Kreditur pemegang Hak Tanggungan akan dibuatkan Grosse Akta yang fungsinya adalah sebagai tanda bukti hak.

64 Haerul Rijal, “Sistem Pendaftaran Tanah yang Diterapkan di Indonesia”, Makalah Ilmiah, (Malang, Universitas Muhamadiyah Malang, 2016).

BAB III

KARAKTERISTIK AKTA JUAL BELI KAPAL DAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PERALIHAN HAK MILIK ATAS KAPAL

A. Gambaran Umum Jual Beli Kapal di Kota Batam

Menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batam per

2015, jumlah penduduk Batam mencapai 1.037.187 jiwa1. Batam merupakan

bagian dari kawasan khusus perdagangan bebas Batam-Bintan-Karimun

(BBK). Luas wilayah Kotamadya Batam lebih kurang 1.647,83 Km2, yang

terdiri dari lautan 1.035,30 Km dan daratan 612,53 Km, sedangkan pulau-pulau disekitarnya berjumlah 186 pulau, 80 pulau telah dihuni sedangkan selebihnya 106 buah pulau masih kosong. Pulau Batam mempunyai luas lebih kurang 415

Km2, terletak 20 Km di sebelah tenggara Singapura yang telah dikembangkan

sejak tahun 1970 berdasarkan Kepres No. 65 tahun 1970 tanggal 19 Oktober

19702. Letak Pulau Batam sangat strategis yaitu pada jalur pelayaran

International yang paling ramai di dunia dengan jarak hanya 12,5 mil laut (20 km) dari Singapura dan merupakan pintu gerbang lalu lintas wisatawan yang keluar masuk dari luar negeri melalui pelabuhan laut Sekupang, merupakan modal pemerintah Indonesia untuk memacu perkembangan daerah dari semua

aspek kehidupan khususnya di bidang ekonomi3.

1

Https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Batam, (Diakses pada tanggal 02 Oktober 2019).

2 Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, Petunjuk Batam Membangun, (Batam, 1995), hal.1.

3

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa Notaris di Kota Batam, diketahui bahwa jumlah Notaris yang berkedudukan di Kota Batam ada sekitar kurang lebih 30 (tiga puluh) orang. Akan tetapi, apabila ditinjau secara langsung, tidak semua Notaris di Kota Batam aktif membuka kantor serta memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa orang Notaris yang mengambil cuti, menjadi Kepala daerah, tidak diketahui keberadaannya, dan lain sebagainya.

Sebagai salah satu kota yang menjadi jalur pelayaran Internasional yang paling ramai, notaris di kota Batam dituntut untuk dapat memberikan pelayanan jasa terkait pembuatan akta jual beli kapal yang juga banyak dimintakan oleh para penghadap. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, saat ini terdapat 250 (dua ratus lima puluh) galangan kapal di Indonesia dan 70 (tujuh puluh) di antaranya berada di kota Batam. Secara umum, proses jual beli kapal di Kota Batam sama dengan proses jual beli kapal di kota-kota lainnya. Proses jual beli kapal second hand harus dilakukan dengan akta notaris dikarenakan akan berkaitan dengan proses balik nama kapal tersebut nantinya, sedangkan untuk kapal baru adalah kontrak pembangunan (surat perjanjian pembangunan kapal) antara perusahaan atau galangan kapal dengan pemesan atau pembeli.4.

4 Letezia Tobing, Balik Nama dalam Rangka Jual Beli Kapal, https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt53057df5441e5/balik-nama-dalam-rangka-jual-beli-kapal/, (Diakses pada tanggal 19 Oktober 2019). Lihat juga Pasal Pasal 7 ayat (3) huruf e Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM.39 Tahun 2017 tentang Pendaftaran Dan Kebangsaan Kapal.

Pasal 30 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan menyatakan bahwa pada dasarnya untuk setiap peralihan hak milik atas kapal yang telah didaftar, pemegang hak yang baru harus mengajukan permohonan pembuatan akta dan pencatatan balik nama kepada Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama Kapal di tempat kapal didaftar, paling lama 3 (tiga) bulan semenjak peralihan.

Dalam menjalankan jabatannya, Notaris harus menerapkan prinsip kehati-hatian sebagaimana yang telah diucapkannya pada sumpah jabatan, dalam Pasal 4 ayat (2) UUJN yaitu “bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur, saksama, mandiri, dan tidak berpihak”. Pengenalan penghadap dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah penghadap tersebut merupakan pihak yang cakap dan juga berwenang melakukan perbuatan hukum yang akan dituangkan ke dalam akta, serta memiliki kompetensi untuk itu.

Selain itu tujuan dari pengenalan penghadap atau para pihak adalah untuk memastikan kebenaran identitas penghadap sebagai subjek dalam akta merupakan data identitas yang valid dan untuk memastikan keabsahan dan kelengkapan dokumen-dokumen terkait objek perjanjian. Apabila salah satu aspek tersebut tidak terpenuhi atau tidak sah, maka perbuatan hukum menjadi tidak sah dan akta tersebut menjadi cacat hukum kemudian oleh karenanya tidak sah sebagai akta autentik. Sehingga dengan demikian pengenalan penghadap ini wajib dilakukan oleh Notaris.

Sebelum akta jual beli kapal dibuat, Notaris terlebih dahulu meminta copy grosse akta pendaftaran kapal tersebut. Kemudian akan dilakukan pengecekan ke Syahbandar (baik secara langsung atau melalu aplikasi SPKE) untuk mengetahui apakah grosse tersebut sesuai atau tidak dengan catatan data yang ada di Syahbandar, sekaligus mengecek copy surat ukurnya. Hal ini dikarenakan asli surat ukur tersebut berada di kapal yang harus dibawa kemana

saja ketika kapal berjalan.5

Perjanjian jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya para pihak mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan atau pun harganya

belum dibayar6. Hal tersebut juga demikian dalam proses pembuatan akta jual

beli kapal di Kota Batam, para pihak terlebih dahulu menyepakati tentang keadaan kapal dan harga dari kapal tersebut sebelum dibuat akta jual beli kapal

oleh Notaris7. Para pihak diminta terlebih dahulu untuk mengetahui dengan

pasti terkait keberadaan kapal yang akan diperjualbelikan baik secara fisik maupun yuridis.

Setelah para pihak menyepakati, maka Notaris akan merumuskan akta jual beli kapal berdasarkan keterangan atau keinginan yang disampaikan oleh para pihak dengan disertai identitas para pihak dan identitas kapal selaku benda yang diperjualbelikan sesuai format akta jual beli yang telah ditentukan dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas

5 Wawancara oleh Muhammad Taufik selaku Notaris yang berkedudukan di Kota Jakarta, pada tanggal 18 April 2019.

6

Pasal 1458 KUH Perdata.

7

Wawancara oleh Syaifudin selaku Notaris yang berkedudukan di Kota Batam, pada tanggal 07 Mei 2019.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN). Setelah akta jual beli selesai dibuat oleh Notaris, maka Notaris wajib membacakan akta tersebut sebagaimana Pasal 16 ayat (1) huruf m UUJN. Kemudian pemegang hak yang baru harus mengajukan permohonan pembuatan akta dan pencatatan balik nama kapal kepada Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama Kapal di tempat kapal didaftarkan, paling lama 3 (tiga) bulan semenjak peralihan dilakukan. Jadi, jika kapal yang menjadi objek akta jual beli tersebut awal mula didaftarkan di Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama Kapal Kota Batam, maka permohonan pembuatan akta dan pencatatan balik nama kapal diproses di Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama Kapal Kota Batam melalui aplikasi Sistem Pendaftaran Kapal Elektronik (SPKE)

yang baru diluncurkan oleh Kementerian Perhubungan 2017 lalu.8

B. Analisis Karakteristik Akta Jual Beli Kapal yang Dibuat di Hadapan

Dokumen terkait