• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam, dan termasuk didalamnya adalah hutan kota. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota, hutan kota diselenggarakan dengan tujuan untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya, kemudian hutan kota juga berfungsi untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro, nilai estetika dan meresapkan air, serta menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota, serta mendukung pelestarian keanekaragaman hayati.

Pengelolaan ruang terbuka hijau, diantaranya adalah:

a. Penyediaan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas kawasan perkotaan yang terdiri dari 20 (dua puluh) persen ruang terbuka hijau publik dan 10 (sepuluh) persen ruang terbuka hijau privat

b. Menutup areal yang gundul dengan pepohonan atau rumput-rumputan/ semak belukar

c. Melarang penebangan pohon di kawasan ini tanpa seijin instansi atau pejabat yang berwenang, serta memberikan sangsi yang cukup berat bagi para pelanggarnya

d. Melakukan penguatan dengan menggunakan tanaman keras terhadap tebing-tebing yang lebih tinggi dari 3 meter dengan kemiringan lebih besar dari 20 %

e. Pengembangan jenis tanaman semusim dan dilakukan pengawasan

yang cukup ketat agar tidak terjadi penebangan pohon secara liar atau pengembanga n kegiatan budidaya f. Ruang terbuka hijau dapat berfungsi sebagai lahan cadangan untuk pembangunan/ pengembanga n kegiatan yang mendukung keberadaan ruang terbuka hijau. Berdasarkan bentuknya ruang terbuka hijau di Kabupaten Pacitan direncanakan akan terbagi kedalam bentuk-bentuk berikut ini:

a. Bentuk Jalur, yaitu ruang terbuka hijau yang dibangun memanjang antara lain berupa jalur peneduh jalan raya, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan pantai dengan memperhatikan zona pengaman fasilitas/instalasi yang sudah ada, antara lain ruang bebas SUTT

b. Mengelompok, yaitu merupakan ruang terbuka hijau yang dibangun dalam satu kesatuan lahan yang kompak.

c. Menyebar, yaitu merupakan ruang terbuka hijau yang dibangun dalam kelompok-kelompok yang dapat berbentuk jalur dan atau kelompok yang terpisah dan merupakan satu kesatuan pengelolaan.

Ruang terbuka hijau yang terdapat di Kabupaten Pacitan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pariwisata alam, rekreasi dan atau olah raga; penelitian dan pengembangan; pendidikan; dan atau budidaya hasil hutan bukan kayu. Kemudian untuk ruang terbuka hijau yang merupakan hutan kota akan dikembangkan di Kabupaten Pacitan dikelompokan menjadi beberapa kelompok berikut ini:

1. Ruang Terbuka hijau yang terletak di Kawasan Permukiman. Tipe ruang terbuka hijau ini adalah ruang terbuka hijau yang dibangun pada areal permukiman, yang berfungsi sebagai penghasil oksigen, penyerap karbondioksida, peresap air, penahan angin, dan peredam kebisingan, berupa jenis komposisi tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan tanaman perdu dan rerumputan. Adapun jenis atau karakteristik pepohonan yang di kembangkan di kawasan ini adalah:

pohon-pohon dengan perakaran kuat, ranting tidak mudah patah, daun tidak mudah gugur.

pohon-pohon penghasil bunga/buah/biji yang bernilai ekonomis.

2. Ruang Terbuka hijau yang terletak di Kawasan Industri, yaitu ruang terbuka hijau yang dibangun di kawasan industri memiliki fungsi untuk mengurangi polusi udara dan kebisingan, yang ditimbulkan dari kegiatan industri. Adapun Karakteristik pepohonannya: pohon-pohon berdaun lebar dan rindang, berbulu dan yang mempunyai permukaan kasar/berlekuk, bertajuk tebal, tanaman yang menghasilkan bau harum.

3. Ruang Terbuka hijau yang memiliki fungsi sabagai kawasan Rekreasi untuk dengan jenis pepohonan yang indah dan unik, dan atau penghasil bunga/ buah (vector) yang digemari oleh satwa, seperti burung, kupu- kupu dan sebagainya.

4. Ruang terbuka hijau dengan tipe pengamanan, yaitu kawasan yang berfungsi untuk meningkatkan keamanan pengguna jalan pada jalur kendaraan dengan membuat jalur hijau dengan kombinasi pepohonan dan tanaman ALUN - ALUN

perdu. Adapun karakteristik pepohonannya adalah pohon-pohon yang berakar kuat dengan ranting yang tidak mudah patah, yang dilapisi dengan perdu yang liat, dilengkapi jalur pisang-pisangan dan atau tanaman merambat dari legum secara berlapis-lapis.

5. 2. 5. 2

PENGELOLAAN KAWASAN TERUMBU

KARANG

Terumbu karang adalah ekosistem khas daerah tropis dengan produktivitas dan keanekaragam

an yang tinggi. Terumbu karang tersusun atas beberapa jenis karang batu yang di dalamnya hidup beraneka ragam biota perairan. Dari segi ekologi terumbu karang berfungsi sebagai habitat dari berbagai biota yang memiliki nilai ekonomis tinggi bahkan biota yang sudah mulai dilindungi, dan dilihat dari nilai ekologisnya antara lingkungan kehidupan biota dengan lingkungan terumbu karang memiliki saling ketergantungan yang sangat erat. Dari segi keanekaragaman hayati, terumbu karang sangat kaya dengan berbagai jenis ikan, avertebrata serta menjadi lintasan bagi berbagai jenis lumba-lumba dari jenis Tursio p s trunc a tus dan Tursio p s a dunc us.

Ekosistem terumbu karang di Kabupaten Pacitan mengalami kerusakan yang terjadi sebesar 20% yang disebabkan oleh pencemaran berupa sedimentasi dan penangkapan lobster dengan bahan terlarang seperti potassium. Permasalahan yang ada dalam usaha konservasi terumbu karang, yaitu terbatasnya sarana dan prasarana keamanan laut.

Untuk menjaga kelestarian kawasan terumbu karang, perlu adanya pengelolaan kawasan ini. Beberapa kegiatan yang diarahkan di kawasan ini adalah sebagai berikut:

Kawasan terumbu karang dapat difungsikan sebagai daerah wisata bahari. Selain itu kekayaan dan keanekaragaman biota di sini membentuk panorama bawah air yang merupakan daya tarik tersendiri bagi kegiatan olahraga bahari seperti sc ub a diving dan skin diving.

Terumbu karang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan pendidikan, penelitian dan bioteknologi kelautan karena merupakan sumberdaya yang penting sebagai substansi bioaktif.

Mempromosikan dan mengontrol kegiatan pariwisata dengan cara memberikan wawasan kepada masyarakat setempat dan wisatawan bahwa terumbu karang merupakan aset nasional yang tidak dapat dinilai dengan uang

Mencari berbagai sumber alternatif bahan konstruksi dan kalsium karbonat (bahan kapur dan semen) untuk mencegah penambangan dan kehilangan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui atau tidak berkelanjutan (no n-susta ina b le ). Alternatif yang mungkin dilakukan, yaitu penambangan terumbu karang mati. Melarang pengerukan atau aktivitas lainnya yang menyebabkan teraduknya sedimentasi dan membuat air keruh atau di arah hulu dari terumbu karang.

Menghindarkan pencemaran dan peningkatan nutrien ke dalam ekosistem terumbu karang dengan menempatkan lokasi industri yang jauh dari letak terumbu karang.

Melarang penggunaan bahan peledak dan bahan beracun sebagai alat penangkap ikan serta memberikan pengarahan kepada masyarakat nelayan mengenai dampak penggunaan bahan peledak terhadap biota laut termasuk didalamnya dalah terumbu karang.

Menetapkan batas maksimum pemanfaatan tahunan terhadap bahan-bahan karang dan species yang berasosiasi dengannya seperti ikan dan karang-karangan. Melakukan pemantauan secara berkala terhadap ekosistem terumbu karang.

Pe ta 5. 12 Re nc a na Pe ng e lo la a n Ka wa sa n Lind ung

5

5..33

RREENNCCAANNAA

PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN

KKAAWWAASSAANN

B

BUUDDIIDDAAYYAA

Kawasan budidaya keberadaannya sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat setempat dan ekonomi wilayah Kabupaten Pacitan. Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.

Kawasan budidaya yang mencakup perwilayahan Kabupaten Pacitan terdiri atas kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman, dan kawasan peruntukan lainnya.

Kriteria kawasan budidaya di Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut:

1. Ka wa sa n pe runtuka n huta n p ro d uksi, ditetapkan dengan kriteria:

™ Kawasan peruntukan hutan rakyat terbatas ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor 125 (seratus dua puluh lima) sampai dengan 174 (seratus tujuh puluh empat).

™ Kawasan peruntukan hutan rakyat tetap ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat).

™ Kawasan peruntukan hutan rakyat yang dapat dikonversi ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat); dan/atau merupakan kawasan yang apabila dikonversi mampu mempertahankan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

2. Ka wa sa n pe runtuka n huta n ra kya t, ditetapkan dengan kriteria:

™ merupakan hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani dengan hak milik

™ didominasi komunitas tumbuhan tahunan.

™ wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan permukiman, pertanian, perkebunan, hutan rakyat, maupun kegiatan budidaya yang lain.

3. Ka wa sa n pe runtuka n p e rta nia n, ditetapkan dengan kriteria:

™ memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;

™ mendukung ketahanan pangan wilayah; dan/atau

™ dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.

4. Ka wa sa n pe runtuka n p e rika na n, ditetapkan dengan kriteria:

™ wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau

™ tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

5. Ka wa sa n pe runtuka n p e rta m b a ng a n, ditetapkan dengan kriteria:

™ memiliki sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan peta/data geologi;

™ merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan kegiatan pertambangan secara berkelanjutan; dan/atau

™ merupakan bagian proses upaya merubah kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil.

6. Ka wa sa n pe runtuka n ind ustri, ditetapkan dengan kriteria:

™ wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri;

™ tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau

™ tidak mengubah lahan produktif.

7. Ka wa sa n pe runtuka n p a riwisa ta , ditetapkan dengan kriteria:

™ memiliki objek dengan daya tarik wisata; dan/atau

™ mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.

8. Ka wa sa n pe runtuka n p e rm ukim a n, ditetapkan dengan kriteria:

™ memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau

™ memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.

9. Ka wa sa n a nd a la n, ditetapkan dengan kriteria:

™ Kawasan andalan berkembang ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki prasarana berupa jaringan jalan, prasarana listrik, telekomunikasi, dan air baku, serta fasilitas penunjang kegiatan ekonomi kawasan; dan

b. memiliki sektor unggulan yang sudah berkembang dan/atau sudah ada minat investasi.

™ Kawasan andalan prospektif berkembang ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki prasarana berupa jaringan jalan, dan prasarana lainnya yang belum memadai; dan

b. memiliki sektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan.

10. Ka wa sa n Ke se la m a ta n O p e ra si Pe ne rb a ng a n (KKO P) Pa ng ka la n Ud a ra TNI A U Iswa hyud i, ditetapkan dengan kriteria:

™ ruang udara yang ditetapkan untuk tujuan keselamatan operasi penerbangan.

Pe ta 5. 13 Re nc a na Ka wa sa n Pe runtuka n Huta n Pro d uksi

5

5..33..11

KKAAWWAASSAANNPPEERRUUNNTTUUKKAANNHHUUTTAANNPPRROODDUUKKSSII

Dokumen terkait