• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat partisipasi masyarakat (keterlibatan peserta dalam kegiatan GN-RHL mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap

METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran

3. Tingkat partisipasi masyarakat (keterlibatan peserta dalam kegiatan GN-RHL mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap

pemanfaatan)

Metode Analisis Data a. Pengolahan Data

Sebelum dianalisis, data terlebih dahulu diedit. Khusus data yang bersifat kuantitatif, proses pengeditan terdiri atas: (a) penghitungan total skor tiap-tiap variabel dan (b) pengelompokan data sesuai dengan variabel masing-masing. Sementara itu, data kualitatif diproses melalui tiga tahap, yaitu (a) tahap

interpretasi dan penjelasan hasil catatan lapangan serta kategorisasi data, (b) mendeskripsikan kategori-kategori data, dan (c) mengelompokkan data.

b. Analisis Data

Analisis data penelitian digunakan untuk menjawab tujuan dan menguji hipotesis yang telah diajukan. Adapun metode analisis yang digunakan sebagai berikut:

1. Untuk menjawab tujuan pertama, yakni mengkaji tingkat partisipasi masyarakat peserta kegiatan GN-RHL dijelaskan secara deskriptif-kuantitatif. Analisis ini digunakan untuk menghitung jumlah dan persentase dari data-data yang dikumpulkan, melalui cara tabulasi yang selanjutnya disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Untuk menjawab tujuan yang kedua, yakni mengkaji hubungan di antara faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan GN-RHL, dijelaskan secara deskriptif-kualitatif dengan menggunakan analisis statistik non parametrik yaitu uji korelasi Spearman Rank, dengan rumus : (Walpole 1992; Sugiyono 2000).

di mana:

ρ = Koefisien korelasi Spearman Rank

bi = Selisih peringkat X dan Y n = Banyaknya sampel

Untuk kemudahan dan ketepatan pengolahan digunakan bantuan komputer dengan program Statistical Program for Social Sience (SPSS) versi 14. 3. Untuk menjawab tujuan ketiga, yaitu menyusun strategi pengembangan

partisipasi masyarakat dalam kegiatan GN-RHL , digunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat). Analisis ini dilakukan dengan melihat kekuatan, peluang, kelemahan dan ancaman. Faktor-faktor tersebut diperoleh dari berbagai informasi, literatur, wawancara pakar dan pihak terkait, sehingga didapatkan sejumlah faktor yang dapat kembali

) 1 ( 6 1 2 2 − − =

n n bi ρ

diajukan sebagai bahan pertanyaan dalam kuisioner, sehingga didapatkan peubah-peubah yang menjadi faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pengembangan partisipasi masyarakat. Analisis dilakukan ke dalam tiga tahapan pokok, yaitu:

(1) Tahapan identifikasi. Pada tahap ini, terlebih dahulu dibuat Internal Factors Evaluations Matrix (Matriks IFE) dan External Factors Evaluation Matrix (Matriks EFE). Matriks IFE (Tabel 2) digunakan untuk menganalisis peubah-peubah internal dan mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan. Demikian halnya dengan matriks EFE (Tabel 3) digunakan untuk menganalisis peubah-peubah eksternal, dan mengklasifikasikannya menjadi peluang dan ancaman.

Tabel 2 Matriks Internal Factor Evaluation Strategi Internal (1) Bobot (2) Rating (3)

Skor = Bobot x Rating (4) Kekuatan 1. ... ... ... ... 10. ... ... ... Kelemahan 1. ... ... ... ... ... ... ... 10. ... ... ... Total Sumber: Rangkuti (2000).

Tabel 3 Matriks EksternalFactor Evaluation Peubah Strategi Eksternal

(1)

Bobot (2)

Rating (3)

Skor = Bobot x Rating (4) Peluang 1. ... ... ... ... ... ... ... 10. ... ... ... Ancaman 1. ... ... ... ... ... ... ... 10. ... ... ... Total Sumber: Rangkuti (2000).

Terdapat 6 tahapan untuk membuat matrik IFE dan EFE, yaitu:

(a) Pada kolom pertama (1) ditentukan faktor-faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman).

(b) Pada kolom kedua (2) pemberian bobot masing-masing peubah dengan skala mulai dari 1 (paling penting) sampai 0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh peubah-peubah tersebut. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap peubah strategis internal dan eksternal dengan cara membandingkan variabel horisontal terhadap variabel vertikal. Penentuan bobot untuk setiap variabel dilakukan dengan memberikan nilai 1, 2, 3; di mana nilai 1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal, nilai 2 = jika indikator horisontal sama pentingnya dengan indikator vertikal, nilai 3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal.

(c) Pada kolom ke tiga (3) pemberian rating mulai dari nilai 1 – 4 untuk masing-masing peubah dengan pengaruh kecil-sedang-besar-sangat besar. (d) Pada kolom ke empat (4), bobot pada kolom kedua (2) dikalikan dengan

rating pada kolom ketiga (3). Kemudian hasil kali tersebut dijumlahkan bobot skor pada kolom ke empat untuk memperoleh total skor pembobotan.

(2) Tahapan pemaduan. Tahapan ini berfungsi untuk memadukan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Alat analisis yang digunakan adalah diagram SWOT atau diagram internal-eksternal.

(3) Tahapan perumusan strategi pengembangan partisipasi masyarakat. Tahapan ini digunakan untuk menetapkan strategi berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman seperti disajikan pada matriks SWOT (Tabel 4)

Tabel 4 Matrik analisis SWOT

Faktor Internal Faktor Eksternal

Kekuatan Kelemahan

Peluang Strategi kekuatan-peluang Strategi kelemahan-

peluang

Ancaman Strategi kekuatan-ancaman Strategi kelemahan-

ancaman

Penjelasan:

a. Strategi kekuatan – peluang, strategi ini didasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan dari pengembangan partisipasi masyarakat pada kegiatan GN-RHL yang telah dilakukan untuk memanfaatkan peluang sebesar- besarnya.

b. Strategi kekuatan – ancaman, strategi ini didasarkan pada pemamfaatan seluruh kekuatan dari pengembangan partisipasi masyarakat yang telah dilakukan untuk mengatasi ancaman yang ada.

c. Strategi kelemahan – peluang, strategi ini didasarkan pada pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan.

d. Strategi kelemahan – ancaman, strategi ini didasarkan pada meminimalkan kelemahan yang ada dalam pengembangan partisipasi masyarakat pada kegiatan GN-RHL serta menghindari ancaman.

Definisi Operasional

1. Umur adalah usia responden yang dihitung dari tahun lahir sampai saat penelitian dilaksanakan dan dinyatakan dalam tahun, di mana pembulatan ke atas bila usia responden 5 bulan keatas dan pembulatan ke bawah bila usia responden kurang dari 5 bulan. Umur responden diukur dalam tahun dan terdiri atas tiga kategori, meliputi : rendah (< 40); sedang (40-55); dan tinggi (>55)

2. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden yang dinyatakan dengan tidak sekolah dan tidak tamat SD, tamat SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Tingkat Pendidikan diukur berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuh dan terbagi atas tiga kategori, meliputi; rendah (<3); sedang (3); dan tinggi (>3).

3. Jumlah anggota keluarga adalah jumlah keseluruhan anggota keluarga meliputi suami, istri, anak dan keluarga lain yang menjadi tanggungan keluarga. Jumlah anggota keluarga diukur berdasarkan jumlah orang yang terbagi kedalam dikategorikan, meliputi; rendah (<3 orang); sedang (3-4 orang); dan tinggi (>4 orang)

4. Luas lahan garapan adalah keseluruhan luas lahan yang di garap oleh responden, diukur dalam hektar (ha) dan terdiri atas tiga kategori yaitu: kecil (<1 ha); sedang (1-2.5 ha); dan tinggi (>2.5 ha).

5. Pendapatan adalah penghasilan rata-rata responden setiap bulan yang diperoleh dari berbagai sumber dan diukur dalam Rp/bulan. Pendapatan responden terdiri atas tiga kategori, yaitu: rendah (<Rp500.000,-); sedang (Rp500.000,- – 750.000,-); dan tinggi (>Rp750.000,-).

6. Kekosmopolitan adalah sifat responden yang selalu mencari informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan kegiatan GN-RHL, diukur berdasarkan frekuensi dalam kunjungan ke tempat lain, mengadakan kontak dan berdiskusi dengan sumber informasi (teman, tetangga, tokoh masyarakat, pendamping dan lembaga pemerintahan. Kekosmopolitan dikategorikan ke dalam tiga yaitu: rendah (<7); sedang (7-12); dan tinggi (>12).

7. Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan lain atau pekerjaan tambahan yang dilakukan responden di luar pekerjaan utamanya dalam satu tahun terakhir. Pekerjaan sampingan diukur berdasarkan berapa jumlah pekerjaan yang digeluti dan dikategorikan ke dalam: rendah (<2); sedang (2); dan tinggi (>2).

8. Persepsi adalah pandangan dan penilaian responden terhadap tujuan, manfaat dan pelaksanaan kegiatan GN-RHL, diukur berdasarkan penilaian responden terhadap kegiatan GN-RHL yang terdiri atas tiga kategori, yaitu: rendah (<5); sedang (5-8); dan tinggi (>8)

9. Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam untuk mewujudkan harapan dengan adanya interaksi yang dilakukan. Motivasi instrinsik ini diukur

berdasarkan keinginan untuk memenuhi kebutuhan di antaranya; 1) Peningkatan pendapatan, 2) Peningkatan pengetahuan, 3) Peningkatan

status sosial, dan dikategorikan ke dalam; rendah (<4); sedang (4-6); dan tinggi (>6).

10.Motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar untuk mewujudkan harapan dengan adanya interaksi yang dilakukan. Motivasi ekstrinsik, diukur berdasarkan keinginan untuk memenuhi kebutuhan di antaranya; 1) Ajakan dari tokoh masyarakat, 2)Ajakan anggota keluarga, 3) Penghasilan dan bantuan yang menarik, 4) Ancaman kerusakan hutan dan dikategorikan ke dalam; rendah (<5); sedang (5-8); dan tinggi (>8).

11.Peran petugas lapangan adalah seseorang yang diberikan tugas khusus oleh Dinas Kehutanan Kota Palu terkait pelaksanaan kegiatan GN-RHL, meliputi: penerangan, bimbingan teknis yang diberikan kepada peserta dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan pada satu tahun terakhir. Diukur berdasarkan frekuensi dalam menjalankan tugas dan dikategorikan ke dalam: rendah (<6); sedang (6-10); dan tinggi (>10).

12.Intensitas sosialisasi adalah jumlah kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh pelaksana kegiatan GN-RHL untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam pelaksanaan kegiatan, yang dilaksanakan oleh petugas Dinas Kehutanan dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Di mana hal ini diukur berdasarkan frekuensi pertemuan, peyuluhan, dan pelatihan, dan dikategorikan ke dalam: rendah (<3); sedang (3-5); dan tinggi (>5).

13.Kejelasan hak dan kewajiban adalah kejelasan tentang aturan main pelaksanaan kegiatan GN-RHL, yang meliputi kejelasan hak dan kewajiban dalam kesepakatan yang dibuat oleh masyarakat dan pemerintah dan pengetahuan responden tentang kejelasan batas-batas kewenangan masyarakat dan pemerintah dalam kegiatan ini. Hal diukur berdasarkan pengetahuan dan pemahaman responden tentang aturan main pelaksanaan kegiatan, dan dikategorikan ke dalam: rendah (<3); sedang (3-6); dan tinggi (>6).

14.Partisipasi adalah keterlibatan peserta kegiatan GN-RHL dalam setiap tahapan kegiatan (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pemanfaatan).

15.Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan adalah keterlibatan (keikutsertaan) peserta pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan yang rasional pada kegiatan GN-RHL. Hal ini diukur berdasarkan tingkat keterlibatan responden pada tahap ini, dan dikategorikan menjadi tiga yaitu: rendah, sedang, dan tinggi.

16.Partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan adalah keterlibatan (keikutsertaan) peserta dalam tahap pelaksanaan kegiatan GN-RHL. Diukur berdasarkan tingkat keterlibatan responden pada tahap ini, dan dikategorikan menjadi tiga yaitu: rendah, sedang, dan tinggi.

17.Partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi adalah keterlibatan (keikutsertaan) peserta dalam tahap evaluasi kegiatan GN-RHL. diukur berdasarkan tingkat keterlibatan responden pada tahap ini, dan dikategorikan menjadi tiga yaitu: rendah, sedang, dan tinggi.

18.Partisipasi masyarakat pada tahap pemanfaatan adalah keterlibatan (keikutsertaan) peserta pada tahap pemanfaatan hasil kegiatan GN-RHL. diukur berdasarkan tingkat keterlibatan responden pada tahap ini, dan dikategorikan menjadi tiga yaitu: rendah, sedang, dan tinggi.

19.Strategi pengembangan partisipasi masyarakat adalah suatu rencana alternatif yang cermat dan sistematik, terkait dengan pengembangan partisipasi masyarakat dalam kegiatan GN-RHL dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dan meminimalkan kelemahan serta memanfaatkan peluang yang ada dengan mengatasi ancaman yang datang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kondisi Biofisik Letak dan Luas

Kelurahan Layana memiliki luas ± 1.779 ha, dan merupakan bagian dari Kecamatan Palu Timur, dan berjarak tempuh 6 km dari Ibukota Kecamatan. Wilayah sebelah Utara Layana berbatasan dengan Kelurahan Mamboro, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tondo, sebelah Barat Laut Sulawesi, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong.

Sementara itu, Kelurahan Lambara memiliki luas ± 1.637,92 ha, dan merupakan bagian dari Kecamatan Palu Utara, berjarak tempuh 10 Km dari Ibukota Kecamatan. Di sebelah Utara wilayahnya berbatasan dengan Kelurahan Baiya, sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Kayu Malue, sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sulawesi, dan sebelah Timur Kelurahan Nupa Bomba (BPS 2005).

Eksistensi Kegiatan GN-RHL

Pencanangan kegiatan GN-RHL di Sulawesi Tengah, khususnya di kedua lokasi penelitian dilakukan pada tahun 2004. Namun, pelaksanaan kegiatan baru terealisasi pada Oktober 2005. Untuk Layana, kegiatan ini dilaksanakan pada Hutan Rakyat (HR) yang berada di Dusun Layana dan Wintu. Sedangkan di Lambara dilaksanakan pada Hutan Produksi Terbatas (HPT), yang berbatsan dengan Dusun Lulu. Luas areal di kedua lokasi penelitian masing-masing seluas 50 ha.

Jenis tanaman untuk kegiatan ini di Layana terdiri atas: Jati (Tectona grandis. L) dan kemiri (Aleurites moluccana. L. Wild). Sedangkan jenis tanaman di Lambara terdiri atas: Jati (Tectona grandis. L), Nyatoh (Palaquium spp) dan kemiri (Aleurites moluccana. L. Wild). Untuk lebih jelasnya peta lokasi kegiatan penanaman GN-RHL Kelurahan Layana dan Lambara disajikan pada Lampiran 2 dan 3.

Layana beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata pertahun 3,22 mm dan suhu udara rata-rata 27,2 oC. Demikian pula halnya dengan Lambara yang beriklim tropis, dengan curah hujan rata pertahun 3,22 mm dan suhu udara rata-rata 24,12 oC.

Layana berada pada ketinggian 2,5 m di atas permukaan laut, dengan topografi yang beragam; dataran 50%, perbukitan 45%, dan pegunungan 5%. Berbeda dengan Layana, Lambara berada pada ketinggian 25 m di atas permukaan laut, dan hampir seluruh wilayahnya bertopografi datar (Kantor BPS 2005).

Penggunaan Lahan

Dari total luas lahan Layana (± 1.779 ha), 814 ha (45,76%) merupakan tanah yang belum diolah, seluas 550 ha (30,92%) merupakan hutan, 170 ha (9,56%) merupakan perkebunan, 80 ha (4,50%) merupakan bangunan, dan yang diperuntukkan untuk lainnya seluas 115 (^,46%). Sementara itu, untuk Lambara, dari total luas lahan sekitar 1.637,92 ha, penggunaan lahan terbesar adalah sawah seluas 105 ha (6,41%) dan perkebunan seluas 67 ha (4,09%). Informasi untuk penggunaan lahan selebihnya tidak tersedia, baik dari data monografi Kelurahan Lambara maupun dari data yang tersedia di Kantor Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tengah. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Struktur penggunaan lahan di lokasi penelitian

No Penggunaan Lahan

Lokasi (Kelurahan)

Layana Lambara Luas (Ha) % Luas (Ha) %

1 Bangunan 80 4,50 - -

2 Sawah 0 0 105 6,41

3 Perkebunan 170 9,56 67 4,09

4 Hutan 550 30,92 - -

5 Hutan Rakyat 50 2,81 - -

6 Tanah yang belum Diolah 814 45,76 - -

7 Lainnya 115 6,46 - -

Jumlah 1.779 100 - -

Sumber : Monografi Kelurahan Layana dan Lambara 2007

Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Jumlah Penduduk dan Golongan Usia

Jumlah penduduk Kelurahan Layana yang tercatat hingga tahun 2007 adalah sebanyak 3.017 orang, terdiri atas laki-laki sebanyak 1.561 orang dan perempuan sebanyak 1.456 orang, yang tersebar ke dalam 768 KK. Sementara itu, jumlah penduduk Kelurahan Lambara sampai dengan tahun 2007 adalah sebanyak 2.311 orang, terdiri atas laki-laki 1.211 orang dan perempuan 1.100 orang, dan tersebar ke dalam 578 KK (Data Monografi Kelurahan Layana dan Lambara 2007).

Sementara itu, jumlah penduduk menurut golongan usia di Layana dan Lambara dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu usia kurang dari 15 tahun (anak-anak atau belum produktif), Usia 15 – 55 tahun (produktif), dan usia di atas 55 tahun (Tidak produktif). Struktur penduduk berdasarkan golongan usia disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Komposisi penduduk menurut golongan usia

No Golongan Usia

Lokasi (Kelurahan)

Layana Lambara

Jumlah

(Orang) % Jumlah (Orang) %

1 <15 Tahun 1.002 33,21 741 32,06

2 15 -55 Tahun 1.887 62,55 1.462 63,26

3 >56 Tahun 128 4,24 108 4,67

Jumlah 3.017 100.00 2.311 100,00

Sumber: Monografi Kelurahan Layana dan Lambara 2007

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Layana dan Lambara didominasi oleh usia produktif, dengan persentase usia produktif untuk Kelurahan Layana sebesar 62,55% dan Kelurahan Lambara sebesar 63,26%

Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan di Kelurahan Layana masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan Lambara. Di Layana, sebagian besar penduduknya (41,76%) hanya mampu menamatkan pendidikan sekolah dasar, dan hanya 25,34% yang berhasil tamat SLTA. Sementara itu di Lambara tergolong sedang, di mana sebagian besar penduduknya mampu menamatkan hingga jenjang SLTA. Tingkat pendidikan yang ditempuh penduduk di Kelurahan Layana dan Kelurahan Lambara disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Distribusi Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan

Lokasi (Kelurahan)

Layana Lambara

Jumlah (Orang) % Jumlah (Orang) %

1 Buta Huruf 31 1,55 65 5,79 2 Tidak Tamat SD 58 2,90 104 9,26 3 Tamat SD 834 41,76 217 19,32 4 Tamat SLTP 498 24,94 265 23,60 5 Tamat SLTA 506 25,34 460 40,96 6 Diploma/PT 70 3,51 12 1,07 Jumlah 1.997 100.00 1.123 100,00

Sumber : Monografi Kelurahan Layana dan Lambara 2007

Mata Pencaharian

Pada umumnya penduduk di dua lokasi penelitian memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Di Layana, penduduk yang berprofesi petani sebanyak 300 orang (59,06%). Sementara itu di Lambara sebanyak 573 orang (50,18%). Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian di dua lokasi penelitian

No Mata Pencaharian Lokasi (Kelurahan) Layana Lambara Jumlah (Orang) % Jumlah (Orang) % 1 PNS/TNI/POLRI 20 3,94 76 6,65 2 Pegawai Swasta 95 18,70 52 4,55 3 Wiraswasta/Pedagang 75 14,76 172 15,06 4 Tani 300 59,06 573 50,18 5 Nelayan 10 1,97 2 0,18 6 Jasa 3 0,59 8 0,70 7 Lain-lain 5 0,98 259 22,68 Jumlah 508 100,00 1.142 100,00

Sumber : Monografi Kelurahan Layana dan Lambara 2007

Dokumen terkait