• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Perkembangan Wilayah di Kota Bekasi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Tingkat Perkembangan Wilayah di Kota Bekasi

Perkembangan suatu wilayah yang sejalan dengan meningkatnya jumlah perumbuhan penduduk menuntut adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dalam kebutuhan hidup diantaranya sarana dan prasarana. Tingkat perkembangan wilayah Kota Bekasi dapat dianalisis dengan menggunakan analisis skalogram yang menggunakan jumlah fasilitas dan jumlah jenis fasilitas yang ada di 10 kecamatan dengan 52 desa pada tahun 2003 dan dimekarkan menjadi 12 kecamatan dengan 56 desa pada tahun 2006. Sarana prasarana yang digunakan sebagai variabel dalam analisis antara lain fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi, fasilitas kesehatan, dan fasilitas sosial.

Analisis skalogram mengelompokkan setiap desa ke dalam hirarki wilayah dengan kriteria tertentu. Hirarki wilayah dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Hirarki I, Hirarki II, dan Hirarki III. Hirarki I merupakan wilayah dengan tingkat perkembangan tinggi, hirarki II wilayah dengan tingkat perkembangan sedang, hirarki III wilayah dengan tingkat perkembangan rendah. Pengelompokkan wilayah berdasarkan hirarki pada tahun 2003 dan 2006 disajikan pada Gambar 27 dan Gambar 28.

Gambar 28. Peta Hirarki Wilayah Kota Bekasi Tahun 2006

Secara spasial terlihat bahwa hirarki-hirarki tersebut tersebar tidak merata atau mengelompok di wilayah-wilayah tertentu. Kecamatan-kecamatan di bagian Utara, Barat, dan Timur Kota Bekasi cenderung memiliki hirarki lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan di bagian selatan. Hal ini karena wilayah-wilayah yang berhirarki lebih tinggi tersebut berbatasan dengan wilayah DKI Jakarta sehingga perkembangannya lebih pesat dibandingkan dengan wilayah bagian selatan yang berbatasan dengan wilayah kabupaten. Menurut Rustiadi et al., (2009) aspek spasial merupakan fenomena alami, sehingga jika perkembangan suatu wilayah dipengaruhi oleh wilayah sebelahnya atau lebih dekat adalah hal yang wajar. Hal ini dikarenakan telah terjadinya interaksi sosial ekonomi dari dua wilayah tersebut.

Berdasarkan hasil analisis skalogram pada tahun 2003, jumlah kelurahan yang berhirarki I adalah 7, kelurahan yang berhirarki II berjumlah 20, dan kelurahan yang berhirarki III berjumlah 25 kelurahan. Hasil analisis skalogram pada tahun 2006 menunjukkan jumlah kelurahan yang berhirarki I adalah 7, kelurahan yang berhirarki II berjumlah 26, dan kelurahan berhirarki III berjumlah 23 kelurahan. Penyebaran hirarki di Kota Bekasi tidak merata, seperti tidak semua kecamatan memiliki hirarki I, dimana tempat terjadinya pusat-pusat aktivitas.

Tabel 19 menyajikan persentase jumlah kelurahan berdasarkan hirarki di setiap kecamatan pada Kota Bekasi. Dari Tabel 19 tersebut dapat dilihat bahwa terjadi penurunan dan penambahan tingkatan hirarki. Pada tahun 2003 jumlah kelurahan yang paling banyak adalah kelurahan yang memiliki tingkatan hirarki III sebesar 48%, sedangkan pada tahun 2006 jumlah kelurahan yang paling banyak adalah kelurahan yang berhirarki II sebesar 46 %.

Tabel 19. Persentase Kelurahan Berdasarkan Hirarki Wilayah di Setiap Kecamatan.

Nama Kecamatan Hirarki 2003 Hirarki 2006

I II III I II III Pondok Gede 20% 80% 0% 20% 60% 20% Bekasi Timur 75% 25% 0% 75% 25% 0% Bekasi selatan 20% 40% 40% 40% 60% 0% Bantargebang 0% 25% 75% 0% 25% 75% Medan Satria 25% 75% 0% 0% 100% 0% Bekasi Barat 20% 20% 60% 0% 100% 0% Rawalumbu 0% 25% 75% 0% 75% 25% Jatiasih 0% 33% 67% 0% 33% 67% Jatisampurna 0% 0% 100% 0% 20% 80% Bekasi Utara 0% 67% 33% 0% 50% 50% Kota Bekasi 13% 38% 48% 13% 46% 41%

Hirarki I adalah wilayah dengan tingkat perkembangan tinggi yang berfungsi sebagai pusat aktivitas, seperti pemusatan penduduk, industri, pemerintahan, pasar yang potensial, serta memiliki fasilitas yang beragam dan lengkap. Dari hasil analisis tahun 2003 terdapat 5 kecamatan dari 10 kecamatan di Kota Bekasi yang memiliki hirarki I, diantaranya Kecamatan Bekasi Timur, Pondok Gede, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, dan Medan Satria. Pada tahun 2006 terjadi penurunan kecamatan yang memiliki kelurahan berhirarki I yaitu 4 kecamatan dari 12 kecamatan setelah pemekaran pada tahun 2004, yaitu Kecamatan Bekasi Timur, Pondok Gede, Bekasi Selatan, dan Pondok Melati.

Pada tahun 2003, Kecamatan Bekasi Timur merupakan kecamatan yang memiliki kelurahan berhirarki I paling banyak sebesar 43%, yaitu Kelurahan Margahayu, Bekasi Jaya, dan Duren Jaya, sedangkan pada tahun 2006, Kecamatan Bekasi Timur tidak mengalami perubahan hirarki pada kelurahannya,

memiliki letak yang strategis, aksesibilitas yang baik, dan penduduk yang padat sehingga diperlukan peningkatan terhadap fasilitas yang lengkap dan beragam. Kecamatan Pondok Gede tidak mengalami penambahan kelurahan yang berhirarki I, tetapi terjadi perubahan kelurahan yang berhiraki I setelah pemekaran. Kelurahan yang berhirarki I di Kecamatan Pondok Gede pada tahun 2003 adalah Kelurahan Jatirahayu. Setelah pemekaran, Kelurahan Jatirahayu masuk ke dalam kecamatan baru yaitu Kecamatan Pondok Melati. Hal ini memacu kelurahan- kelurahan lain di Kecamatan Pondok Gede untuk meningkatkan tingkatan hirarki, sehingga pada tahun 2006 Kelurahan Jatiwaringin yang sebelumnya berhirarki II mengalami peningkatan hirarki menjadi Hirarki I. Kecamatan Medan Satria dan Bekasi Barat pada tahun 2006 mengalami penurunan dari tahun 2003 karena terdapat kelurahan yang berhirarki I berubah menjadi hirarki II, yaitu Kelurahan Kranji dan Kelurahan Medan Satria. Pada Kecamatan Bekasi Selatan terjadi penambahan jumlah dan jenis fasilitas sehingga kelurahan yang berhirarki I bertambah, yaitu Kelurahan Kayuringin Jaya dan Jaka Setia

Hirarki II merupakan wilayah yang sedang berkembang, biasanya dicirikan dengan pertumbuhan yang cepat dan merupakan wilayah penyangga dari wilayah yang berhirarki I. Jumlah kelurahan yang berhirarki II pada tahun 2006 mengalami peningkatan dari tahun 2003, yaitu 38% menjadi 46 %. Wilayah yang berhirarki II tersebar merata hampir di seluruh kecamatan. Kecamatan Jatisampurna tidak memiliki kelurahan yang berhirarki II pada tahun 2003, sedangkan Kecamatan Pondok Melati dan Kecamatan Mustika Jaya yang merupakan kecamatan hasil pemekaran juga tidak memiliki kelurahan yang berhirarki II di tahun 2006.

Hirarki III adalah wilayah dengan tingkat perkembangan rendah. Di Kota Bekasi, wilayah yang berhirarki III mengalami penurunan dari 48% menjadi 41% di tahun 2003 dan 2006. Pada tahun 2003, semua kelurahan di Kecamatan Jatisampurna masuk ke dalam tingkatan hirarki III, sedangkan pada tahun 2006 Kecamatan Mustika Jaya yang merupakan kecamatan baru, seluruh kelurahannya masuk ke dalam tingkatan hirarki III. Kecamatan Pondok Gede, Medan Satria, dan Bekasi Timur merupakan kecamatan yang tidak memiliki hirarki III di tahun 2003 dan pada tahun 2006, Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Medan

Satria, dan Bekasi Barat tidak memiliki kelurahan berhirarki III. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran fasilitas-fasilitas cenderung memusat dan tidak merata.

Wilayah yang berkembang ditandai dengan adanya penambahan fasilitas atau perkembangan sarana prasarana di wilayah tersebut. Pada Gambar 29 akan disajikan laju pertumbuhan setiap fasilitas di Kota Bekasi.

Gambar 29. Laju Pertumbuhan Fasilitas di Kota Bekasi Tahun 2003 dan Tahun 2006

Gambar 29 menunjukkan perkembangan fasilitas di Kota Bekasi. Dari Gambar 29 tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan pada fasilitas sosial, fasilitas kesehatan, dan fasilitas pendidikan. Sedangkan fasilitas ekonomi mengalami penurunan. Laju pertumbuhan fasilitas sosial, fasilitas kesehatan, dan fasilitas pendidikan berturut-turut sebesar 13,2%, 24,4%, dan 12,8%. Fasilitas ekonomi mengalami penurunan sebesar 37,4%. Penurunan ini dikarenakan oleh berkurangnya toko atau warung kelontong akibat dari menurunnya intensitas masyarakat untuk berbelanja di warung-warung kecil. Selain itu, hal ini juga dipengaruhi oleh banyaknya supermarket,minimarket, ataupun pasar swalayan yang memiliki daya saing tinggi berdiri di sekitar lingkungan masyarakat yang menyebabkan warung-warung kecil gulung tikar.

fasilitas sosial. Sementara itu peningkatan fasilitas ekonomi tertinggi dijumpai di Kecamatan Pondok Gede. Kecamatan Bekasi Utara adalah kecamatan yang memiliki jumlah penduduk tertinggi kedua setelah Kecamatan Bekasi Timur pada Tahun 2006. Jumlah penduduk di Kecamatan Bekasi Utara meningkat tinggi dari tahun 2003 sampai 2006, dari sebanyak 194.950 menjadi 228.327 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang bertambah diperlukan penambahan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk tersebut di suatu wilayah.

5.5Keterkaitan Perubahan Luas Penggunaan Lahan dengan Perkembangan

Dokumen terkait