• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Belajar dan Pembelajaran …

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Belajar dan Pembelajaran

a. Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai

interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Menurut Santrock dan Yessen (1994) mendefinisikan belajar

sebagai perubahan yang relative permanen karena adanya pengalaman.

Reber (1988) mendefinisikan belajar dalam dua pengertian, pertama,

belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar

sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai

hasil latihan yang diperkuat. Dari berbagai definisi dapat disimpulkan

bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan

pengalamaan dalam wujud perubahan tingkah laku karena adanya

interaksi individu dengan lingkungan.

Syaiful Bahri dalam buku ”Psikologi Belajar” menerangkan

beberapa pengertian belajar. Menurut James O. Whittaker belajar adalah

pengalaman. Cronbach mengatakan learning is shown by change in

behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang

ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Howard L Kingskey berpendapat learning is the process by which

behavior (in broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku (dalam arti

luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Jadi bisa

dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

melalui latihan dan pengalaman.

b. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

menciptakan suasana atau memberi pelayanan agar siswa belajar.

Perbedaan antara belajar dan pembelajaran pada penekanannya. Masalah

belajar lebih menekankan pada bahasan tentang siswa dan proses yang

menyertai dalam rangka perubahan tingkah lakunya. Adapun

pembahasan mengenai pembelajaran lebih menekankan pada guru dalam

upayanya untuk membuat siswa dapat belajar.

Menurut Oemar Hamalik (2009: 57) dalam buku kurikulum dan

pembelajaran dikatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran. Sedangkan menurut Komaruddin (2000: 179) dalam buku

memperoleh pengetahuan atau pemahaman atau keterampilan (termasuk

penguasaan kognitif, afektif dan psikomotorik) melalui studi,

pengajaran, atau pengalaman.

c. Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses

pembelajaran. Menurut Cece Wijaya, prestasi belajar itu dapat berupa

pernyataan dalam bentuk angka dan nilai tingkah laku. Pernyataan

tersebut diperkuat oleh Thorndike dan Hasein yang menyatakan bahwa

hasil belajar akan diketahui bila terjadi perubahan tingkah laku yang

akan dinyatakan dalam angka atau nilai (Cece Wijaya, 1994: 27).

Menurut Hadari Nawawi (1998: 100), prestasi belajar adalah tingkatan

keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai

sejumlah materi tertentu.

Tulus Tu’u (2004: 75) mendefinisikan prestasi belajar siswa sebagai berikut:

1) Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika

mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di

sekolah.

2) Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya

karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan

3) Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau

angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap

tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.

2. Pengajaran IPS

a. Pengertian IPS

IPS adalah ilmu yang mempelajari berbagai kenyataan sosial

dalam kehidupan sehari-hari yang bersumber dari ilmu bumi, ekonomi,

antropologi, sosiologi dan tata negara (Kurikulum Pendidikan Dasar oleh

Dr. Magfuri, hal 4).

b. Kesulitan Belajar IPS

Sehubungan dengan permasalahan yang ada di jenjang SD

khususnya di SDN Banyakan Mertoyudan dan terutama pada

kemampuan menjelaskan menghargai jasa pahlawan dalam

mempertahankan kemerdekaan. Masalah ini terjadi dikarenakan oleh

beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah:

1) Contoh-contoh yang diberikan terkadang masih abstrak

2) Penggunaan media pengajaran kurang maksimal

3) Penggunaan metode mengajar yang kurang bervariasi

Dari faktor-faktor di atas, faktor yang akan diatasi dalam rencana

penelitian ini adalah kurang penggunaan media pengajaran oleh guru

yang kurang maksimal. Sehubungan kondisi rendahnya prestasi atau

hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya

kontekstual pada materi menghargai jasa para pahlawan dalam

mempertahankan kemerdekaan diharapkan mampu meningkatkan

prestasi belajar siswa.

c. Menghargai Jasa Para Pahlawan dalam Mempertahankan Kemerdekaan

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

pelajaran yang diberikan mulai dari sekolah dasar yang mengkaji

seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan

dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat mata

pelajaran geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata

pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara

Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga negara

yang cinta damai. Dari beberapa unsur IPS penulis mencoba membahas

tentang menghargai jasa para pahlawan dalam mempertahankan

kemerdekaan yaitu bentuk penghargaan yang tak kalah penting adalah

mencontoh sikap-sikap positif yang mereka tunjukkan dan meneruskan

perjuangan mereka. Sikap tokoh-tokoh bangsa yang patut kita contoh

antara lain:

1) Rela berjuang demi bangsa dan negara

2) Berpendirian tetapi juga menghormati pendapat orang lain. Para

tokoh bangsa terkenal memegang teguh pendapat dan

memerjuangkan pendapatnya. Namun, ketika suatu kesepakatan

keputusan tersebut (Endang Susilaningsih dan Linda S. Limbong,

2008: 171).

3. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam proses

pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Dalam

pembelajaran terdapat beragam jenis metode pembelajaran. Masing-masing

metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Guru dapat memilih metode yang

dipandang tepat dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut D. H. De Quljoe dan A. Gozali mengatakan bahwa

macam-macam metode pengajaran sebagai berikut:

a. Metode ceramah

b. Metode tanya jawab

c. Metode diskusi

d. Metode resitasi

e. Metode demonstrasi dan eksperimen

f. Metode kerja kelompok

g. Metode karya wisata

Dari metode-metode mengajar tersebut di atas ada beberapa metode

yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar di SD pada umumnya

Adapun kebaikan dan keburukan masing-masing metode tersebut

akan diterangkan sebagai berikut:

a. Metode ceramah

Metode ceramah adalah suatu cara menyampaikan bahan

pengajaran kepada anak secara lesan. Keberhasilan metode ceramah ini

tidak semata-mata karena kehebatan guru dalam bermain kata-kata atau

kalimat tetapi juga didukung oleh alat-alat pembantu lain seperti gambar,

potret, benda, barang tiruan, film, peta dan sebagainya.

Kebaikan metode ini antara lain sebagai berikut:

1) dapat diikuti anak didik dalam jumlah banyak

2) guru dapat menguasai seluruh kelas

3) organisasi kelas sangat sederhana

4) tidak membutuhkan alat pelajaran yang banyak

Sedangkan keburukan-keburukannya antara lain:

1) guru kurang mengetahui sejauh mana penguasaan materi yang

sudah diberikan

2) dapat menimbulkan verbalisme

3) anak cepat bosan kalau ceramahnya kurang menarik

b. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan untuk mengetahui

sejauh mana kemampuan anak menguasai bahan pelajaran yang

Maksud dari memberikan pertanyaan adalah:

1) memperhatikan keaktifan anak belajar

2) meningkatkan anak dalam belajar

3) menanamkan kesadaran tanggung jawab

4) mengadakan penilaian

Kebaikan metode ini adalah:

1) metode ini baik dan efektif

2) memenuhi prinsip aktifilet

3) melatih mengemukakan pendapat

Adapun keburukannya antara lain:

1) pertanyaan kurang jelas

2) kadang-kadang kurang memperhatikan kemampuan individu

3) anak salah pengertian tentang pertanyaan guru

c. Metode resitasi

Metode resitasi adalah suatu cara mengajar dengan jalan

memberikan tugas pekerjaan atau pekerjaan rumah pada anak. Dalam

memberikan pekerjaan rumah perlu diingat bahwa bahan harus sesuai

dengan bahan yang pernah diberikan dan guru harus mengontrol

betul-betul. Kebaikan dari metode ini adalah:

1) hasil belajar sudah diingat

2) inisiatif dan usaha belajar anak terpupuk

3) memupuk rasa tanggung jawab

Adapun keburukannya adalah:

1) kadang kurang pengawasan

2) prinsip individualistis dilupakan

3) guru kadang kurang menghargai anak

d. Metode karya wisata

Metode karya wisata adalah metode penyampaian materi dengan

cara membawa langsung anak didik ke objek di luar kelas atau

lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati secara

langsung.

Kebaikan metode ini adalah:

1) anak mendapat pengalaman langsung

2) anak merasakan lebih puas

3) dapat memupuk inisiatif dan tanggung jawab

Adapun keburukannya adalah:

1) pengawasan kurang terfokus

2) anak sulit dikendalikan jika anak berjumlah banyak memerlukan

waktu dan biaya yang banyak

e. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu

para guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

penegetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari siswa

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia

belajar. Seseorang belajar apa dan kapan waktunya tergantung pada

lingkungan, mereka dianggap penting dan relevan dalam kehidupan

sehari-hari.

Seseorang mempelajari sesuatu karena mereka memiliki

kesempatan untuk menerapkan pembelajaran ini dalam kehidupan

sehari-hari. Upaya guru untuk membantu siswa memahami relevansi

materi pembelajaran yang dipelajarinya itu adalah dengan melakukan

suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di kelas. Pembelajaran

kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman,

keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang

hubungan mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata

(Sumiati Asri, 2009: 13).

E. Mulyasa (2007: 103) menjelaskan bahwa pendekatan

kontekstual memungkinkan proses belajar yang tenang dan

menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga

peserta didik langsung mempraktikan apa yang dipelajari. Pendekatan

kontekstual mendorong peserta didik memahami hakikat, makna dan

manfaat belajar sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi

John Dewey (1918) merumuskan kurikulum dam metodologi

pembelajaran yang berkaitan dengan pengalaman dan minat siswa.

Siswa akan belajar dengan baik jika yang dipelajarinya terkait dengan

pengetahuan dan kegiatan yang telah diketahuinya dan terjadi di

sekelilingnya.

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan antara materi pembelajaran yang diajarkan dengan

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sehari-hari (Depdiknas 2004: 18).

Ada tujuh komponen dalam pendekatan kontektual.

Komponen-komponen tersebut adalah (Lukmanul Hakiim, 2009: 57-61):

1) Kontruktivisme (constructivism)

Kontruktivisme adalah mengembangkan pemikiran siswa akan

belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan

sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan

yang baru.

2) Bertanya (questioning)

Dengan bertanya dapat mengembangkan sifat ingin tahu siswa.

3) Menemukan (inquiry)

Siswa diberi pembelajaran untuk menangani permasalahan yang

4) Masyarakat belajar (learning community)

Siswa hidup dalam lingkungan masyarakat, dengan demikian

masayarakat dapat dijadikan sumber daya untuk mengembangkan

pemahaman pembelajaran kontekstual.

5) Permodelan (modeling)

Permodelan artinya menghadirkan model sebagai contoh

pembelajaran. Siswa akan lebih memahami materi jika dalam

pembelajaran guru menghadirkan model. Siswa akan mampu

mengamati dan mencontoh apa yang ditunjukkan oleh guru.

6) Refleksi (reflection)

Refleksi merupakan ringkasan dari pembelajaran yang telah

dilakukan siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

7) Penilaian sebenarnya

Penilaian sebenarnya adalah melakukan peneilaian sebenarnya

dengan berbagai cara. Tugas guru adalah menilai sejauh mana

keberhasilan pembelajaran.

Untuk memahami pembelajaran kontekstual ada enam prinsip

dalam pembelajaran kontekstual (Sumiati dan Asra, 2009: 18), yaitu:

1) Menekankan pada pemecahan masalah

2) Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti

rumah, masyarakat dan tempat bekerja

3) Mengarahkan siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif

5) Mendorong siswa belajar dari satu dengan lainnya dan belajar

bersama-sama

6) Menggunakan penilaian otentik.

Beberapa catatan dalam penerapan pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual yaitu:

1) kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada

aktivitas siswa secara penuh baik fisik maupun mental

2) kontekstual memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan

tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata

3) Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk

memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji

data hasil temuan peserta didik di lapangan

4) Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil

pemberian dari orang lain (Wina Sanjaya, 2006: 270-272).

Kebaikan-kebaikan metode kontektual antara lain:

1) mengutamakan pada pengetahuan dan dunia nyata

2) mengembangkan daya fikir siswa

3) berpusat pada siswa

4) mengembangkan siswa aktif, kritis dan memecahkan masalah

5) siswa belajar menyenangkan, mengasyikan dan tidak

membosankan.

Kelemahan metode ini adalah:

2) daya pikir siswa berbeda-beda

3) kadang sulit mengendalikan siswa dengan jumlah yang banyak

Penerapan pembelajaran kontekstual dalam pokok bahasan

“Menghargai Jasa Para Pahlawan dalam Mempertahankan Kemerdekaan”. Berikut ini peneliti sajikan skema pembelajaran yang

dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual.

No Komponen

1. Kontruktivisme (constructivism)

a.menggali pengetahuan awal siswa

b.mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna

c.mengaitkan pengetahuan awal tentang

“Menghargai Jasa Para Pahlawan dalam

Mempertahankan Kemerdekaan” dengan dunia

nyata

2. Bertanya (questioning)

a.setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi

b.siswa berdiskusi secara klasikal

c.siswa bersama guru membuat kesimpulan

3. Menemukan (inquiry)

a.Siswa diberi masalah atau tugas kelompok b.Siswa menyelesaikan masalah

c.Siswa menyimpulkan dalam diskusi

4. Masyarakat belajar (learning community)

a.pembagian kelas menjadi beberapa kelompok (satu kelompok antara 4-5 siswa)

b.siswa belajar dengan berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah dan mencari solusinya

c.siswa dibawa ke monumen

5. Permodelan (modeling)

d.guru memberikan contoh cara kerja LKS e.dalam proses pembelajaran guru mengajarkan

dalam bentuk model bukan hanya lesan

6. Refleksi (reflection) Siswa mengungkapkan (lesan/ tulisan) yang telah dipelajari secara kelompok atau mandiri

7. Penilaian sebenarnya Penilaian sebenarnya meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor

Berdasarkan skema di atas, proses pembelajaran konsep

“Menghargai Jasa Para Pahlawan dalam Mempertahankan Kemerdekaan” dengan pendekatan kontekstual dilaksanakan sebagai

berikut:

1) pendahuluan yaitu memberiksn apersepsi dengan menggali

pengetahuan siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaiatan

dengan “Menghargai Jasa Para Pahlawan dalam Mempertahankan Kemerdekaan”

2) pembagian kelompok yang terdiri dari empat sampai lima siswa

yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda-beda.

Pembegian kelompok dengan menjadikan siswa yang berbeda-beda

kemampuannya dimaksudkan agar siswa lebih mudah menemukan

dan memahami konsep yang sulit, sehingga mereka dapat saling

mendiskusikan masalah-masalah dengan teman sekelompoknya

3) memberikan permasalahan kepada siswa berupa pertanyaan pada

LKS. Bersama teman sekelompoknya siswa memecahkan masalah.

Diharapkan siswa dapat menemukan sendiri berdasarkan

pengalaman dan pengetahuan serta mendiskusikan dengan

kelompoknya. Dilanjutkan dengan menarik kesimpulan.

4) Presentasi yaitu memberikan kesempatan setiap kelompok untuk

menyampaikan hasil diskusi.

5) Diskusi secara klasikal dimaksudkan agar siswa saling melengkapi

6) Refleksi yaitu siswa mengungkapkan kembali secara lisan atau

tulisan apa yang telah mereka pelajari untuk mengetahui sejauh

mana respon siswa terhadap pokok bahasan “Menghargai Jasa Para Pahlawan dalam Mempertahankan Kemerdekaan”.

Dokumen terkait