• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulisan skripisi ini berkisar tentang masalah due diligence dalam akuisisi perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sehingga dalam tinjauan kepustakaan penulis mencoba untuk mengemukakan ketentuan dan batasan yang akan menjadi sorotan dalam mengadakan studi kepustakaan.

Proses due diligence adalah penelitian yang dilakukan terhadap seluruh aspek perusahaan untuk mendapatkan keyakinan atas kondisi perusahaan tersebut

Menurut Dictionary of Banking Terms Thomas P. Fitch, second edition,

Due Diligence adalah :

The responsibility of securities underwriters to explain relevant details of a new securities to interested purchasers”.

Menurut Dictionary of Investing Jerry M. Rosenberg disebut “Due Diligence Session” yaitu :

Bringing together a firm’s officials whose securities are to be issued with an underwriting sindicate in compliance with the securities act, to be questioned pertaining to a prospectus, registration of securities, and other relevant financial matters”

Menurut Laksanto Utomo, Due Diligence adalah sebuah mekanisme dari suatu verifikasi yang kompleks terhadap keberadaan suatu subjek hukum berikut aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dari sudut pandang hukum yang dilakukan secara objektif dan sistematis berdasarkan sistem hukum nasional yang berlaku.

Menurut Hukum Pasar Modal, proses due diligence adalah proses pemeriksaan formal secara mendetail terhadap berbagai item penting dari suatu perusahaan untuk menentukan apakah suatu perusahaan sudah siap atau belum untuk go public.

Adapun hal-hal yang dilakukan pemeriksaan dalam proses due diligence

tersebut adalah meliputi : anggaran dasar beserta kelengkapan amandemennya, daftar pemegang saham, daftar anggota direksi dan komisaris, daftar lokasi bisnis,

financial statement, kontrak-kontrak yang dibuat oleh emiten, liabilitas ( short terms, long terms, dan contingens ), polis asuransi, hak milik intelektual, daftar produksi, perkara-perkara ligitasi, daftar supplier, daftar pelanggan, dan lain- lain.13

      

13

Abdul R. Saliman, Hermansyah, dan Ahmad Jalis, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori dan Contoh Kasus), (Jakarta : Prenada Media, 2005), hal. 246.

Secara terminologi due diligence ini tidak terdapat di dalam Undang- Undang tentang Pasar Modal atau peraturan lainnya baik di Indonesia maupun di Amerika Serikat, akan tetapi istilah ini sudah sangat dikenal terutama bagi kalangan bisnis yang berkecimpung di Pasar Modal, due diligence ini merupakan gabungan dari beberapa konsep yang saling berhubungan, yaitu konsep bisnis dan konsep hukum perusahaan serta peraturan pasar modal.

Sedangkan Istilah pengambilalihan sebelumnya tidak dikenal dalam Hukum Perusahaan yang berlaku di Indonesia (dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) ataupun peraturan perundang-undangan lainnya, tetapi dalam praktek istilah Akuisisi telah lama dipergunakan.14

Secara umum dapat dikatakan bahwa akuisisi adalah perbuatan memiliki harta benda tertentu. Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas menggunakan istilah “pengambilalihan” untuk pengertian akuisisi ini.

Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 angka 11 menyebutkan bahwa :

Pengambilalihan adalah :

“Perbuatan hukum yang dilakukan oleh Badan Hukum atau orang perseorangan untuk mengambilalih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut”. 15

Selain defenisi yang disebutkan dalam UUPT terdapat defenisi lain tentang Pengambilalihan atau akuisisi. Menurut Peraturan Pemerintah No. 27

      

14

Habib Adjie, Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan dalam Perseroan Terbatas, (Bandung : Penerbit Mandar Maju, 2003), hal. 14.

15

Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambialihan Perseroan Terbatas Pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa :

“ Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambilalih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut”.16

Menurut Peter Salim, Akuisisi berarti Pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lain, biasanya dicapai dengan membeli saham perusahaan lain.17

Menurut Retnowulan Sutantio, Akuisisi adalah Kepemilikan suatu perusahaan diambil alih dengan cara membeli seluruh atau sebagian saham-saham perusahaan itu.18

Menurut Prof. Felix Oentoeng Soebagjo, Akuisisi perusahaan itu pada dasarnya berbeda dengan merger dan juga berbeda dengan konsolidasi. Jika yang dilakukan adalah akuisisi perusahaan maka baik pihak yang melakukan akuisisi maupun pihak yang diakuisisi tetap eksis. Pihak yang melakukan akuisisi tersebut akan menjadi pengendali dari pihak yang akan diakuisisi. Perbedaannya dengan merger adalah bahwa pada suatu merger yang dilakukan secara penuh dan tuntas, akan menjadikan salah satu pihak di antara pihak-pihak yang akan melakukan merger menjadi surviving company, sedangkan pihak-pihak lainnya merupakan

disappearing company. Di lain pihak, jika para pihak memilih melakukan kosolidasi, maka yang akan menjadi surviving company dalah perusahaan baru

      

16

Lihat Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1998.

17

Peter Salim, Applied Business Dictionary, (Jakarta : Modern English Press, 1989), hal. 2.

18

Retnowulan Sutantio, Holding Company, Merger, Dan Lain-lain Bentuk Kerjasama Perusahaan, hal. 11.

yang didirikan oleh para pihak sedangkan perusahaan yang menjadi peserta peleburan menjadi pendiri dari perusahaan.19

Berdasarkan definisi pengambilalihan sebagaimana yang dimaksud di atas, maka dapat ditarik beberapa unsur yang melekat dalam pengambilalihan antara lain, yaitu :

1. Pengambilalihan adalah suatu perbuatan hukum;

2. Pihak yang mengambil alih adalah orang atau Badan Hukum ;

3. Metode pengambilalihan dengan cara melakukan pengambilalihan saham ; 4. Pengambialihan saham itu dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian

atas perseroan tersebut.

Menurut Prof. Felix Oentoeng Soebagjo, pengambilalihan saham yang diambil alih tersebut harus bersifat signifikan dimana pengambilalihan saham tersebut memungkinkan orang atau badan hukum yang mengambilalih itu dapat mengendalikan perseroan yang diambilalih, dan jika saham yang diambil alih tersebut tidak signifikan atau yang bersangkutan hanya menjadi pemegang saham mayoritas di perseroan yang bersangkutan, maka pengambilalihan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pengambilalihan atau akuisisi.20

      

19

Eko Cahyo Purnomo, Akuisisi dan Proses Legal Due Diligence dalam Akuisisi Perseroan Terbatas, Http://www.google.com , yang diakses pada tanggal 22 September 2010, hal. 1.

20

Dokumen terkait