• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanaman Nanas

Nanas merupakan anggota dari famili Bromeliaceae yang terdiri dari 45 genus serta 2000 spesies. Nanas dikenal dengan nama latin yaituAnanas comosus

L. Merr (syn.A. sativusSchult. f., Ananassa sativaLindl.,Bromelia ananasL.,B. comosaL.). Nanas dikenal dengan beberapa nama lokal di berbagai negara, yaitu

pina di Spanyol, abacaxi di Portugis, ananas di Belanda dan Perancis, nanas di Asia, po-lo-mah di Cina,sweet pine di Jamaika, danpine di Guatemala (Morton 1987).

Taksonomi

Klasifikasi tanaman nanas menurut Collins (1960) yaitu sebagai berikut: Kingdom: Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi: Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Kelas: Angiosperma (berbiji tertutup)

Ordo: Farinosae (Bromeliales) Famili: Bromiliaceae

Genus:AnanasdanPseudoananas

Asal dan Distribusi

Tanaman nanas berasal dari Amerika tropis, yakni Brazil, Argentina, dan Peru. Pada saat ini, nanas telah tersebar ke seluruh dunia, terutama di sekitar khatulistiwa antara 30° LU dan 30° LS (Sunarjono 2006).

Kultivar Nanas

Menurut Nakasone & Paull (1998), kultivar nanas dibagi dalam lima kelompok yaituCayenne, Queen, Spanish, Abacaxi, danMaipure.

Cayenne. Kultivar ini tersebar luas, banyak ditemukan di Filipina, Thailand, Hawai, Kenya, Meksiko, dan Taiwan. Nama lain dari kultivar ini yaitu

smooth cayenne.” Kultivar ini merupakan standarisasi nanas untuk processing

dan perdagangan buah segar, karena bentuknya yang silinder, bermata dangkal (shallow eyes), daging buah berwarna kuning, rasanya tidak terlalu asam, dan memiliki hasil produksi yang tinggi. Pilihan lokal biasanya dikenal dengan nama asalnya, seperti “Serawak” di Malaysia, “Champaka” yang merupakan asli dari India, namun banyak hidup di Hawaii. Kelemahan kultivar ini yaitu rentan terhadap kutu putih dan nematoda (Nakasone & Paull 1998).

Ciri-ciri kultivarCayenne yaitu tinggi batang dan tangkai buah 20-50 cm. Garis tengah batang yang terbesar termasuk daun berkisar 7,6-15 cm. Jumlah daun berkisar antara 60-80 helai. Daun paling panjang kira-kira 101 cm, paling lebar 6,5 cm. Daun berbentuk palung yang dangkal dengan tepi lurus, tidak bergelombang. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua dengan tambahan warna merah kecoklatan yang tidak teratur yang disebabkan adanya pigmen antosianin dalam epidermis. Permukaan daun bagian bawah tidak memiliki antosianin, bagian ini bewarna kelabu perak karena adanya trikome yang tebal. Pada tangkai buah tumbuh cabang (slips) 0-10 buah. Jumlah dan besarnya tergantung pada kesehatan tanaman. Tunas batang (shoots) berjumlah 0-3 buah. Anakan (sucker) jumlahnya lebih sedikit dan bentuknya lebih ramping, daunnya lebih panjang daripada tunas batang. Jumlah bunga dalam rangkaian bunga berkisar 150 dan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Warna daun mahkota bunga biru pucat dengan sedikit warna ungu mengkilat.

Buah terdapat pada ujung tangkai buah dengan bagian bawah lebih besar daripada bagian ujung. Buah dengan ukuran berat di atas rata-rata bentuknya meruncing dari dasar ke ujung, sedangkan buah dengan berat di bawah rata-rata bentuknya mendekati silinder. Sebelum buah masak warna kulit buahnya kehitaman dan sesudah buah masak kulit buah tersebut berubah menjadi kuning oranye tua dengan beberapa corak hijau. Daging buah berwarna kuning pucat hingga kuning, hal ini tergantung pada keadaan iklim dan lingkungan sekitar. Pada panen buah musim kemarau warna daging buah berwarna lebih kuning dan jernih daripada ketika musim hujan (Hidayat 2006).

Queen. Kultivar ini memiliki jumlah tunas batang per tanaman adalah 0-3 dan ukurannya lebih kecil daripada tunas batang Cayenne. Tepi daun berduri

kecil-kecil, rapat, dan tajam. Tangkai buah pendek, dengan panjang berkisar 7-12 cm. Bentuk buah bagus dan berwarna kuning emas. Berat buah berkisar antara 0,9-1,3 kg. Apabila telah masak, daging buahnya juga berwarna kuning emas, kurang berair, tidak berserat, tekstur rapuh, aroma dan rasa sangat baik, serta rasanya pun manis. Kultivar“Z-Queen”atau“James Queen”dilaporkan menjadi mutan dari “Natal Queen” dan merupakan tetraploid alami (Nakasone & Paull 1998; Ashari 1995).

Spanish. Menurut Nakasone & Paull (1998), nanas kultivar ini memiliki ukuran kecil sampai medium, daun berduri, dan resisten terhadap kutu putih. Namun, kultivar ini rentan terhadap serangan larva Batrachedra sp. Nanas kultivar Spanish ini cocok dikonsumsi sebagai buah segar, tetapi tidak cocok untukcanning(pengalengan).

Abacaxi. Kultivar ini banyak ditanam di Brazil, Amerika Latin dan wilayah Caribbean untuk pasar lokal. Daun berduri dengan panjang berkisar antara 60-65 cm. Tangkai buah kaku, buah berbentuk seperti piramid. Cawan bunga dangkal, daging buah kuning pucat, kandungan serat rendah, cairan buah banyak, dan rasanya baik. Kelebihan kultivar ini yaitu tahan terhadap penyakit busuk hati dan busuk akar. Kultivar nanas ini tidak cocok untuk canning dan buah segar untuk diekspor. Namun, nanas ini disukai di pasar lokal karena air dan rasanya yang manis (Nakasone & Paull 1998).

Maipure. Nanas kultivar ini banyak ditanam di Amerika Utara dan Tengah dan dimanfaatkan sebagai komoditas perdagangan buah segar pasar lokal (Nakasone &Paull 1998).

Syarat Tumbuh

Menurut Sunarjono (2006), tanaman nanas menghendaki dataran rendah hingga dataran tinggi 1.200 mdpl. Tanaman ini tidak tahan terhadap salju, tetapi tahan sekali terhadap kekeringan. Namun, tanaman nanas lebih senang terhadap tanah subur, daerah beriklim basah dengan curah hujan 1.000-2.500 mm per tahun. Tanaman nanas tahan terhadap tanah asam yang mempunyai pH 3-5, tetapi paling baik adalah pH tanah antara 5-6,5. Oleh karena itu, tanaman nanas bagus pula dikembangkan di lahan gambut. Tanaman nanas dapat tumbuh di lahan

terbuka, tetapi dapat pula tumbuh subur di tempat yang ternaungi pohon besar. Namun, di tempat terbuka yang mendapat sinar matahari terik, buahnya sering hangus. Tanaman masih mampu berbuah di daerah beriklim kering (4-6 bulan kering), asalkan kedalaman air tanah antara 50-150cm. Hal ini disebabkan akarnya yang dangkal, tetapi tanaman mampu menyimpan air.

Budidaya Nanas

Nanas ditanam dengan sistem dua-dua baris. Tiap baris pada jarak 60 cm x 60 cm dan jarak antar baris 150 cm. Namun, nanas dapat pula ditanam pada jarak antara 30-40 cm. Semakin rapat jarak tanamnya, buah yang dihasilkan semakin kecil. Untuk kebutuhan industri canning biasanya diperlukan buah berukuran kecil (jarak tanam 30 cm x 40 cm) silindris.

Pupuk kandang yang diperlukan 5-10 kg per lubang tanam. Selain itu juga digunakan pupuk buatan dengan dosis 300 kg urea, 600 kg TSP, dan 300 kg KCl per hektar per tahun. Pupuk buatan diberikan dua kali, yaitu pada umur empat minggu dan delapan minggu setelah tanam. Namun, pemberian pupuk urea yang berlebihan dapat mendorong terjadinya mahkota ganda (multiple crown) dalam satu buah sehingga menyebabkan buah menjadi kecil dan terbentuk buah ganda (satu tangkai ada banyak buah yang berdempetan).

Pemeliharaan selanjutnya yaitu pembersihan gulma, terutama alang-alang (Imperata cylindrica L.). Hal ini dilakukan karena keberadaan gulma dapat menurunkan produksi nanas antara 20-42%. Tindakan pemeliharaan yang juga dianjurkan adalah pembuatan saluran-saluran drainase untuk mencegah serangan penyakit busuk akar dan busuk hati (titik tumbuh).

Untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi, titik tumbuh tanaman disemprot dengan Ethrel 40 PGR dengan dosis 70-200 ppm (1 ppm = 1 mg/liter air). Satu bulan kemudian tanaman akan berbunga. Sebaiknya penggunaan ethrel dilakukan setelah tanaman berumur 6 bulan, yaitu pada saat jumlah daun tanaman mencapai 20-30 helai. Cara ini bertujuan agar tanaman berbunga serempak (Sunaryono 1981). Sebagai pengganti ethrel, dapat digunakan karbid 200-300 mg yang dimasukkan ke titik tumbuh (Sunarjono 2006).

Panen

Buah harus dipanen seteleh tua benar atau matang pohon yaitu pada saat matanya datar dan tampak jarang. Buah nanas yang mulai matang akan mengeluarkan aroma khas dan bila dipukul (diketuk) akan mengeluarkan suara menggema. Bulan-bulan panen besar nanas yaitu Desember, Januari, dan Juli.

Hama Tanaman Nanas

Permasalahan hama merupakan salah satu kendala dalam budidaya nanas. Berikut ini merupakan beberapa hama penting yang menyerang tanaman nanas. 1. Kutu putihDysmicoccus brevipes(Cockerell) (Hemiptera: Pseudococcidae) 2. Uret (Pineapple white grubs) Lepidiota grata, Rhopaea magnicornis, dan

lain-lain (Coleoptera: Scarabaeidae)

3. Onion or yellow spot thrips, Thrips tabaci(Thysanoptera: Thripidae)

4. Kutu sisik (Pineapple scale), Diaspis bromeliae (Hemiptera: Diaspididae) (Kerner)

5. TikusRattus tiomanicus, R. argentiventer, R. exulans(Rodentia: Muridae) Kutu putih, Dysmicoccus brevipes (Cockerell) (Hemiptera: Pseudococcidae). Serangga ini merupakan vektor Pineapple Mealybug Wilt associated Virus (PMWaV) yang sering menyerang pertanaman nanas. Ciri-ciri pada serangga dewasa tungkainya terlihat pendek dan membengkok. Pada tibia terdapat pori translusen. Bentuknya oval dan melebar, tersklerotisasi pada daerah lobusanal dan ruas ke-2 dari belakang. Ciri khasnya yaitu terdapat 2 seta yang besar pada bagian lobus anal, 2 porus disciodal dekat mata, dan di ruas ke-8 bagian dorsal terdapat seta-seta panjang yang diantaranya terdapat pori granular (Nainggolan 2006). Serangga ini lebih banyak menginfestasi nanas kultivar

Smooth Cayenne(Samson 1992).

Uret (Pineapple white grubs) Lepidiota grata, Rhopaea magnicornis,

dan lain-lain(Coleoptera: Scarabaeidae). Hama ini merusak bagian perakaran. Larva berbentuk C (scarabaeiform) dan berpupa di dalam tanah (Pena et al.2002; Sunarjono 2006).

Onion or yellow spot thrips, Thrips tabaci (Thysanoptera: Thripidae). Serangga ini merupakan vektor Tomatto Spotted Wilt Virus (TSWV) yang

menyerang tanaman muda dan dapat meyebabkan kematian tanaman (Pena et al.

2002).

Kutu sisik (Pineapple scale), Diaspis bromeliae (Kerner) (Hemiptera: Diaspididae). Hama ini menyerang bagian daun. Bagian buah juga banyak yang terinfestasi, terutama ratoon fruits (Pena et al. 2002). Tanaman yang terserang kutu ini daunnya akan keriput dan pucat.

Tikus Rattus tiomanicus, R. argentiventer, R. exulans (Rodentia: Muridae). Menurut Priyambodo (2003), pada umumnya serangan tikus terjadi di pertanaman nanas yang terletak dekat pemukiman warga atau sawah dan ladang.

Penyakit pada Tanaman Nanas

Selain hama, penyakit juga menjadi kendala dalam budidaya tanaman nanas, sehingga menurunkan hasil baik kualitas maupun kuantitas. Beberapa penyakit penting pada tanaman nanas adalah:

1. Busuk pangkal (base rot) atau busuk lunak (soft rot)

2. Penyakit layu (Mealybug Wilt of Pineapple/MWP) 3. Busuk hati (titik tumbuh)

4. Busuk akar

5. Tomatto Spotted Wilt Virus(TSWV)

6. NematodaPratylenchus brachyurus(Lesion nematodes) 7. Busuk buah bakteri

Busuk pangkal (base rot) atau busuk lunak (soft rot). Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Ceratocytis paradoxa dengan gejala yang dapat diamati pada batang, pangkal daun, buah dan bibit. Gejala yang tampak pada bibit nanas yaitu terjadi busuk lunak yang berwarna coklat pada pangkalnya yang meluas ke atas (daun-daun) sebelum atau sesudah bibit dipindah ke lapangan. Serangan pada daun ditandai dengan timbul bercak-bercak putih kekuningan atau coreng-coreng (streak) yang melebar dan pendek. Buah matang yang terinfeksi membusuk, berwarna kuning yang akhirnya berubah menjadi hitam, biasanya mulai dari bidang potongan tangkai dan mengeluarkan bau yang khas. Kerugian terbesar yang diakibatkan yaitu saat buah setelah dipetik. Patogen penyakit ini hanya dapat mengadakan infeksi melalui luka, baik luka karena pemotongan

maupun karena penanganan yang kasar. Bibit-bibit yang mempunyai bidang potongan yang cukup besar pada pangkalnya, sangat rentan terhadap penyakit, terutama jika banyak hujan (Semangun 2007).

Penyakit layu/Mealybug Wilt of Pineapple (MWP). Penyakit ini disebabkan oleh PMWaV (Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus). Gejala yang terjadi yaitu daun berwarna kuning hingga kemerahan, melengkung ke bawah dan layu mulai dari ujungnya. Ujung daun mengalami nekrotik. Jika diperhatikan tidak ada perbedaan gejala yang signifikan, jika dibedakan menurut stadia tanaman (Nainggolan 2006; Damanik 2008). Tingkat keparahan penyakit sangat tergantung kepada konsentrasi virus di tanaman tersebut. Infeksi kutu putih berpengaruh terhadap kemunculan gejala (Juarsa 2005).

Menurut Amalia (2008) berdasarkan penelitian di Subang, akibat penyakit ini petani mengalami kerugian ekonomi yang nyata (signifikan). Ketika tingkat serangan kurang dari 37%, keuntungan petani berkurang 5%. Sedangkan pada tingkat serangan di atas 40% mengakibatkan kerugian yang lebih besar, yaitu mencapai 45%. Ambang tindakan yang disebabkan oleh MWP adalah pada saat kejadian penyakit (KP) sebesar 32,59%.

Novianti (2008) menyatakan bahwa, penyakit layu dapat menyebabkan: (a) penurunan bobot akar sebesar 39,49%, (b) penurunan kualitas buah, seperti penurunan bobot buah mencapai 62,11%, serta (c) penurunan diameter buah 17,65%, dan panjang buah sebesar 26,90%. Namun, buah dari tanaman yang terserang MWP ini tetap manis seperti buah tanaman yang sehat.

Busuk hati (titik tumbuh). Penyakit ini disebabkan oleh cendawan

Phytophthora cinnamomi. Tanaman muda yang terserang penyakit ini mempunyai daun yang klorosis denganujung nekrotik, daun-daun muda mudah dicabut dan pangkalnya busuk. Bagian daun yang membusuk mempunyai batas yang berwarna coklat. Pembusukan dapat meluas ke bagian batang tanaman. Bagian yang busuk berbau tidak sedap. Pada tanaman tua jarang terjadi infeksi, jika hal ini terjadi, umumnya hanya sebatas pada jaringan sukulen pada bagian atas batang dan terbatas pada petak kecil di lapang. Tanaman yang terserang penyakit ini tidak selalu mati, hanya rebah dan membentuk tunas-tunas baru dan secara perlahan melanjutkan pertumbuhannya. Patogen penyebab penyakit busuk

hati ini dibantu oleh curah hujan yang tinggi dan memberikan kerugian yang lebih besar di tanah yang basah dan sejuk (±25°C) (Semangun 2007).

Busuk akar. Penyakit busuk akar disebabkan oleh cendawan

Phytophthora parasitica. Penyakit ini menyebabkan pembusukan pada sebagian besar sistem perakaran. Tanaman yang sakit pertumbuhannya terhambat, sehingga pematangan buahnya juga tertunda. Penyakit ini akan berkembang dengan baik pada kondisi pertanaman nanas yang drainasenya tidak baik atau tergenang air. Penyebaran patogen dibantu oleh curah hujan yang tinggi. Penyakit ini memberikan kerugian yang lebih besar di tanah yang lebih kering dan lebih panas (30°C) (Semangun 2007).

Tomatto Spotted Wilt Virus (TSWV). TSWV disebarkan oleh vektor

Thrips tabaci Lind. Menurut Pena et al. (2002), patogen ini menyebabkan daun nanas mengecil dan bergaris kuning.

Nematoda Pratylenchus brachyurus (Lesion nematodes). Gejala yang ditimbulkannya yaitu bintil-bintil pada akar. Nematoda ini merupakan nematoda migratori endoparasit. Nematoda dewasa meletakkan telur di jaringan akar dan tanah, namun semua stadia nematoda dapat bermigrasi ke dalam dan keluar akar. Gejalanya sangat sulit diidentifikasi di lapangan, tetapi terdapat lesio berwarna kegelapan dan merusak bagian akar (Penaet al.2002).

Busuk buah bakteri. Patogen dari penyakit ini yaitu Erwinia chrysanthemi(Sunarjono 2006). Gejala yang ditimbulkan yaitu pembusukan pada bagian buah dan tercium bau yang tidak sedap.

Penelitian dil Sugihwaras, dan Man (Gambar 1), yang dim identifikasi dilakukan Departemen Proteksi Entomologi, LIPI (Le September 2011 sampa

Bahan dan ala nanas yang terseran wawancara petani nan kantong plastik,hand

(live trap), dan se laboratorium yaitu ca stereo, jarum, serta buku

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

dilakukan di perkebunan nanas di tiga desa Manggis, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kedi dimulai pada Juli 2011 sampai dengan Agustus kukan di Klinik Tanaman dan Laboratorium Taksonom

ksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB, sert Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Cibinong mpai dengan Oktober 2011.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Bahan dan Alat

lat yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu ang hama dan penyakit, sampel serangga nanas, alat tulis, blangko pengamatan, botol film

hand loupe, kuas, sarung tangan, jaring serangga, sepatu boots. Sedangkan peralatan yang cawan petri, kapas, akuades, mikroskop compound

buku identifikasi.

esa yaitu Sempu, ediri, Jawa Timur ustus 2011. Proses ksonomi Serangga, rta Laboratorium binong, Bogor pada

tu sampel tanaman hama, blangko film, alkohol 70%, gga, perangkap tikus ng digunakan di

Wawancara Petani

Metode pertama yang dilakukan yaitu wawancara petani nanas menggunakan blangko wawancara yang telah disiapkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai teknik budidaya yang dilakukan oleh para petani dan hama penyakit penting yang menyerang pertanaman nanas setempat beserta cara pengendaliannya.

Pengamatan dan Pengukuran Kejadian dan Keparahan Penyakit serta Persentase Tanaman Terserang Hama

Proses pengamatan dan pengukuran kejadian dan keparahan penyakit serta persentase tanaman terserang hama dilakukan di lapangan di tiga desa (Sempu, Sugihwaras, dan Manggis) dengan 9 kebun nanas untuk setiap desa. Pengamatan dilakukan berdasarkan pengelompokan tanaman muda (0-6 bulan), sedang (7-13 bulan), dan tua (≥14 bulan). Setiap stadia umur tanaman terdapat 3 kebun pengamatan di setiap desa. Terdapat kebun pengamatan tambahan yaitu: (a) kebun pengamatan untuk hama tikus dan kera masing-masing sebanyak 1 kebun dan (b) kebun pengamatan kultivar baru tanaman nanas di Kecamatan Ngancar. Kultivar baru tersebut adalah Smooth Cayenne-Master Diamond 2 (SC-MD 2) dengan 2 perlakuan yaitu menggunakan mulsa dan tidak menggunakan mulsa. Sehingga terdapat 30 kebun pengamatan. Pada setiap kebun pengamatan diambil 15 tanaman contoh secara diagional (Gambar 2).

Gambar 2 Sketsa kebun pengamatan.

Indrayani (2008) menyatakan bahwa pengambilan sampel dengan metode sistematik dapat memberikan hasil yang sama dengan metode acak sederhana

2 s.d. 14 berada di antaranya 1

dalam pengamatan penyakit MWP dan juga penyakit lainnya yang memiliki pola pemencaran serangan serupa dengan penyakit MWP.

Menurut Karyatiningsih (1980), pengamatan intensitas penyakit (keparahan penyakit) yang disebabkan oleh cendawan yang menyerang tanaman dihitung menggunakan metode Townsend dan Heuberger, dengan rumus sebagai berikut:

KP =∑ ௡௏୞୒ x 100% Keterangan:

KP= keparahan penyakit

n = jumlah tanaman dalam setiap kategori v = nilai numerik dari kategori serangan

Z = kategori serangan dengan nilai numerik tertinggi N = jumlah seluruh tanaman yang diamati

Tabel 1 berikut menyajikan keparahan dan nilai numerik penyakit yang digunakan.

Tabel 1 Keparahan dan nilai numerik penyakit nanas

Keparahan penyakit (%) Nilai numerik

0 0 0<x ≤20 1 20<x≤40 2 40<x≤60 3 60<x≤80 4 80<x≤100 5

Untuk virus dan bakteri yang menunjukkan gejala sistemik dihitung dengan jumlah tanaman terserang dibagi dengan jumlah tanaman yang diamati dikali dengan 100%. Rumus yang digunakan sama seperti rumus penghitungan kejadian penyakit (KP). Pengukuran KP dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

KP = kejadian penyakit

n = jumlah tanaman terserang N = jumlah tanaman yang diamati

Pengukuran persentase tanaman terserang hama dilakukan dengan menggunakan rumus yang sama dengan kejadian penyakit, yaitu:

L =௡x 100% Keterangan:

L = persentase tanaman terserang hama n = jumlah tanaman terserang

N = jumlah tanaman yang diamati

Tingkat serangan tikus dihitung berdasarkan metode irisan diagonal. Caranya dengan dibuat garis diagonal dari suatu lahan pertanaman nanas yang akan dihitung dengan batas lahan berupa pematang atau benda alami. Pada garis tanaman terdiri dari 15 tanaman contoh. Tanaman pertama (ke-1) berada pada sudut diagonal awal pengamatan dan tanaman terakhir (ke-15) berada pada sudut diagonal seberang (akhir pengamatan). Rumus yang digunakan sama seperti perhitungan persentase tanaman terserang hama.

Kelebihan dari metode ini dibandingkan dengan metode Malaysia dan Filipina adalah hemat waktu. Selain itu, pengambilan tanaman contoh secara diagonal pasti akan mendapatkan tanaman nanas yang diserang oleh tikus. Alasan dipilihnya metode ini karena hama tikus pada tanaman nanas hanya menyerang buahnya saja, tidak seperti pada tanaman padi yang juga diserang bagian anakannya. Metode yang sama juga digunakan untuk menghitung tingkat serangan hama kera dan gejala hama lain yang belum teridentifikasi.

Pengambilan Sampel Hama dan Tanaman Bergejala Penyakit

Pengambilan sampel serangga hama dan tanaman bergejala penyakit diperlukan untuk identifikasi lanjut di laboratorium. Sampel serangga hama dimasukkan ke dalam botol film yang berisi alkohol 70%. Sampel tanaman sakit diambil pada hari-hari terakhir pengamatan agar masih segar dan dibungkus menggunakan Koran. Sampel hama tikus didapatkan dengan menggunakan perangkap live trap/perangkap pasar yang dipasang di tepi kebun pengamatan nanas dengan umpan rodentisida. Pengamatan hama kera dilakukan pagi sampai dengan sore hari pada waktu tertentu yang merupakan waktu beraktifitas kera di kebun pengataman.

Sweeping(Penjaringan Serangga)

Selain dilakukan pengamatan, pengukuran, dan pengambilan sampel serangga hama dan tanaman bergejala, juga dilakukan sweeping (penjaringan serangga) di setiap kebun pengamatan nanas. Sweeping dilakukan untuk mengetahui kekayaan arthropoda yang terdapat di kebun pertanaman nanas. Proses ini dilakukan dengan menggunakan jaring serangga, lalu diayunkan sebanyak tiga kali di setiap plot. Pada tiap kebun pengamatan nanas, terdapat tiga plotsweeping yang terletak di bagian tengah kebun pengamatan dan berjarak 1 m antar plot (Gambar 3). Arthropoda yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam botol film berisi alkohol 70% dan dilanjutkan dengan proses identifikasi di laboratorium.

Gambar 3 Sketsa plot pengamatansweeping. 1

2 3

1m 1m

Identifikasi Hama, Patogen, dan HasilSweeping

Setelah dilakukan pengambilan sampel serangga hama dan tanaman bergejala, dilanjutkan dengan proses identifikasi dengan menggunakan beberapa buku kunci identifikasi. Kalshoven (1981) untuk identifikasi jenis uret, serta Williams & Watson (1988) untuk mengidentifikasi kutu putih. Selain itu juga digunakan beberapa buku lain untuk mengidentifikasi jenis serangga hasil

sweeping. Proses identifikasi kutu putih diawali dengan membuat preparat slide dari kutu putih terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan identifikasi.

Identifikasi jenis patogen dilakukan dengan pengamatan makroskopis gejala serta pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop stereo dan

compound. Buku identifikasi cendawan yang digunakan yaitu Barnett & Hunter (1999). Identifikasi virus dilakukan dengan mencocokan gejala dan bantuan Dr. Gede Suastika.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi Penelitian

Pengamatan dilakukan di kebun nanas tiga desa yaitu Desa Sempu, Sugihwaras, dan Manggis. Desa Sempu memiliki luas 1350 ha, dengan ketinggian 650-700 mdpl, curah hujan sedang, suhu rata-rata harian 25°-26°C. Desa Sugihwaras memiliki suhu rata-rata harian 27°C, ketinggian tempat 700-800 mdpl, dan curah hujan sedang. Desa Manggis memiliki suhu rata-rata harian yaitu 27°-30°C, curah hujan 850-1500 mm (sedang), dan ketinggian tempat 400 mdpl. Ketiga desa tersebut sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani nanas. Luas lahan pertanaman nanas yang dimiliki Desa Sugihwaras yaitu 200 ha dengan hasil panen 10 ton/ha, Desa Manggis 212 ha dengan hasil panen dapat mencapai 36 ton/ha, sedangkan Desa Sempu 125 ha dengan hasil panen mencapai 40 ton/ha. Lahan pertanaman nanas di Kecamatan Ngancar merupakan areal pertanaman yang terluas dibandingkan dengan komoditas lainnya. Sehingga kecamatan Ngancar ini merupakan salah satu daerah

Dokumen terkait