• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kopi

Kopi adalah tanaman yang berasal dari Afrika. Selain sebagai bahan minuman, kopi juga digunakan sebagai perisa berbagai macam pangan. Kopi bukan produk homogen; ada banyak varietas dan beberapa cara pengolahannya. Jenis kopi yang dibudidayakan di Indonesia kini, terutama dari jenis Robusta 80% dari seluruh produksi kopi Indonesia, Arabika (10 - 15%) dan sedikit Liberika serta belakangan juga jenis Arabusta yang merupakan hasil persilangan jenis Arabika dan Robusta. Daerah-daerah produksi kopi terpenting di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, NTB, Sulawesi dan NTT, yang termasuk ke dalam kopi rakyat. Sedangkan daerah kopi perkebunan meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Utara (Spillane, 1990).

Menurut Budiman (2012) taksonomi tanaman kopi adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Coffea Spesies : Coffea sp.

Seperti umumnya tumbuhan tingkat tinggi, tanaman kopi juga dapat dibedakan atas akar, batang, daun dan bunga. Masing-masing organ ini mempunyai ciri morfologi tersendiri. Persamaan dan perbedaan dengan tumbuhan

lain inilah yang menjadi salah satu dasar pengklasifikasiannya.

Akar

Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Tetapi akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang bawahnya merupakan semaian. Tanaman kopi yang bibitnya berasal dari bibit stek, cangkokan, atau bibit okulasi yang batang bawahnya merupakan bibit stek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah.

Batang

Tanaman kopi tumbuh tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai tinggi 12 m. Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. Tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yaitu cabang reproduksi, cabang primer, cabang sekunder, cabang kipas, cabang pecut, cabang balik, dan cabang air (Najiyati dan Danarti, 1997).

Daun

Kopi mempunyai bentuk daun bulat telur, ujungnya agak meruncing sampai bulat. Daun tersebut tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting tersusun berdampingan. Permukaan daun kopi berbeda-beda, ada yang datar tetapi ada pula yang berbentuk seperti talang; hal ini tergantung pada jenisnya pula. Daun dewasa berwarna hijau tua, sedangkan daun yang masih muda berwarna perunggu. Demikan pula mengenai ukuran besar daun pun berbeda-beda, ada yang berukuran panjang 10 - 20 cm, lebar 1,5 - 7,5 cm, tetapi ada yang lebih besar atau lebih kecil. Umur daun rata-rata satu tahun, setelah itu berguguran satu demi satu (AAK, 1988).

Bunga

Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun. Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang reproduksi. Tetapi bunga tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah dan hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Kuncup bunga berkembang secara serempak dan bergerombol.

Bunga tersusun dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 - 6 kuntum bunga. Pada setiap ketiak daun dapat menghasilkan 2 - 3 kelompok bunga, sehingga setiap daun dapat menghasilkan 8 - 18 kuntum bunga, atau setiap buku menghasilkan 16 - 36 kuntum bunga. Bunga kopi berukuran kecil, mahkotanya berwarna putih dan berbau harum. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benang sarinya terdiri dari 5 - 7 tangkai yang berukuran pendek.

Setelah terjadi penyerbukan, secara perlahan-lahan bunga akan berkembang menjadi buah. Mula-mula mahkota bunga tampak mengering dan berguguran. Kemudian kulit buah yang berwarna hijau makin lama makin membesar. Bila sudah tua kulit ini akan berubah menguning dan akhirnya menjadi merah tua. Waktu yang diperlukan sejak terbentuknya bunga hingga buah menjadi matang ± 6 - 11 bulan, tergantung dari jenis dan faktor-faktor lingkungannya. Kopi Arabika membutuhkan waktu 6 - 8 bulan, sedang kopi Robusta 8 - 11 bulan. Bunga kopi biasanya akan mekar pada permulaan musim kemarau sehingga pada

akhir musim kemarau telah berkembang menjadi buah yang siap dipetik (Najiyati dan Danarti, 1997).

Buah kopi yang muda berwarna hijau, tetapi setelah tua menjadi kuning dan kalau masak warnanya menjadi merah. Besar buah kira-kira 1,5 × 1 cm dan bertangkai pendek. Pada umumnya buah kopi mengandung 2 butir biji. Tetapi ada kalanya hanya ada satu butir biji, bahkan ada pula yag berbiji 3 - 4 butir. Buah kopi terdiri dari kulit dan biji. Kulit terdiri dari lapisan bagian luar tipis (eksokarp), daging buah (mesokarp) dan kulit tanduk (endocarp). Biji terdiri dari

dua bagian yaitu kulit biji atau kulit tanduk dan putih lembaga (endosperma) (AAK, 1988).

Gambar 1. Susunan buah kopi

Varietas

Menurut AAK (1988) walaupun jenis kopi banyak sekali jumlahnya, namun dalam garis besarnya ada tiga jenis besar, yaitu:

a. Kopi Arabika

Kopi Arabika berasal dari pegunungan Ethiopia (Afrika). Kopi jenis ini berdaun kecil, halus dan mengkilat, panjang daun 12 - 15 cm × 6 cm, panjang buah 1,5 cm. Kopi Arabika memiliki biji buah lebih besar, berbau harum dan rasanya lebih enak.

b. Kopi Canephora atau Robusta

Kopi Canephora berasal dari hutan-hutan khatulistiwa di Afrika, dari pantai barat

sampai di Uganda. Kopi jenis ini berdaun besar dengan panjang lebih dari 20 cm × 10 cm bergelombang, panjang buah ± 1,2 cm. Bau dan rasa kopi

Canephora tidak seenak kopi Arabika sehingga harganya lebih rendah, tetapi produksinya lebih tinggi.

c. Kopi Liberika

Kopi Liberika berasal dari dataran rendah dekat Monrovia di Liberika. Kopi jenis ini berdaun lebat, besar dan mengkilat, buah besar sampai 2/3 cm, tetapi biji kecil.

Jenis Arabika yang tidak tahan terhadap serangan Hemileia vastatrix

menyebabkan didatangkannya jenis-jenis baru seperti kopi Liberika. Dengan adanya tanaman campuran di satu kebun antara Arabika dan Liberika, maka secara tidak sengaja akan terjadi persilangan yang menghasilkan jenis-jenis baru, yakni apa yang disebut hibrida. Adapun hibrida-hibrida yang semula terkenal adalah:

a. Arabika × Liberika b. Liberika × Robusta c. Arabika × Robusta

Syarat tumbuh

Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus dan permeabel, atau dengan kata lain tekstur tanah harus baik. Tanah dengan struktur atau tekstur baik adalah tanah yang berasal dari abu gunung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanaman kopi menghendaki tanah dengan pH 5,5 - 6,5. Kopi Arabika tumbuh

optimal di dataran tinggi antara 1250 - 1850 m dari permukaan laut dengan suhu 17 - 21oC. Di Jawa kopi Canephora tumbuh optimal di ketinggian 300 - 700 m, sedangkan di tanah asalnya sampai ketinggian 1250 m dari permukaan laut. Temperatur yang dikehendaki untuk jenis ini ialah 21 - 24oC. Batas minimal curah hujan yang dikehendaki dalam satu tahun sekitar 1000 - 2000 mm, sedangkan yang optimal sekitar 1750 - 2500 mm (AAK, 1988).

Panen

Pemanenan buah kopi yang umum dilakukan dengan cara memetik buah yang telah masak pada tanaman kopi adalah berusia mulai sekitar 2,5 - 3 tahun. Buah matang ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua adalah buah masih muda, berwarna kuning adalah setengah masak dan jika berwarna merah maka buah kopi sudah masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe). Untuk mendapatkan hasil yang bermutu tinggi, buah kopi harus dipetik dalam keadaan masak penuh. Kopi Robusta memerlukan waktu 8 - 11 bulan sejak dari kuncup sampai matang, sedangkan kopi Arabika 6 - 8 bulan. Beberapa jenis kopi seperti kopi Liberika dan kopi yang ditanam di daerah basah akan menghasilkan buah sepanjang tahun sehingga pemanenan bisa dilakukan sepanjang tahun. Kopi jenis robusta dan kopi yang ditanam di daerah kering biasanya menghasilkan buah pada musim tertentu sehingga pemanenan juga dilakukan secara musiman. Musim panen ini biasanya terjadi mulai bulan Mei atau Juni dan berakhir pada bulan Agustus atau September (Prastowo, dkk, 2010).

Pascapanen

Dalam rangka pengembangan produk hilir tanaman perkebunan yang berdaya saing, berinovasi teknologi, serta berorientasi pasar dan berbasis sumberdaya lokal, maka pengembangan penanganan pascapanen haruslah dipandang sebagai satu bagian dari suatu sistem secara keseluruhan, dimana setiap mata rantai penanganan memiliki peran yang saling terkait. Produk hasil perkebunan seperti juga produk pertanian secara umum, setelah dipanen masih melakukan aktifitas metabolisme sehingga jika tidak ditangani dengan segera akan mengakibatkan kerusakan secara fisik dan kemik. Sifat mudah rusak (perishable) dari produk mengakibatkan tingginya susut pascapanen serta terbatasnya masa simpan setelah pemanenan sehingga serangga, hama dan penyakit akan menurunkan mutu produk (Ahmad, 2006).

Proses kopi secara kering (dry process) banyak dilakukan petani, mengingat kapasitas olah kecil, mudah dilakukan dan peralatan sederhana. Tahapan pascapanen kopi secara kering meliputi panen, sortasi buah, penjemuran atau pengeringan, pengupasan kopi, sortasi biji, pengemasan dan penyimpanan.

Buah kopi dikatakan sudah kering apabila waktu diaduk terdengar bunyi gemerisik. Pengeringan memerlukan waktu 2 - 3 minggu dengan cara dijemur. Penuntasan pengeringan sampai kadar air mencapai maksimal 12,5%. Pengupasan kulit buah kopi pada cara kering ini bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit tanduk.

Tahapan pascapanen kopi secara basah (fully washed) meliputi panen pilih, sortasi buah, pengupasan kulit buah merah, fermentasi, pencucian, pengeringan, pengupasan kopi hard skin (HS), sortasi biji kering, pengemasan dan

penyimpanan. Pengupasan kulit buah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin pengupas kulit buah (pulper). Fermentasi umumnya dilakukan untuk penanganan kopi Arabika, bertujuan untuk menguraikan lapisan lendir yang ada di permukaan kulit tanduk biji kopi. Pengupasan kedua dimaksudkan untuk memisahkan biji kopi dari kulit tanduk untuk menghasilkan biji kopi beras dengan menggunakan mesin pengupas. Pengeringan bertujuan mengurangi kandungan air biji kopi HS dari sekitar 60% menjadi maksimum 12,5% agar biji kopi HS relatif aman dikemas dalam karung dan disimpan dalam gudang pada kondisi lingkungan tropis (Ditjen Perkebunan, 2012).

Faktor yang berpengaruh terhadap nilai rendemen antara lain tingkat kematangan buah, komposisi senyawa kimia penyusun buah dan jenis proses. Proses basah umumnya menghasilkan rendemen yang lebih sedikit lebih kecil, karena perlakuan pengolahan lebih intensif sehingga biji kopi lebih bersih (Budiman, 2012).

Manfaat kopi

Mekanisme kerja kafein dalam tubuh adalah menyaingi fungsi adenosin (salah satu senyawa yang dalam sel otak bisa membuat orang cepat tertidur). dimana kafein itu tidak memperlambat gerak sel-sel tubuh, melainkan kafein akan membalikkan kerja adenosin sehingga tubuh tidak lagi mengantuk, tetapi muncul perasaan segar, jantung berdetak lebih kencang, tekanan darah naik, otot-otot berkontraksi dan hati akan melepas gula ke aliran darah yang akan membentuk energi ekstra. Kafein dapat menangkal radikal bebas dan menghancurkan molekul yang dapat merusak sel DNA (Budiman, 2012).

Standar mutu kopi

Menurut Budiman (2012) Indonesia telah menerapkan standar mutu kopi biji berdasarkan sistem nilai cacat kopi sejak tahun 1990. Standar mutu kopi biji yang berlaku saat ini adalah SNI 01-2907-2008 Kopi Biji hasil dari beberapa kali revisi.

Tabel 1. Syarat mutu umum kopi

No Kriteria Satuan Persyaratan

1 Serangga hidup - Tidak ada

2 Biji berbau busuk dan berbau kapang - Tidak ada

3 Kadar air % fraksi massa Maks 12,5

4 Kadar kotoran % fraksi massa Maks 0,5

Tabel 2. Syarat penggolongan mutu kopi

Mutu Syarat Mutu

Mutu 1 Jumlah nilai cacat maksimum 11 Mutu 2 Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25 Mutu 3 Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44 Mutu 4a Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60 Mutu 4b Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80 Mutu 5 Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150 Mutu 6 Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225

Catatan : Untuk kopi Arabika mutu 4 tidak dibagi menjadi sub mutu 4a dan 4b Tabel 3. Penentuan besarnya nilai cacat biji kopi

No Jenis Cacat Nilai Cacat

1 1 biji hitam 1

2 1 biji hitam sebagian ½

3 1 biji hitam pecah ½

4 1 kopi gelondong 1

5 1 biji coklat ¼

6 1 kulit kopi ukuran besar 1

7 1 kulit kopi ukuran sedang ½

8 1 kulit kopi ukuran kecil 1/5

9 1 biji berkulit tanduk ½

10 1 kulit tanduk ukuran besar ½

11 1 kulit tanduk ukuran sedang 1/5

12 1 kulit tanduk ukuran kecil 1/10

13 1 biji pecah 1/5

14 1 biji muda 1/5

16 1 biji berlubang lebih dari satu 1/5

17 1 biji bertutul-tutul 1/10

18 1 ranting, tanah atau batu berukuran besar 5 19 1 ranting, tanah atau batu berukuran sedang 2 20 1 ranting, tanah atau batu berukuran kecil 1

Keterangan : Jumlah nilai cacat dihitung dari contoh uji seberat 300 g. Jika satu kopi mempunyai lebih dari satu nilai cacat, maka penentuan nilai cacat tersebut didasarkan pada bobot nilai cacat terbesar.

Pengupasan Kulit Tanduk Kopi Mekanis

Pengupasan kulit tanduk kopi (hulling) bertujuan untuk memisahkan biji kopi yang sudah kering dari kulit tanduk dan kulit tanduknya. Pemisahan alat ini dilakukan dengan menggunakan huller yang mempunyai bermacam-macam tipe, tetapi yang paling sering digunakan di perkebunan-perkebunan besar ialah tipe engelberg. Untuk perkebunan yang kecil bias juga menggunakan mesin pengupas mini (hammer mill) yang sering digunakan pada pengolahan kering.

Di dalam mesin huller kulit yang sudah terlepas dari biji akan dihembuskan keluar sehingga terpisah dari biji dan biji bisa keluar dalam keadaan bersih. Kopi yang keluar dari huller ini adalah kopi beras yang sudah siap disortasi untuk diklasifikan mutunya (Najiyati dan Danarti, 1997).

Motor Listrik

Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi energi listrik disebut dinamo atau generator. Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang disebut sebagai elektromagnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa kutub-kutub dari magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama akan tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan sebuah magnet pada sebuah poros

yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada suatu kedudukan yang tetap. Motor listrik dapat ditemukan pada peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air, dan penyedot debu (Soenarta dan Furuhama, 2002). Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin, hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi ini dipegang oleh poros.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah poros, yaitu: 1. Kekuatan poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur ataupun gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban diatasnya.

2. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.

3. Putaran kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini

dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya. 4. Korosi

Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang berhenti lama dan poros propeller dan pompa yang kontak dengan fluida yang korosif sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.

Secara umum untuk poros dengan diameter 3 - 3,5 inci dipergunakan bahan yang dibuat dengan pengerjaan dingin, baja karbon. Bila dibutuhkan untuk mampu menahan beban kejut, kekerasan dan tegangan yang besar maka dipakai bahan baja paduan (Achmad, 2006).

Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk menghubungkan poros serta elemen mesin lainnya agar bekerja dengan baik.

Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada: 1. Gerakan bantalan terhadap poros

-Bantalan luncur -Bantalan gelinding 2. Beban terhadap poros

-Bantalan radial -Bantalan aksial

-Bantalan gelinding khusus (Sularso dan Suga, 2002).

Puli

Puli berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari motor yang selanjutnya diteruskan lagi ke sabuk V dan akan memutar poros. Puli dibuat dari besi cor atau dari baja. Puli kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan puli dari paduan aluminium (Stolk dan Kros, 1981).

Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran permenit roda transmisi penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda transmisi yang digerakkan dikalikan dengan diameternya.

SDpenggerak= SDyang digerakkan ... (1) dimana,

S = Kecepatan putar puli (rpm) D = Diameter puli (mm)

(Smith dan Wilkes, 1990).

Pemasangan puli dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.

- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.

(Mabie dan Ocvirk, 1967).

Sabuk V

Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapezium. Sabuk V dibelitkan di keliling alur puli yang berbentuk V pula. Transmisi sabuk V hanya dapat menghubungkan poros-poros yang sejajar dengan arah putaran yang sama.

Dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai, sabuk V bekerja lebih halus dan tak bersuara (Sularso dan Suga, 2002).

Susunan khas sabuk V terdiri atas :

 Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi

 Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut

Apabila pemindahan daya menggunakan dua roda transisi, maka hubungan antara jarak kedua titik pusat sumbu roda transisi dengan panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:

L = 2C+1,57 D+d +(D-d) 2

4C ... (2)

dimana:

L = Panjang efektif sabuk (mm)

C = Jarak antara kedua sumbu roda transmisi (mm) D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm) d = Diameter luar efektif transmisi yang kecil (mm) (Smith dan Wilkes, 1990).

Blower

Blower adalah mesin atau alat yang digunakan untuk menaikkan atau memperbesar tekanan udara atau gas yang akan dialirkan dalam suatu ruangan tertentu juga sebagai pengisapan atau pemvakuman udara atau gas tertentu. Pada jenis positive diplacement blower udara atau gas dipindahkan volume per volume dalam ruangan yang disebabkan adanya pergerakan elemen impeller yang berputar karena adanya pertambahan massa udara atau gas yang dipindahkan.

Jenis positive displacement blower yang sering digunakan adalah rotary blower.

Sentrifugal blower pada dasarnya terdiri dari satu impeller atau lebih yang dilengkapi dengan sudu-sudu yang dipasang pada poros yang berputar yang diselubungi oleh sebuah rumah (casing). Udara memasuki ruang casing secara horizontal akibat perputaran poros maka ruang pipa masuk menjadi vakum lalu udara dihembuskan keluar (Church, 1993).

Rancang Bangun

Perencanaan adalah suatu kreasi untuk mendapatkan hasil akhir dengan mengambil suatu tindakan yang jelas atau suatu kreasi atas sesuatu yang mempunyai kenyataan fisik. Perencanaan mesin mencakup perencanaan dari sistem dan segala yang berkaitan dengan sifat mesin, elemen mesin, struktur, dan instrumen. Elemen mesin yang dirancang untuk memenuhi fungsinya. Rancangan elemen mesin ini dinyatakan dalam gambar teknik. Pada rancangan ini dispesifikasikan ukuran dan bentuk yang diperlukan oleh elemen mesin, beserta penyimpangan-penyimpangan atau toleransi yang diizinkan, yang dikenal sebagai spesifikasi geometrik produk dan tertuang dalam gambar teknik (Achmad, 2006).

Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan untuk pembuatannya. Keberhasilan atau kegagalan suatu alat sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan dalam logam dan bukan logam. Bahan logam dibagi selanjutnya dalam besi dan bukan besi. Bahan yang tergolong bukan logam adalah kayu, karet, kulit, serat tanaman, dan plastik. Besi, baja dan plastik praktis telah mengambil alih kedudukan kayu karena baja dan

plastik lebih awet dan bahan-bahan tersebut lebih murah. Perbedaan dasar antara besi dengan baja mencakup proses pembuatannya, besarnya kandungan karbon dan kotoran yang akan mempengaruhi sifat fisik besi tersebut. Salah satu logam bukan besi yaitu aluminium yang sering digunakan secara luas sebagai bahan cor

yang ringan untuk jenis-jenis peralatan usaha tani tertentu (Smith dan Wilkes, 1990).

Material dalam produk jadi memiliki beberapa sifat (kekuatan, kekerasan, konduktivitas, densitas, warna dan sebagainya) yang dipilih untuk memenuhi persyaratan desain. Material akan selamanya mempertahankan sifat tersebut, asalkan tidak ada perubahan pada struktur internalnya. Namun, apabila produk mengalami kondisi pemakaian sehingga terjadi perubahan pada struktur internal, kita harus mengantisipasi bahwa sifat dan perilaku material akan mengalami perubahan pula. Sebagai contoh, karet mengalami pengerasan secara bertahap apabila terkena sinar matahari dan udara, aluminium tidak dapat digunakan di berbagai tempat pada pesawat supersonik, bor dari baja biasa tidak dapat membuat lubang secepat bor baja kecepatan tinggi, dan semikonduktor dapat mengalami kerusakan akibat radiasi nuklir (Vlack, 2001).

Pada era industri modern saat ini, kebutuhan terhadap alat produksi yang tepat guna sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan efisiensi waktu dan biaya. Sebagian besar alat industri menggunakan tenaga listrik sebagai energi penggerak utamanya, dan di berbagai perindustrian banyak menggunakan mesin-mesin dengan penggerak utamanya adalah motor AC satu fasa. Faktor yang

Dokumen terkait