• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1Konsep Stres 2.1.1 Pengertian

Menurut Hawari (2001), stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap

respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

Maramis (1999), stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri dan

karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita.

Stres bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami individu yang dapat

berasal dari berbagai bidang kehidupan manusia. Konflik antara dua atau lebih

kebutuhan atau keinginan yang ingin dicapai, yang terjadi secara berbenturan juga

bisa menjadi penyebab timbulnya stres (Ardani, dkk: 2007).

Pemikiran yang negatif dan perasaan takut selalu menjadi akar penyebab

reaksi stres. Ibu yang mengalami stres selama hamil mempengaruhi

perkembangan fisiologis dan psikologis bayi (Lumongga, 2011). Apa yang

difikirkan seorang ibu hamil memiliki hubungan fisik langsung terhadap

perkembangan anak dalam rahim. Stres yang tidak berkesudahan dapat

menyebabkan kelahiran prematur, berat badan dibawah rata-rata, hiperaktif dan

mudah marah (Pieter & Lumongga, 2011).

Chopra (2002) dalam Pieter & Lumongga (2011), mengatakan bahwa,

mempengaruhi perkembangan otak nya. Seorang anak terlahir dari rahim ibu stres

berlebihan saat hamil sangat memungkinkan timbulnya perilaku menyimpang

dalam kehidupannya dimasa mendatang.

2.1.2 Tanda-tanda Stres

Menurut Nelson (2003), adapun tanda-tanda atau gejala yang dapat

menunjukkan ada tidaknya seseorang mengalami stres sebagai berikut :

1) Perasaan meliputi rasa khawatir, cemas atau gelisah, ketakutan, mudah

marah, suka murung, dan merasa tidak mampu menanggulangi masalah.

2) Pikiran meliputi penghargaan atas diri nya rendah, takut gagal, tidak

mampu konsentrasi, mudah bertindak memalukan, cemas akan masa

depannya, mudah lupa, emosi tidak stabil.

3) Perilaku meliputi berbicara gagap atau gugup, sulit bekerja sama, tidak

mampu rileks, menangis tanpa alasan yang jelas, bertindak menuruti kata hati, mudah terkejut atau kaget.

4) Fisik meliputi sering kencing, susah tidur, berkeringat, denyut jantung

meningkat, gemetar, gelisah, mulut kering dan mudah letih.

2.1.3 Penggolongan Stres

Menurut Kusmiati dan Desminiarti (1990), stres dapat digolongkan

sebagai berikut :

1) Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau

rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang atau tersengat arus

2) Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,

hormon atau gas.

3) Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang

menimbulkan penyakit.

4) Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ

atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.

5) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan

pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.

6) Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal,

sosial, budaya, atau keagamaan.

2.1.4 Model Stres

Model-model stres digunakan untuk mengidentifikasi stresor bagi individu

secara khusus dan memprediksi respon seseorang terhadap stres dimana setiap

model nya memfokuskan tiap aspek yang berbeda dari stres (Potter & Perry,

2005).

Model stres ada empat yaitu:

1) Model stres berdasarkan respon

Model ini menspesifikkan pola atau respon tertentu yang timbul

sebagai acuan untuk mengidentifikasi jenis stresor nya (Lyon & Werner,

1987, dalam Potter & Perry, 2005). Sedangkan menurut Selye (1976) stres

sebagai respon non-spesifik dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang

2) Model adaptasi

Model stres ini memaparkan empat faktor yang menentukan

apakah situasi menimbulkan stres atau tidak (Mechanic, 1962 dalam Potter

& Perry, 2005) faktor pertama biasanya bergantung pada pengalaman

seseorang dengan stresor yang nyaris sama, sistem pendukung, dan

persepsi terhadap stresor tersebut. Faktor kedua berkenaan dengan praktik

dan norma serta nilai yang ada dimasyarakat dan faktor yang ketiga adalah

dampak dari lingkungan sosial, dan faktor yang terakhir adalah dukungan

yang dapat digunakan dalam menghadapi stresor yang ada (Potter & Perry,

2005)

3) Model berdasarkan stimulus

Model ini menekankan pada karakteristik gangguan di dalam

lingkungan, menggambarkan stres sebagai gangguan lingkungan atau

tubuh dimana gangguan ini dikenal sebagai stresor (Potter & Perry, 2005).

Model ini berfokus pada asumsi-asumsi seperti peristiwa yang mengubah

kehidupan adalah suatu hal yang nomal dan membutuhkan waktu dan jenis

penyesuaian diri yang sama, individu merupakan penerima pasif dari stres

dan persepsi mereka terhadap suatu peristiwa yang tidak relevan, semua

punya ambang pintu stimulus yang bersamaan dan penyakit sebagai hasil

dari stimulus tersebut (Potter & Perry, 2005).

4) Stres sebagai transaksi

Model berdasarkan transaksi melihat individu dan lingkungan

dalam Potter & Perry 2005). Model ini berfokus pada proses yang

berkaitan dengan stres seperti penilaian kognitif dan koping (Potter &

Perry, 2005).

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Stres

Dibawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi stres yaitu:

1) Usia

Orang yang lebih dewasa akan lebih dominan mengalami stres

jika dibandingkan dengan usia muda. Permintaan bantuan dari sekeliling

menurun, pertolongan diminta bila ada kebutuhan akan kenyamanan, dan

yang lebih tua pun terlarut dalam sebuah kecemasan yaitu sesuai dengan

beban yang dialaminya.

2) Pengalaman

Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman

menghadapi stres dan punya cara menghadapinya akan cenderung lebih

menganggap stres yang beratpun sebagai masalah yang bisa diselesaikan.

3) Pendidikan

Peningkatan pendidikan dapat mengurangi rasa tidak mampu untuk

menghadapi stres. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan mudah dan

semakin mampu menghadapi stres yang ada.

4) Finansial/Material

Aset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan

terjadi tidak sama dibandingkan dengan orang lain yang aset finansial nya

terbatas.

5) Lingkungan

Lingkungan kecil dimulai dari keluarga, peran pasangan dalam hal

ini sangat berarti dalam memberi dukungan. Anggota keluarga yang penuh

pengertian dan dapat mengimbangi kesulitan yang dihadapi anggota

keluarga lain akan dapat memberikan dukungan kepada kondisi stres

anggota keluarga tersebut.

6) Sosial Budaya

Dukungan sosial dan sumber-sumber masyarakat serta lingkungan

sekitar akan sangat membantu seseorang dalam menghadapi stresor,

pemecahan masalah secara bersama-sama dan bertukar pendapat dengan

orang disekitarnya akan membuat situasi individu lebih siap menghadapi

stres yang akan datang.

2.1.6 Tingkatan Stres

Menurut Acdiat (2000), stres dapat dibedakan yaitu:

1) Stres ringan

Dalam tingkatan yang masih ringan belum berpengaruh kepada

fisik dan mental hanya saja sudah mulai agak sedikit tegang dan was-was.

Pada situasi ini disertai nafsu bekerja yang besar dan penglihatan menjadi

2) Stres sedang ( medium)

Pada tingkat medium ini individu mulai disertai keluhan, kesulitan

tidur, bangun pagi tidak segar, lambung atau perut tidak nyaman, sering

menyendiri dan tegang. Situasi ini berlangsung lebih lama, dari beberapa

jam sampai beberapa hari.

3) Stres berat (Kronis)

Stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental,

meningkatnya rasa takut dan cemas, jantung berdebar keras, sesak nafas,

badan gemetar, loyo serta pingsan atau kolaps. Situasi ini dapat

berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun.

2.2Konsep Kehamilan 2.2.1 Definisi

Kehamilan merupakan suatu masa dimana seorang wanita membawa

embrio atau fetus dalam rahim nya. Istilah medis untuk wanita hamil adalah

gravida (Likluk, 2010). Adapun istilah untuk wanita hamil pertama kali disebut

primigravida. Kehamilan merupakan awal dari berbagai fisik dan psikis.

Primigravida adalah ibu yang pertama kali hamil. Kehamilan (graviditas)

dimulai dengan konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan permulaan persalinan.

Kehamilan adalah suatu krisis maturasi yang dapat menimbulkan stress tetapi

berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan

mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya untuk

menjadi orang tua. Setelah bertahap ia berubah dari seseorang yang bebas dan

berfokus pada diri sendiri menjadi seorang yang seumur hidup berkomitmen

untuk merawat seorang individu lain. Pertumbuhan ini membutuhkan penguasaan

tugas-tugas perkembangan tertentu : menerima kehamilan, mengidentifikasi peran

ibu, mengatur kembali hubungan antara ibu dan anak serta antara dirinya dan

pasangannya, membangun hubungan dengan anak yang belum lahir dan

mempersiapkan diri untuk menghadapi pengalaman melahirkan (Bobak dkk,

2005).

Kehamilan berlangsung selama 9 bulan menurut penanggalan

internasional, 10 bulan menurut penanggalan lunar atau sekitar 40 minggu.

Kehamilan dibagi menjadi tiga periode tiga bulanan atau trimester. Trimester

pertama adalah periode minggu pertama sampai minggu ke 13, trimester kedua

adalah periode minggu ke-14 sampai ke-26, dan trimester ke tiga minggu ke-27

sampai kehamilan cukup bulan (38-40 minggu) (Bobak, 2005).

Menurut Mandriwati (2007), kehamilan merupakan proses yang alamiah

dan fisiologis. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari bulan

kebulan diperlukan kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dangan

perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik dan mental nya.

Kehamilan secara tradisional dipandang sebagai krisis emosi oleh

beberapa ahli psikologi. Penyesuaian terhadap peran orang tua merupakan salah

satu peristiwa kehidupan yang paling membuat stres (Handerson & Jones, 2006).

Seorang calon ibu akan membayangkan perubahan dan kegembiraan yang akan ia

menemukan bahwa dirinya hamil merupakan kejutan dalam artian yang lain dan

tidak menimbulkan perasaan gembira (Nolan, 2004). Mungkin pada saat itu ia

belum mengharapkan kehamilan atau tidak ingin hamil sama sekali, situasi ini

merupakan suatu proses yang bertahap.

Sedangkan Multigravida adalah wanita yang sudah hamil dua kali atau

lebih. Ibu yang menantikan anak kedua memiliki kekhawatiran yang berbeda pada

masa hamil (Merilo, 1988). Multigravida mungkin memiliki perasaan yang belum

diselesaikan tentang persalinan pertamanya. Hal tersebut karena multigravida

begitu memperhatikan anak pertamanya sehingga tidak segembira saat kehamilan

pertama. Multigravida khawatir akan reaksi anak pertama nya terhadap klelahiran

saudaranya dan sadar akan terjadi perubahan hubungan dengan anak pertama jika

anak keduanya lahir. Dimana kekhawatiran tersebut akan menimbulkan perasaan

sedih dan kehilangan.

2.2.2 Dampak perubahan psikologis masa hamil

Menurut Likluk (2010), kehamilan diartikan periode krisis, saat terjadinya

gangguan dan perubahan identitas peran. Wanita hamil merespon terhadap masa

krisis dengan cara berbeda-beda menurut sifat dan situasi kehidupan. Definisi

krisis merupakan ketidakseimbangan psikologis yng disebabkan situasi atau tahap

perkembangan.

Penting bagi kita mengetahui perubahan psikologi dasar pada ibu karena

perubahan-perubahan ini dapat menjelaskan sejumlah ketidaknyamanan pada

fisik dan laboratorium yang mungkin abnormal pada kondisi tidak mengandung

tetapi dianggap normal pada kondisi kehamilan (Helen,2006).

Adapun bentuk perubahan psikis yang terjadi menurut Bandiyah (2010),

yaitu :

1) Perubahan emosional

Perubahan emosional trimester I ialah penurunan kemauan seksual

karena letih dan mual, perubahan suasana hati seperti depresi atau

khawatir, ibu mulai berfikir mengenai bayi dan kesejahteraannya serta

kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik.

Perubahan emosional trimester II terjadi pada bulan kelima

kehamilan terasa nyata karena bayi sudah mulai bergerak sehingga mulai

memperhatikan bayi dan memikirkan apakah akan dilahirkan dengan

keadaan sehat.

Perubahan emosional trimester III terutama pada bulan-bulan

terakhir kehamilan biasanya gembira bercampur takut karena kehamilan

telah mendekati persalinan. Kekhawatiran ibu hamil biasanya seperti apa

yang akan terjadi pada saat melahirkan, apakah bayi lahir sehat, dan

tugas-tugas apa yang dilakukan setelah kelahiran (Pieter dan Lumongga, 2011).

2) Cenderung malas

Penyebab wanita hamil cenderung malas tidak begitu saja timbul,

melainkan pengaruh perubahan hormon yang sedang dialaminya.

gerakan nya yang semakin lamban dan cepat merasa letih. Keadaan ini

cenderung membuat ibu merasa malas.

3) Sensitif

Awal penyebab wanita hamil lebih sensitif ialah faktor hormon.

Reaksi wanita menjadi lebih peka, mudah tersinggung dan mudah marah.

Jangan sampai perubahan ini merusak hubungan suami istri tidak

harmonis, dan sudah sepantasnya dipahami suami dan jangan membalas

dengan kemarahan karena akan menambah perasaan tertekan. Perasaan

tertekan akan berdampak buruk dalam perkembangan fisik dan psikis bayi.

4) Perasaan ambivalen

Perasaan ambivalen sering muncul saat masa kehamilan trimester

pertama. Perasaan ambivalen wanita hamil berhubungan dengan

kecemasan terhadap perubahan selama masa kehamilan, rasa tanggung

jawab, takut atas kemampuannya menjadi orang tua, sikap penerimaan

keluarga, masyarakat dan masalah keuangan. Perasaan ambivalen akan

berakhir seiring dengan adanya sikap penerimaan terhadap kehamilan.

5) Depresi

Depresi adalah kemurungan atau perasaan tidak semangat yang

ditandai dengan perasaan yang tidak menyenangkan, menurunnya

kegiatan, dan pesimis menghadapi masa depan. Umumnya depresi sering

terjadi dalam trimester pertama. Penyebab timbulnya depresi ibu hamil

hubungan dengan suami atau anggota keluarga, kegagalan dan komplikasi

kehamilan.

6) Stres

Pemikiran yang negatif dan perasaan takut selalu menjadi akar

penyebab reaksi stres. Ibu yang mengalami stres selama hamil

mempengaruhi perkembangan fisiologis dan psikologis bayi. Apapun yang

dipikirkan ibu hamil memiliki hubungan fisik langsung terhadap

perkembangan anak dalam rahim. Stres yang tidak berkesudahan dapat

menyebabkan kelahiran prematur, berat badan dibawah rata-rata,

hiperaktif dan mudah marah.

7) Ansietas

Ansietas merupakan istilah yang akrab digunakan untuk

kecemasan, khawatir, gelisah, tidak tentram yang disertai dengan gejala

fisik. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian individu yang

subjektif yang mana keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar dam

belum diketahui pasti penyebab nya. Rasa cemas yang berlebihan dengan

sendirinya menyebabkan ibu sakit.

Kehamilan adalah suatu tahap perkembangan wanita yang dapat

menimbulkan stres. Kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat umum dijumpai pada wanita hamil. Perubahan hormonal merupakan bagian

seperti saat akan menstruasi atau selama menopause. Alasan lain seperti masalah

seksual dan rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan.

Menjelang akhir trimester ketiga, wanita akan mengalami kesulitan

bernafas dan gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu ibu tidur.

Nyeri pinggang, sering berkemih, konstipasi dan timbul nya varises dapat sangat

mengganggu. Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani

persalinan. Namun meskipun ibu merasa siap menghadapi persalinan, ibu tetap

akan merasa takut dan cemas sebagai akibat dari nyeri yang dirasakan, sehingga

wanita bersalin harus ditemani oleh orang yang dipercayai dan membuatnya

Dokumen terkait