• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan tentang Pembiayaan

Dalam dokumen TESIS S351208022 ITA TRESNAWATI (Halaman 33-42)

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori

2. Tinjauan tentang Pembiayaan

Bank Syariah dalam kegiatan penyaluran dana melakukan investasi

karena prinsip yang dilakukan adalah prinsip penanaman dana/atau penyertaan dan disebut pembiayaan karena bank syariah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukan dan layak

memperolehnya.15 Salah satu tugas pokok bank adalah penyaluran

pembiayaan, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi

kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.16

Kegiatan bank di bidang pemberian fasilitas pembiayaan adalah fungsi utama dari bisnis perbankan, yakni fungsi menyalurkan dana kepada mereka yang memerlukannya setelah menerima pengumpulan dana dari para deposan penyimpan dana. Fungsi ini juga memberikan

return atau penghasilan yang paling besar sebanding dengan risiko yang

dihadapi perbankan.17

15 Zaenul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Alvabet, Jakarta, 2002, hlm. 217

16 Muhammad Syafi‟i Antonio.,Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press. Jakarta. 2001, hlm. 160

17 Gunarto Suhardi, Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum. Kanisius. Yogyakarta.

commit to user

Risiko yang dihadapi perbankan dalam penyaluran pembiayaan antara lain adalah tidak dilunasinya pembayaran kewajiban oleh nasabah yang akan menimbulkan kerugian bagi bank dan berdampak pada perekonomian negara sehingga memerlukan perhatian secara seksama

sebagaimana dikemukakan oleh George G. Kaufman “Bank (depository institutions) failures are widely perceved to have greater adverse effects or economy and thus are considered more important than the failure of

other types of business firms”.18

Menurut Pasal 1 butir 25 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

1) Transaksi bagi hasil/dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.

2) Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bittamlik.

3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan

istisna.

4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh

5) Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

multijasa.

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan /atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah

jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi

hasil.

Menurut Pasal 23 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah harus mempunyai keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon nasabah penerima fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada waktunya

18 George G.Kaufman, “Bank Failures Systemick Risk an Bank Regulation”, Artikel pada The Cato Jurnal, Vol.16, 2009, hlm.1

commit to user

sebelum menyalurkan dana. Untuk memperoleh keyakinan bank dalam hal penyaluran dana, maka Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah wajib melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari calon nasabah penerima fasilitas.

b. Unsur-unsur dalam Pembiayaan

Menurut Kasmir, unsur-unsur pembiayaan adalah sebagai berikut:19

1) Kepercayaan

Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada debitur baik dalam bentuk uang, jasa maupun barang dipercaya akan benar-benar dapat diterima kembali oleh pihak pemilik dana dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

2) Kesepakatan

Pembiayaan didasarkan atas suatu kesepakatan yang dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya.

3) Jangka waktu

Setiap pembiayaan yang diberikan mempunyai jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. masa pengembalian pembiayaan .

4) Risiko

Suatu risiko muncul karena ada tenggang waktu pengambilan (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu suatu pembiayaan maka semakin besar risiko tidak tertagih, demikian pula sebaliknya.

5) Balas Jasa

Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa dalam bentuk bagi hasil dan biaya administrasi pembiayaan.

c. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

Dalam konteks kegiatan ekonomi, setiap usaha apapun itu tidak pernah lepas dari tujuan untuk mencari keuntungan, namun karena di dalam pembiayaan terkandung unsur resiko, maka usaha mencari

commit to user

keuntungan tersebut harus memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian mengingat dana yang disalurkan dalam pembiayaan adalah dana dari masyarakat.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan penyaluran pembiayaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang aman, sehingga pada saatnya masyarakat penyimpan dana di bank dapat memperoleh kembali simpanannya berikut bagi hasil tanpa khawatir

kehilangan dana tersebut.20

d. Jenis-jenis Pembiayaan Syariah

Sesuai Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/35/PBI/2005 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah serta Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, produk-produk pembiayaan bank syariah adalah antara lain:

1) Murabahah

Murabahah adalah pembiayaan dimana pihak bank syariah

menyediakan dana untuk membeli barang yang dibutuhkan nasabah/umat. Secara operasional, praktik murabahah adalah jual beli barang sebesar harga perolehan atau harga jual (harga beli ditambah biaya transportasi, PPN dan sebagainya) ditambah dengan keuntungan (margin) yang disepakati.

2) Mudharabah

Mudharabah adalah pembiayaan untuk masyarakat yang

memiliki keahlian tetapi tidak memiliki modal, dimana bank syariah bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek usaha. Bank syariah

sebagai shohibul maal (pemilik modal) memberikan pembiayaan

modal usaha pada masyarakat (mudhorib) untuk dikelola secara baik.

Rasio keuntungan disepakati bersama antara pihak bank syariah

20 Rimsky K. Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Gramedia.

commit to user

dengan nasabah. Apabila terjadi kerugian dari proyek yang dijalankan nasabah, masing-masing pihak secara berimbang menanggung kerugian tersebut.

3) Musyarakah

Musyarakah adalah pembiayaan modal kerja atau investasi dimana bank syariah menyediakan sebagian dari modal usaha keseluruhan, dan dalam proses manajemen, pihak bank syariah dapat dilibatkan secara langsung sehingga keduanya berserikat dalam usaha. Pembiayaan musyarakah ini didasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan porsi penyertaan.

4) Bai‟ Bitsaman Ajil

Bai‟ Bitsaman Ajil adalah perjanjian jual beli dengan suatu akad

sebagaimana terjadi dalam prinsip murabahah tetapi pembayaran sejumlah harga beli oleh nasabah dilakukan secara angsuran.

5) Bai‟ as-Salam

Bai‟As-Salam adalah pembiayaan dimana nasabah memesan barang melalui bank syariah. Jenis barang dan harganya telah ditentukan dan nasabah melunasi harga barang tersebut pada saat akad (nasabah telah menitipkan uang tunai pada bank syariah), kemudian pihak bank syariah menyediakan barang yang dipesan pada waktu jatuh tempo.

6) Bai‟ al Istisna

Bai‟ al Istisna yaitu kontrak order yang ditandatangani bersama antara pemesan dengan produsen untuk pembuatan suatu jenis barang tertentu.

7) Ijarah

Ijarah adalah perjanjian sewa barang antara pemilik barang

dengan penyewa yang memperbolehkan penyewa untuk

memanfaatkan barang dengan membayar sewa sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak.

commit to user 8) Hawalah

Hawalah adalah pembiayaan yang terjadi apabila seseorang memiliki pembiayaan kepada orang lain kemudian yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada bank syariah untuk membayar hutangnya tersebut dan status hutang beralih kepada bank syariah. 9) Rahn

Rahn adalah gadai yang dilakukan secara sukarela atas dasar

tolong menolong tanpa mencari keuntungan. Rahn berlaku untuk

semua harta, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak.

10) Qardhul Hasan

Qardhul Hasan adalah kebijakan pembiayaan yang diberikan bank syariah kepada nasabah tanpa pungutan bagi hasil. Dalam hal ini nasabah hanya dibebani tanggung jawab mengembalikan pembiayaan sejumlah yang diterimanya dari bank syariah tanpa tambahan apapun, dan membayar biaya administrasi. Imbalan kepada bank syariah atas dasar kerelaan peminjam.

e. Prosedur Pembiayaan

Prosedur pembiayaan merupakan suatu metode yang harus ditempuh untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan. Setiap pejabat bank yang berhubungan dengan pembiayaan harus menempuh prosedur pembiayaan yang sehat, meliputi prosedur persetujuan pembiayaan,

prosedur administrasi, serta prosedur pengawasan pembiayaan.21

Adapun prosedur atau mekanisme penyaluran pembiayaan di bank

syariah secara umum adalah sebagai berikut:22

1) Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan dengan ketentuan

sebagai berikut:

21 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syaria h. Azkia. Tangerang. 2009, hlm.

253

22 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syaria h. PT.Gramedia Pustaka

commit to user

a) Memberikan kejelasan tentang platform pembiayaan yang

dimohon;

b) Memberikan kejelasan tentang rencana penggunaan dana;

c) Memberikan kejelasan tentang rencana jangka panjang waktu

pelunasan;

d) Memberikan kejelasan tentang rencana jaminan atas pembiayaan

yang dimohon;

e) Memberikan laporan keuangan perusahaan minimal dua tahun

terakhir;

f) Memenuhi ketentuan umum administrasi.

2) Penerimaan berkas permohonan oleh petugas bank syariah, sedapat

mungkin permohonan pembiayaan tersebut diajukan dalam bentuk tertulis.

3) Berkas pemohon kemudian dipelajari sampai didapatkan suatu

kesimpulan bahwa permohonan tersebut layak untuk ditindak lanjuti.

4) Survei lapangan.

5) Melakukan analisis pembiayaan, yaitu suatu rangkaian kegiatan dalam

rangka menilai informasi, data-data serta fakta di lapangan sehubungan diajukannya permohonan pembiayaan oleh seseorang.

6) Realisasi penyaluran pembiayaan.

f. Jaminan dalam Pembiayaan

Jaminan dalam suatu pembiayaan diperlukan sekali terutama untuk

menghindari resiko kerugian apabila debitur tidak mengembalikan /melunasi pembiayaan yang diterimanya. Selain jaminan berupa keyakinan atas kemampuan debitur untuk melunasi pembiayaannya, bank juga mengutamakan agunan atau jaminan dalam penyaluran pembiayaan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 1 ayat

commit to user

nasabah /debitur dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Perbankan, Pasal

24 ayat 1 menyebutkan bahwa “Bank Umum tidak memberi kredit tanpa

jaminan kepada siapapun”. Berdasarkan pengertian tersebut, nilai dan legalitas jaminan yang dikuasai oleh bank atau yang disediakan nasabah/ debitur harus cukup untuk menjamin fasilitas pembiayaan dalam bank

syariah yang diterima nasabah/debitur.23

Berdasarkan Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah, agunan adalah jaminan tambahan baik berupa benda bergerak maupun tidak bergerak yang diserahkan oleh pemilik agunan kepada Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah guna menjamin pelunasan kewajiban nasabah penerima fasilitas.

Secara umum, jaminan kredit atau pembiayaan diartikan sebagai

penyerahan kekayaan, atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk

menanggung pembayaran kembali suatu pembiayaan.24 Sementara itu

kegunaan jaminan adalah untuk:25

1) Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan

pelunasan dari hasil penjualan barang-barang jaminan tersebut, apabila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar kembali pembiayaannya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

2) Menjamin agar nasabah berperan serta dalam transaksi untuk

membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil terjadinya.

23

Thomas Suyatno, dkk. Dasar-Dasar Perkreditan, Gramedia, Jakarta, 2003, hlm. 88

24 Ibid., hlm. 139

commit to user

3) Memberi dorongan kepada debitur (tertagih) untuk memenuhi

perjanjian/akad pembiayaan. Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.

g. Akad Pembiayaan

Akad Pembiayaan adalah hal terpenting yang harus dibuat dalam suatu perjanjian pada bank syariah sebagai bukti adanya kesepakatan antara para pihak. Akad menurut Pasal 1 ayat 13 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah kesepakatan tertulis antara Bank atau Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang memuat hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip Syariah.

Pelaksanaan akad harus memenuhi rukun dan syarat sesuai hukum

Islam. Menurut jumhur (mayoritas) fukaha, rukun akad terdiri dari :26

1). Pernyataan untuk mengikatkan diri (sighat al-aqad)

2). Pihak-pihak yang berakad 3). Obyek akad

Syarat umum yang harus dipenuhi dalam suatu akad menurut para ulama fikih, antara lain :27

1). Pihak-pihak yang melakukan akad telah dipandang mempu bertindak menurut hukum

2). Obyek akad diakui oleh syara‟ 3). Akad itu tidak dilarang oleh syara‟

4). Akad yang dilakukakan memenuhi syarat khusus sesuai akad 5). Akad itu bermanfaat

6). Ijab tetap utuh sampai terjadi Kabul

7). Ijab dan Kabul dilakukan dalam satu majelis

8). Tujuan akad itu harus jelas dan diakui oleh syara‟

26 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 103

commit to user

3. Tinjauan tentang Pembiayaan Bermasalah

Dalam dokumen TESIS S351208022 ITA TRESNAWATI (Halaman 33-42)

Dokumen terkait