• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan tentang Perbankan Syariah

Dalam dokumen TESIS S351208022 ITA TRESNAWATI (Halaman 23-33)

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Perbankan Syariah

Perbankan Syariah merupakan pengembangan sistem perbankan di Indonesia disamping sistem perbankan konvensional yang telah ada sebelumnya yaitu sistem perbankan yang menerapkan sistem bagi hasil dan jual beli, saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, mengedepankan nilai kebersamaan dan persaudaraan, investasi beretika serta menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransakasi. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk bertransaksi yang didasarkan pada sistem bunga dan larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram.

Menurut Pasal 1 angka 1 dan angka 7 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan

Perbankan Syariah adalah “segala sesuatu yang menyangkut tentang

Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan

usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”,

sedangkan Bank Syariah adalah “Bank yang menjalankan kegiatan

usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas

Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Syariah“.

Bank syariah lahir dengan konsep dan filosofi yang berbeda jika

dibandingkan dengan bank konvensional. Bank konvensional

menerapkan bunga menjadi bagian integral dari seluruh kegiatan bisnisnya, sedangkan bank syariah melarang penerapan bunga dalam

commit to user

semua transaksi perbankan. Jumhur ulama menyatakan bahwa bunga bank hukumnya sama dengan riba, yakni haram. Adapun konsep yang

ditawarkan bank syariah adalah penggunaan sistem bagi hasil (profit-loss

sharing), yaitu pembagian keuntungan atau kerugian sesuai dengan

prosentase (nisbah bagi hasil) yang telah disepakati pada awal kontrak

bank dengan nasabah.2

Keberadaan lembaga keuangan dalam sistem ekonomi sangatlah penting, karena tanpa lembaga keuangan yang baik dan profesional akan mengganggu aktivitas bisnis dan ekonomi. Secara umum bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas keuangan yang

pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.3

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah secara tegas mengakui eksistensi dari perbankan syariah, yaitu Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah diartikan sebagai prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah.

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menentukan bahwa setiap pihak yang akan melakukan kegiatan usaha bank syariah atau unit usaha syariah atau bank pembiayaan rakyat syariah wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah atau Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dari Bank Indonesia.

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dalam melakukan kegiatan-kegiatan

2 Bambang Rianto Rustam, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia,

SalembaEmpat, Jakarta, 2013, hlm.

3 Imamudin Yuliadi. Ekonomi Islam. Sebuah Pengantar. LPPI. Yogyakarta.2001, hlm.

commit to user

usahanya harus memperhatikan fatwa dari Dewan Syariah Nasional. Namun apabila ternyata kegiatan usaha yang akan dilakukan tersebut belum difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional, maka bank wajib meminta persetujuan Dewan Syariah Nasional. Bank umum yang telah diberikan izin oleh Bank Indonesia khusus untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, baik kantor pusat, kantor cabang atau kantor di bawah kantor cabang dari bank tersebut, dilarang melakukan kegiatan usaha perbankan secara konvensional.

Kegiatan usaha penghimpunan dana, penyaluran dana dan pelayanan jasa bank berdasarkan prinsip syariah, merupakan jasa perbankan yang wajib memenuhi prinsip syariah. Penjelasan atas PBI No.10/16/PBI/2008 tentang Perubahan Peraturan Bank Indonesia No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, menyebutkan bahwa pemenuhan prinsip syariah dilaksanakan dengan memenuhi ketentuan pokok hukum Islam antara lain prinsip

keadilan, dan keseimbangan („adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahan), dan universalisme (alamiyah) serta tidak mengandung

gharar, maysir, riba, zalim dan obyek haram.

Bank Syariah Mandiri dalam kegiatannya menganut 3 (tiga) prinsip

syariah yaitu:4

1) Prinsip Keadilan

Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank dan nasabah

2) Prinsip Kesederajatan

Bank syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, risiko dan

commit to user

keuntungan yang berimbang diantara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank.

3) Prinsip Ketentraman

Produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah

mu‟amalah Islam (halal), antara lain tidak ada unsur riba dan

menerapkan zakat harta. Dengan demikian nasabah merasakan ketentraman lahir maupun batin.

b. Prinsip Kegiatan Usaha atau Operasional Bank Syariah

Berdasarkan prinsip kegiatan usaha atau operasional bank terdapat perbedaan-perbedaan yang substantif antara bank syariah dan bank

konvensional sebagai berikut:5

Tabel 2. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank Syariah Bank Konvesional

1) Berdasarkan pada prinsip

investasi bagi hasil

2) Menggunakan prinsip jual-beli

3) Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan kemitraan

4) Melakukan investasi-investasi

yang halal saja

5) Setiap produk dan jasa yang

diberikan sesuai dengan fatwa Dewan Syariah

6) Dilarangnya gharar dan maysir

7) Menciptakan keserasian di antara

keduanya

8) Tidak memberikan dana secara

tunai, tetapi memberikan barang

yang dibutuhkan (finance the

goods and services)

1) Berdasarkan tujuan

membungakan uang

2) Menggunakan prinsip

pinjam-meminjam uang

3) Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan kreditur-debitur

4) Investasi yang halal atau yang

haram

5) Tidak mengenal dewan sejenis

seperti Dewan Syariah

6) Terkadang terlibat dalam

speculative FOREX dealing.

Berkontribusi dalam terjadinya kesenjangan antara sektor riil dengan sektor moneter

7) Memberikan peluang yang sangat

besar untuk sight streaming

(penyalahgunaan dana pinjaman)

8) Rentan terhadap negative spread

5 Rustam. op. cit., hlm. 5

commit to user

9) Bagi hasil menyeimbangkan sisi

liabilitas (harta diam) dan aset (harta bergerak)

Secara garis besar terdapat perbedaan mendasar mengenai kegiatan usaha atau operasional antara bank syariah dan bank konvensional antara lain menyangkut aspek akad dan legal, lembaga penyelesaian sengketa, struktur organisasi, bisnis dan usaha yang dibiayai serta lingkungan kerja dengan penjelasan sebagai berikut :

1) Akad dan Aspek Legalitas

Akad atau perjanjian dalam bank syariah memiliki

konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan

berdasarkan hukum Islam. Seringkali nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila akad atau

perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil

qiyamah nanti.6

Setiap akad dalam perbankan syariah baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi

ketentuan akad, seperti hal-hal berikut:7

a) Rukun, seperti: Penjual, Pembeli, Barang, Harga, Akad/Ijab-Qabul.

b) Syarat, seperti:Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas

barang dan jasa yang haram menjadi batal demi hokum, Harga

barang dan jasa harus jelas, Tempat penyerahan (delivery) harus

jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi, Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan. Tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti yang

terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal.

6 Afzalur Rahman. 1990. Economic Doctrines of Islam. Islamic Publication.1990,

Lahore. hlm. 65, dikutip dari, Muhammad Syafi‟i Antonio. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik.

Gema Insani Press. Jakarta, 2001, hlm. 29 7 ibid., hlm. 30

commit to user

2) Lembaga Penyelesaian Sengketa

Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak dapat memilih menyelesaikannya di Peradilan Agama, Peradilan Umum atau menyelesaikan sengketa sesuai tata cara dan hukum Islam melalui musyawarah atau melalui lembaga alternatif penyelesaian sengketa lainnya,

Lembaga yang mengatur penyelesaian sengketa sesuai hukum atau materi berdasarkan prinsip syariah diluar Peradilan, pada saat dibentuk dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI) yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia dan saat ini telah berubah nama menjadi Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS).

3) Struktur Organisasi

Bank syariah memiliki struktur organisasi yang sama dengan bank konvensional dalam hal keberadaan organ Komisaris dan Direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan prinsip syariah.

Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah suatu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaaan keputusan Dewan Syariah Nasional (DSN) pada lembaga keuangan syariah, dengan posisi setingkat Dewan Komisaris. Pada bank syariah penetapan Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.

commit to user

Dewan Pengawas Syariah memiliki fungsi antara lain :

(1) Melakukan pengawasan secara periodik pada Lembaga

Keuangan Syariah yang berada dibawah pengawasannya;

(2) Berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan Lembaga

Keuangan Syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada Dewan Syariah Nasional;

(3) Melaporkan perkembangan produk dan operasional Lembaga

Keuangan Syariah yang diawasinya kepada Dewan Syariah Nasional sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran dan membuat pernyataan berkala bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah;

(4) Merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan

pembahasan Dewan Syariah Nasional;

(5) Meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang

diawasinya.8

Dewan Syariah Nasional merupakan lembaga otonom Majelis Ulama Indonesia yang berhak mengeluarkan fatwa-fatwa terkait dengan ekonomi syariah, dipimpin oleh Ketua Majelis Ulama

Indonesia dan Sekretaris (ex-officio). Kegiatan sehari-hari Dewan

Syariah Nasional dijalankan oleh Badan Pelaksana Harian dengan seorang Ketua dan Sekretaris serta beberapa Anggota.

Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah

menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian dan keuangan, mengeluarkan fatwa atas jenis kegiatan, produk dan jasa keuangan syariah serta mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.

8 Dewi Nurul Musjtari, Penyelesaian Sengketa dalam Praktik Perbankan Syariah,

commit to user

4) Lingkungan Kerja dan Corporate Culture

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang

sejalan dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan

shiddiq mencerminkan integritas eksekutif muslim yang baik.

Karyawan bank syariah harus skillful dan profesional (fathanah) dan

mampu melakukan tugas secara team work sehingga informasi merata

di seluruh fungsional organisasi (tabligh). Demikian pula dalam hal

reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai

dengan syariah.9

Cara berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan bank syariah merupakan cerminan bahwa mereka bekerja dalam sebuah lembaga keuangan yang membawa nama besar Islam, sehingga setiap jajaran sumber daya insani perbankan syariah harus senantiasa terjaga. Keberadaan sistem perbankan syariah telah membuktikan dapat

menghilangkan negative spread dalam dunia perbankan konvensional yang

menyebabkan banyak bank-bank konvensional mengalami masalah. Namun demikian, hingga saat ini masih terdapat beberapa hambatan yang muncul dalam praktik perbankan syariah yang sering disebutkan sebagai kelemahan dari sistem perbankan syariah.

Hal-hal yang dapat dianggap sebagai kelemahan perbankan syariah tersebut antara lain :

a). Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai produk dan jasa perbankan syariah.

b). Institusi pendukung bank syariah yang belum lengkap dan efektif. c). Efisiensi operasional perbankan syariah yang masih belum optimal. d). Porsi skim pembiayaan bagi hasil dalam transaksi bank syariah perlu

ditingkatkan.

9 Afzalur Rahman, Islamic Doctrine on Banking and Insurance Muslim Trust Company.

Muslim Trust Company. London, 1980, hlm. 145 dikutip dari Muhammad Syafi‟i Antonio. op.

commit to user

Pada dasarnya prinsip kegiatan usaha atau operasional bank syariah mencakup lima aspek yaitu:

a). Prinsip titipan atau simpanan dalam tradisi fiqh Islam dikenal dengan

prinsip Al Wadi‟ah.Al Wadi‟ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari

satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus

dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.10

b).Prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam 4

(empat) akad utama, yaitu: al musyarakah, al mudharabah, al muzara‟ah

dan al musaqah.11

c).Prinsip jual beli, bentuk-bentuk akad jual beli yang sering dipergunakan dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah

adalah bai‟ al murabahah, bai‟ as salam dan bai‟ al istishna.

d).Prinsip sewa (al ijarah) adalah akad pemindahan hak guna atas barang

atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Bank Syariah yang

menawarkan produk al ijarah ini dapat melakukan leasing, baik dalam

bentuk operating lease maupun financial lease.

e).Prinsip Jasa. Termasuk dalam kelompok jasa ini terdapat beberapa

produk bank syariah, yaitu: al wakalah, al kafalah, al hawalah, ar-rahn

dan al qardh.

c. Produk Bank Syariah

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat.12 Pengertian Bank menurut Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah lembaga keuangan

yang berfungsi sebagai intermediasi keuangan (financial intermediary

10 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dala m Tata Hukum

Perbankan Indonesia. PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2005, hlm. 56 11 Muhammad Syafi‟i Antonio, op.cit., hlm. 90-95

commit to user

institution), sehingga dalam sebuah bank terdapat minimal dua macam kegiatan yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan, untuk kemudian menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan dana.

Proses penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh

perbankan syariah pada prinsipnya hampir sama dengan perbankan konvensional, artinya dalam sistem perbankan syariah dikenal

produk-produk berupa giro (demand deposit), tabungan (saving deposit),

deposito (time deposit) sebagai sarana untuk menghimpun dana dari

masyarakat. Perbedaannya adalah bahwa dalam sistem perbankan syariah tidak dikenal adanya bunga sebagai kontraprestasi terhadap nasabah deposan, melainkan melalui mekanisme bagi hasil dan bonus yang

bergantung pada jenis produk apa yang dipilih oleh nasabah.13

Produk penghimpunan dana (funding) yang ada dalam sistem

perbankan syariah terdiri dari (1) Giro: Giro Wadiah dan Giro

Mudharabah; (2) Tabungan: Tabungan Wadiah dan Tabungan

Mudharabah; (3) Deposito: Deposito Mudharabah. Proses penyaluran dana kepada masyarakat dilakukan oleh perbankan syariah melalui

produk Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, Bai‟Bitsaman Ajil,

Bai‟As-Salam, BaiÁl-Istisna, Ijarah, Hawalah, Rahn, Qardhul Hasan.

Berkenaan dengan pengertian prinsip syariah dalam kegiatan usaha dan produk bank syariah, maka bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari prinsip syariah. Karena itu, bank syariah melakukan kegiatan

usaha yang tidak mengandung unsur-unsur :14

a). Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam transakasi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas,

kuantitas, dan waktu penyerahannya (fardhl), atau dalam transaksi

pinjam meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas

13 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia . Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta. 2007, hlm. 79

14 Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia , Sinar Grafika,

commit to user

mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena

berjalannya waktu (na‟siah).

b). Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan.

c). Gharar, yaitu transaksi yang obyeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah;

d). Haram, yaitu transaksi yang obyeknya dilarang dalam syariah; atau e). Zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak

lainnya

2. Tinjauan tentang Pembiayaan

Dalam dokumen TESIS S351208022 ITA TRESNAWATI (Halaman 23-33)

Dokumen terkait