• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Umum Peran Badan Penyelesaian Sengketa

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

5. Tinjauan Umum Peran Badan Penyelesaian Sengketa

Menurut Soejono Soekanto (1990: 268

aspek dinamis kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia menj

Sedangkan W. J. S Poerwadarminta (1987: 735)

sesuatu yang jadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya suatu h

Jadi yang dimaksud dengan peran adalah sesuatu yang menjadi bagian penting yang merupakan aspek dinamis untuk memenuhi hak dan kewajian.

b. Pengertian Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku .

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 13/M-DAG/PER/3/2010 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Badan Penyelesaian Konsumen dan Sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa Kon

Sengketa Konsumen yang selanjutnya disingkat BPSK adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan

Menurut Celina Tri Siwi Kristiyanti (2008: 126) menyatakan bahwa (small claim court) yang sangat diharapkan dapat menjawab tuntutan masyarakat agar proses berperkara

Dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Cepat

Waktu penyelesaian yang diperlukan oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen untuk menyelesaikan sengketa konsumen relatif cepat, yakni selambat-lambatnya dalam waktu 21 hari kerja sejak diterimanya pengaduan

commit to user

atau gugatan dengan lengkap dan benar sudah terbit putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.

2) Sederhana

Berbeda dengan di Pengadilan Negeri, yang dalam proses penyelesaian sengketa mengenai adanya gugatan atau intervensi jawaban, replik, duplik, kesimpulan dan lainnya. Maka Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen cukup sederhana yaitu konsumen menyampaikan pengaduannya, pelaku usaha menyampaikan jawabannya, selanjutnya majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dengan cara damai, musyawarah, kekeluargaan dalam rangka memperoleh putusan yang bersifat win-win solution.

3) Mudah

Penyelesaian sengketa konsumen di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen tidak dipungut biaya, baik kepada konsumen maupun kepada pelaku usaha (biaya administrasi berupa surat panggilan, pengetikan, dan lainnya).

Jadi Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen yang diharapkan dapat menyelesaikan perkara secara cepat, sederhana, dan murah.

c. Syarat Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

Menurut Pasal 49 angka 2 Undang-Undang Pelindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 untuk dapat diangkat menjadi anggota Badan Penyelesaian sengketa Konsumen, seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1) warga negara Republik Indonesia; 2) berbadan sehat;

3) berkelakuan baik;

4) tidak pernah dihukum karena kejahatan;

5) memiliki pengetahuan dan pengalaman dibidang perlindungan konsumen;

commit to user

Selain persyaratan umum, untuk menjadi anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen juga ada syarat khusus seperti yang terdapat pada Pasal 7 ayat 2 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 13/M-DAG/PER/3/2010 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Badan Penyelesaian Konsumen dan Sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, yaitu :

1) diutamakan bertempat tinggal diwilayah kabupaten/kota setempat untuk Provinsi DKI Jakarta bertempat tinggal di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi;

2) diutamakan berpendidikan paling rendah strata 1 (S1) dari lembaga pendidikan yang terakreditasi;

3) calon yang berasal dari unsur pemerintah berpangkat paling rendah Penata/golongan III/c dan diutamakan yang tidak menjabat dalam jabatan struktural; dan

4) calon yang berasal dari unsur konsumen dan pelaku usaha tidak sedang menjadi pengurus salah satu partai politik.

Pasal 8 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 13/M-DAG/PER/3/2010 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan Sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen mengatur bahwa calon anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen untuk setiap unsur harus melengkapi dokumen sebagai berikut :

1) daftar riwayat hidup;

2) fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dengan menunjukkan aslinya;

3) fotokopi ijasah pendidikan terakhir yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang;

4) surat keterangan kesehatan dari dokter rumah sakit atau puskesmas; 5) surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari kepolisian

setempat;

6) fotokopi keputusan kenaikan pangkat terakhir bagi calon yang berasal dari unsur pemerintah;

7) fotokopi Tanda Daftar Lembaga Perlindungan Konsumen (TDLPK) bagi calon anggota BPSK yang berasal dari unsur konsumen yang mewakili LPKSM;

8) surat pernyataan bermaterai cukup bahwa berpengalaman dibidang perlindungan konsumen;

9) surat pernyataan bermaterai cukup bahwa tidak sedang menjadi pengurus partai politik;

commit to user

10) surat pengusulan calon anggota BPSK dari pimpinan

lembaga/instansi yang diwakilinya; dan

11) pas foto terakhir ukuran 4X6 sebanyak 2 (dua) lembar.

d. Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

Dalam melaksanakan fungsinya untuk menjamin dan menegakkan hak-hak konsumen, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen diberi tugas dan wewenang. Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 tahun 1999 Pasal 52 jo. SK. Memperindag Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 tanggal 10 Desember 2001 tugas dan wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah :

a. melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi, atau arbritasi atau konsiliasi;

b. memberikan konsultasi perlindungan konsumen;

c. melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku; d. melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran

ketentuan dalam undang-undang ini;

e. menerima pengaduan, baik tertulis maupun tidak tertulis dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

f. melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;

g. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

h. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang ini; i. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimnana dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian sengketa konsumen;

j. mendapatkan, meneliti, dan/atau menilai surat, dokumen atau alat bukti lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan;

k. memutuskan dan menetapkan ada atau tidaknya kerugian dipihak konsumen;

l. memberitahukan putusan kepada pelaku usaha pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

m. menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.

commit to user

e. Peran Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

Peran Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam

menyelenggarakan perlindungan konsumen di Indonesia merupakan ujung tombak dilapangan untuk memberikan perlindungan terhadap hak konsumen yang telah dirugikan.

Perlindungan yang diberikan oleh lembaga Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen tersebut kepada konsumen adalah melalui penyelesaian sengketa antara konsumen dan pelaku usaha dan juga berperan melakukan pengawasan terhadap setiap perjanjian atau dokumen yang mencantumkan klausula baku yang merugikan konsumen. (Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, 2010: 61)

Hal senada juga dinyatakan oleh Susanti Adi Nugroho (2011: 83), bahwa ada dua peran strategis dari Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, yaitu :

1) BPSK berperan sebagai instrumen hukum penyelesaian sengketa diluar pengadilan (alternative dispute resolution), yaitu melaui konsiliasi, mediasi, dan arbitrase.

2) Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku oleh pelaku usaha.

Dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Penyelesaian sengketa diluar pengadilan (alternative dispute resolution), yaitu melaui konsiliasi, mediasi, dan arbitrase.

Setiap konsumen yang merasa dirugikan oleh pelaku usaha dapat mengadukan masalahnya ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen baik secara langsung atau diwakili oleh ahli warisnya. Pengaduan yang disampaikan oleh ahli warisnya dapat dilakukan apabila konsumen yang bersangkutan dalam keadaan sakit, meninggal dunia, lanjut usia, belum dewasa atau warga negara asing. Pengaduan tersebut dapat disampaikan secara lisan atau tulisan kepada sekretariat di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen di kota atau kabupaten tempat domisili konsumen atau di kota atau kabupaten terdekat dengan domisili konsumen.

Dengan adanya Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen maka penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan secara cepat, mudah, dan

commit to user

murah. Cepat karena dalam undang-undang menentukan dalam tenggang waktu 21 hari kerja Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen wajib memberikan putusannya. Mudah karena prosedur administratif dan proses pengambilan keputusan yang sederhana. Murah terletak pada biaya perkara yang terjangkau. Penyelesaian sengketa konsumen di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen diselenggarakan semata-mata untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen. (Susanti Adi Nugroho, 2011: 100)

Proses penyelesaian sengketa konsumen di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen untuk mendapatkan kesepakatan dari pelaku usaha mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi serta tidak terjadinya kesalahan yang sama maka didalam Pasal 45 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dicantumkan bahwa :

a) Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha melalui peradilan yang berada dilingkungan peradilan umum.

b) Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.

c) Penyelesian sengketa diluar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang.

d) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa diluar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.

Celina Tri Siwi Kristayanti (2008: 199) mengutip Pasal 54 ayat 4 Jo. Pasal 26 sampai dengan Pasal 36 Surat Keputusan Menperindag Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 menyatakan terdapat tiga cara persidangan di Badan

commit to user

a) Persidangan dengan cara konsiliasi

Inisiatif salah satu pihak atau para pihak yang membawa sengketa konsumen ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen ditangani oleh Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang bersikap pasif dalam persidangan dengan cara konsiliasi. Sebagai perantara antara pihak yang bersengketa, majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen bertugas (Pasal 28 Surat Keputusan Menperidag No. 350/MPP/Kep/12/2001) :

(1) Memanggil konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa; (2) Memanggil saksi dan saksi ahli bila diperlukan;

(3) Menyediakan forum bagi konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa;

(4) Menjawab pertanyaan konsumen dan pelaku usaha, perihal peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen. Prinsip tata cara penyelesaian sengketa konsumen dengan cara konsiliasi ada dua (Pasal 29 Surat Keputusan Menperindag No. 350/MPP/Kep/12/2001) :

(1) Proses penyelesaian sengketa konsumen menyangkut bentuk maupun jumlah ganti rugi diserahkan sepenuhnya kepada para pihak.

(2) Hasil musyawarah konsumen dan pelaku usaha dikeluarkan dalam bentuk keputusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.

b) Persidangan dengan cara mediasi

Cara mediasi ditempuh atas inisiatif salah satu pihak atau para pihak, sama halnya dengan cara konsiliasi. Keaktifan majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen sebagai perantara dan penasehat penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara mediasi terlihat dari tugas Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, yaitu :

(1) Memanggil konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa; (2) Memanggil saksi dan saksi ahli bila diperlukan;

commit to user

(3) Menyediakan forum bagi konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa;

(4) Secara aktif mendamaikan konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa;

(5) Secara aktif memberikan saran atau anjuran penyelesaian sengketa konsumen sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen.

Prinsip tata cara penyelesaian sengketa konsumen dengan cara mediasi

ada dua (Pasal 31 Surat Keputusan menperindag No.

350/MPP/Kep/12/2001) ;

(1) Proses penyelesaian sengketa konsumen menyangkut bentuk maupun jumlah ganti rugi diserahkan sepenuhnya kepada para pihak, sedangkan majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen bertindak aktif sebagai mediator dengan memberikan nasehat, petunjuk, saran dan upaya-upaya lain dalam meyelesaikan sengketa. (2) Hasil musyawarah konsumen dan pelaku usaha dikeluarkan dalam

bentuk keputusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. c) Persidangan dengan cara arbitrase

Pada persidangan dengan cara ini para pihak menyerahkan sepenuhnya kepada majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen untuk memutuskan dan menyelesaikan sengketa konsumen yang terjadi. Proses pemilihan majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dengan cara arbitrase ditempuh melalui dua tahap (Pasal 32 Surat keputusan Menperindag No. 350/MPP/Kep/12/2001) :

(1) Para pihak memilih arbitor dari anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang berasal dari unsur pelaku usaha dan konsumen sebagai anggota majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.

(2) Arbitor yang dipilih para pihak tersebut kemudian memilih arbitor ketiga dari anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dari unsur pemerintah sebagai Ketua Majelis Badan Penyelesaian

commit to user

Sengketa Konsumen, jadi unsur pemerintah selalu dipilih untuk menjadi ketua majelis.

2) Pengawasan terhadap Pencantuman Klausula Baku

Menurut Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor

8 Tahun 1999 yang dimaks Setiap aturan

atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh

Dalam hal ini Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen mempunyai peran untuk mengawasi klausula baku yang dibuat oleh semua pelaku usaha, termasuk klausula baku yang dikeluarkan oleh PT PLN (Persero), PT Telkom (Persero), bank-bank milik pemerintah maupun swasta, perusahaan leasing atau pembiayaan, dan lain-lain.

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah acuan didalam melaksanakan penelitian, kerangka berpikir berisi jawaban dari rumusan masalah berdasarkan kajian teori. Sehingga dari kajian teori diatas dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut : Manusia didalam kehidupannya akan selalu berhadapan dengan apa yang dinamakan kebutuhan, dalam memenuhi kebutuhan pasti setiap orang melakukan suatu hubungan atau interaksi, produsen yang biasa dikenal dengan pelaku usaha berusaha menyediakan barang dan/atau jasa guna mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin, konsumen selaku pengguna barang dan/atau jasa juga membutuhkan kualitas yang baik dan pelayanan yang memuaskan dari para pelaku usaha.

Banyaknya kelemahan dari pihak konsumen tidak jarang menimbulkan suatu hal yang sangat merugikan pihak konsumen. Guna melindungi hak-hak konsumen tersebut, sebagai implementasi dari Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen maka dibentuklah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang diharapkan mampu memberikan perlindungan terhadap

commit to user

konsumen yang merasa hak-hak mereka dilanggar oleh pelaku usaha. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah pengadilan khusus konsumen yang diharapkan dapat menjawab tuntutan masyarakat agar proses pencari keadilan dari konsumen yang dirugikan oleh pelaku usaha dapat berjalan secara cepat, sederhana, dan murah. Diharapkan dengan kehadiran Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dapat menjembatani perselisihan antara konsumen dan pelaku usaha sehingga dapat memberikan keuntungan antara kedua belah pihak tanpa merugikan satu dengan yang lainnya.

Berikut ini skema pemikiran untuk memudahkan dalam memahami penelitian yang dikembangkan penulis secara sistematis :

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir BPSK

Pelaku Usaha Konsumen

commit to user

Dokumen terkait