• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS

B. Tokoh-tokoh dalam Novel Mimi lan Mintuno

1. Tokoh Profeminis

Tokoh-tokoh yang termasuk dalam kategori profeminis adalah tokoh-tokoh yang memunculkan ide-ide feminis atau memberikan dukungan terhadap tokoh-tokoh yang memiliki ide-ide feminis. Kriteria-kriteria feminis yang tampak dalam novel

Mimi lan Mintuno antara lain, sosok perempuan optimis, mandiri, kuat dan tegar dalam menghadapi cobaan hidup, serta mampu memperjuangkan hak dan kepentingannya sebagai perempuan. Pada dasarnya tokoh yang profeminis bukan hanya dari golongan perempuan saja, tetapi ada sebagian laki-laki yang juga sepaham dengan ide-ide yang dimunculkan oleh feminis.

a. Indayati

Indayati merupakan tokoh profeminis yang mempunyai latar belakang kebudayaan Jawa. Masyarakat suku Jawa menganut garis keturunan patrilineal. Patrilineal merupakan sistem keturunan atau hubungan keturunan melalui garis kekerabatan laki-laki. Sistem kekerabatan patrilineal yang berlaku pada garis

kehidupan dalam keluarga suku Jawa, membuat laki-laki cenderung mendapat kedudukan yang lebih tinggi daripada perempuan, dan akan lebih diutamakan dibandingkan anak perempuan dalam segala aspek. Efek dari penetapan peran laki-laki sebagai kepala dan pemimpin rumah tangga dan perempuan sebagai ibu rumah tangga, seringkali memicu peluang terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (perempuan) dalam kehidupan perkawinan. Tidak dihargainya hak-hak asasi perempuan dalam sebuah perkawinan juga terjadi dalam rumah tangga Indayati. Petruk, suami Indayati kerap kali melakukan tindakan kekerasan fisik, seperti ditampar, ditendang, dan disulut rokok. Perhatikan kutipan berikut.

Dalam keadaan mabuk berat yang membuat matanya merah dan tubuhnya unggang anggit, dengan tangan kiri yang kuat lelaki itu memukul mulut istrinya. Cedera. Keluar darah. ...dengan tangan kanan yang lebih kuat lelaki ini memukul lagi. Istrinya terhuyung. Membentur dinding. Jengkang. Semaput. (Remy Sylado, 2007: 1).

...di bibirnya bekas luka dari tamparan dan siksa Petruk selama itu. Itu belum lagi bekas luka yang tersembunyi di badannya yang tertutup baju. Hanya jika dia bertelanjang barulah terlihat beberapa bekas luka sudutan rokok di perut dan payudaranya yang dilakukan Petruk selama itu. (Remy Sylado, 2007: 33).

Pada akhirnya setelah sekian lama, mencoba bertahan dalam kungkungan rumah tangga yang telah membuatnya tersiksa secara lahir batin, Indayati mengambil keputusan meninggalkan suaminya. Perhatikan kutipan berikut.

Tapi lama-lama, dirasa-rasa, dipikir-pikir, naga-naganya semakin hari Indayati semakin buruk jua keadaannya. Maka, inilah harinya Indayati merasa mesti mengucapkan di dalam hatinya pernyataan selamat tinggal bagi suaminya. Dia telah sampai pada rasa puncak tidak tahan lagi tinggal serumah dengan seorang suami yang menjadikannya sebagai tawanan. (Remy Sylado, 2007: 2)

Keputusan yang diambil Indayati sesuai dengan pandangan feminis, sebab inti ajaran feminisme adalah mendukung perempuan untuk mempunyai hak memilih sebuah keputusan yang terbaik bagi dirinya. Dengan meninggalkan Petruk, Indayati dapat melepaskan diri dari kekerasan dalam rumah tangga yang telah lama menderanya.

b. Bulik Ning

Listuhayuningsih atau lebih sering disebut bulik Ning oleh Indayati merupakan tokoh profeminis yang mendukung keputusan Indayati meninggalkan Petruk. Sebagai seorang perempuan, dia sangat memahami penderitaan lahir batin yang dirasakan Indayati selama berumah tangga dengan Petruk. “Bulik ngerti. Suamimu edan. Suami yang sudah berani menaruh tangan ke muka istrinya, adalah laki-laki hewan,

pengecut, tidak punya harga diri, bajingan” (Remy Sylado, 2007: 5).

Merasa iba dengan nasib keponakannya yang sering dianiaya oleh suaminya, Bulik Ning mengajak Indayati pindah ke Manado untuk memulai kehidupan baru tanpa kekerasan dan sikap kasar suaminya. “Sudah, cerai saja tinggalkan suamimu, ikut kami!” kata Bulik Ning (Remy Sylado, 2007: 18) semakin mendukung kebebasan keponakannya dari penindasan yang selalu dilakukan Petruk. Dengan meninggalkan Petruk, berarti Indayati melawan ideologi patriarki yang membuatnya terkungkung dalam kehidupan rumah tangga, serta dapat terbebas dari perilaku buruk suaminya. Pada saat Indayati mendapat tawaran pekerjaaan yang secara finansial, dapat menjamin kehidupan Indayati dan anaknya, Bulik Ning sangat mendukung mendukung keputusan tersebut. Perhatikan kutipan berikut.

Kata Bulik Ning dengan semangat Angkatan `45 ), “itu bagus untuk menemukan pribadimu. orang lain susah-susah kepengen diterima main film, sementara kamu yang sudah diterima, bahkan ditawari sendiri, malah mbulet, berbelit. Sudah jalani saja. daripada mikiri lakimu yang kucluk itu, ya lebih baik main film, jadi terkenal. biar lakimu itu gigitjari” (Remy Sylado, 2007: 31)

Berdasarkan kutipan di atas, terlihat Bulik Ning sangat mendukung perempuan yang mandiri secara ekonomi. Pemikiran bahwa seorang perempuan layak mempunyai kemandirian dan tidak tergantung pada suami dalam segi ekonomi, sangat didukung oleh gerakan feminis.

c. Siti Anastasia

Siti Anastasia adalah seorang polwan, kemunculannya sebagai tokoh profeminis dalam teks novel Mimi lan Mintuno digambarkan berbeda dengan stereotipe perempuan yang pada umumnya cenderung lemah lembut. Perhatikan kutipan berikut.

Siang ini Siti berada di tempat latihan menembak. Dari enam peluru yang ditembakkan ke dada orang-orangan yang menjadi sasarannya, semuanya mengena di tempat yang sama. Artinya Siti memang sangat titis (Remy Sylado, 2007: 93).

Siti yang titis, yang juara tembak Perbakin ini, dengan serta merta menarik picu pistolnya. Peluru langsung melesat dan dengan tepat, sesuai harapannya, memembusi jidat Sean PV (Remy Sylado, 2007: 274)

Siti merupakan sosok perempuan yang pemberani, kuat, dan cerdas. Dalam usianya yang masih relatif muda, dia memiliki sejumlah prestasi kerja yang memuaskan sehingga jabatan sebagai ajudan Kapolri telah disandangnya. Secara fisik, Siti Anastasia berpenampilan cantik dan menarik sehingga sebagian orang, termasuk Sean PV tidak mengira bahwa Siti adalah seorang Polwan. Perhatikan kutipan berikut.

Ketika Sean PV memperhatikan sosok Siti dengan pandangan matanya yang liar dengan pikirannya yang ngeres, sama sekali dia tidak menduga bahwa perempuan yang diperhatikannya itu adalah seorang polwan: polwan yang dengan sendirinya punya pengetahuan tentang ukuran-ukuran siapa yang harus disebut penjahat untuk diburunya dan ditangkapnya (Remy Sylado, 2007: 196).

Luar biasa ambisi Somphon hendak mengalahkan Siti. Dia kepalang beranggapan perempuan yang berada di hadapannya ini hanyalah wanita yang sama dengan para stok di gedung ini: lemah, manut, dungu, dan sering menangis. Dia tidak menyangka bahwa perempuan di hadapannya

ini adalah seseorang betina perkasa yang sanggup membuatnya menyesal menjadi manusia (Remy Sylado, 2007: 254)

Berkaitan dengan kutipan-kutipan di atas, terlihat bahwa perempuan yang sering dinilai berpenampilan dan berprilaku lemah lembut, sementara laki-laki berpenampilan dan berprilaku tegar, jantan dapat menjadi kebalikannya. Siti Anastasia sangat lihai dan jago bela diri. Olah raga bela diri merupakan olah raga keras yang membutuhkan ketahanan dan kekuatan fisik, perempuan yang sering dipersepsikan lemah ternyata dapat memiliki kekuatan yang melebihi laki-laki.

2. Tokoh Kontrafeminis

Dokumen terkait