• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Tradisi Pernikahan Yogyakarta Menurut Subjek Penelitian

2. Tradisi Pernikahan Yogyakarta Menurut S1 (Orang Tua Pengantin

a. Pelaksanaan Tradisi Pernikahan Yogyakarta Menurut S1

Peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut “Bapak, Ibu, rangkaian upacara pernikahan atau mantu yang dilaksanakan oleh Bapak dan Ibu waktu menikahkan anak bagaimana Pak, Bu?” Setelah jelas dengan

pertanyaan yang diajukan, S1 menjelaskan sebagai berikut “Ya pertama kali kan kedua anak itu saling kenal, kan itu pilihan dari yang bersangkutan baik yang cowok maupun cewek. Lalu kedua kali, terutama dari pihak orang tua lelaki itu kalau sudah mengerti kalau anaknya ke sana-ke sini dan kenalan dengan saya, mestinya kan dari pihak orang tua lelaki kan ingin kenalan juga dengan pihak orang tua yang cewek itu. Ya perkenalan dulu! Perkenalan kalau saya ini orang tua ini, rumahnya sini, dan sebagainya. Kemudian orang tuanya sana juga memperkenalkan. Terus biasanya kalau orang tua sudah saling perkenalan, dari pihak lelaki terutama, mengadakan ada utusan berapa orang untuk melamar, biasanya. Tapi kalau dari keluarga sini kemarin enggak. Kemarin sini agak beda. Pertama perkenalan keluarga, calon besan sudah menganggap itu Lamaran, ini disampaikan lewat anak. Kalau ada acara tukar cincin, ada acara utusan dari saya semuanya dilakanakan waktu Midodareni. Jadi misal besok nikah, sorenya itu tukar cincin dan Srah-srahan.”

Kegiatan perkenalan keluarga ini dilaksanakan kurang lebih satu tahunan sebelum peresmian. Kemudian, S1 menjelaskan rangkaian kegiatan saat hari pernikahan, yaitu pernikahan di Gereja Katolik Klepu kemudian resepsi pernikahan di gedung. Beliau juga menyampaikan bahwa kedua acara ini dipangku oleh pihak calon besan. Sementara kegiatan yang diadakan atau dilaksanakan di kediaman S1, beliau menyampaikan sebagai berikut “Sini itu hanya punya gawe misa syukur setelah sepasaran, ada penyerahan temanten dari pihak putri juga. Jadi di acaranya itu ada atur pambagyo, kemudian dari sana menyerahkan pengantin, sini menerima dan dilanjutkan misa syukur”. S1 juga

menjelaskan tentang gambaran umum saat pelaksanaan Misa Syukur (sepasaran) sebagai berikut “Saat misa, tamunya semua umat Katolik, kemudian yang parkir pemuda sekitar sini. Konsumsi di belakang, ibu- ibu RT sini”.

Adapun rangkaian acara yang dilaksanakan sebelum hari pernikahan, yaitu Ijab, S1 juga memiliki rangkaian kegiatan. Rangkaian itu, disampaikan sebagai berikut “Kita kan nikahnya tanggal 26, terus tanggal 25-nya seserahan. Seserahan ini kita mengirim rombongan, tapi di pihak sana (keluarga calon pengantin putri) diterima terus sama ibadat. Setelah rombongan dari sana (rumah orang tua calon pengantin putri), pulang, sini Kenduri. Setelah Kenduri makan-makan”. Peneliti juga menanyakan

tentang rangkaian acara yang dilaksanakan saat sebelum Srah- srahan “Sebelum upacara Srah-srahan itu, semua yang mengantar duduk di ruang yang saya siapkan, kemudian sebelumnya ada atur pambagyo, terus inti acara. Inti acara ini pamitan kalau mau seserahan (Srah-srahan) ke sana

(kediaman orang tua pengantin putri), dan doa”. Adapun perlengkapan

yang dibawa ke kediaman calon pengantin putri dijelaskan sebagai berikut oleh S1 “Peningset, Peningset ini meliputi cincin, gelang, ya pokonya perhiasan, terus busana manten, terus busana kerja, busana kerja itu ada tas, sepatu gitu. Terus alat-alat tidur, ada sprei dan sebagainya, terus ayam jago, alat make up, benda-benda rohani, terus makanan, aneka makanan! Terus sekedar amplop. Gula teh, gulanya semua jenis, pisang raja.”

Saat peneliti menanyakan tentang rangkaian upacara pada saat resepsi pernikahan, S1 menjelaskan sebagai berikut “Dari Klepu (lokasi Ijab) langsung ke Bener (lokasi gedung resepsi) ya kurang lebih satu jam perjalanan. Kemudian sampai sana pengantinnya ganti pakaian, orag tua juga gitu, yang sebelumnya saya pakai Jas, disana diganti pakai pakaian adat. Terus sebelum acara itu, ada upacara adat, adat Panggih. Jadi pengantin itu di ditemokke (dipertemukan)”.

Saat peneliti menanyakan tentang upacara Tarub, S1 menjelaskan sebagai berikut “Kalau Tarub di sini tidak (melaksanakan). Hanya pasang tenda sebelum misa syukur itu, karena kami, tak itung-itung kurang lebih muat 400-an. Jadi pasang tenda hanya sebelum misa syukur.”

Saat peneliti mengonfirmasi persiapan yang berupa Kenduri sebelum upacara pernikahan, S1 menyampaikan tentang berkat Kenduri yang disediakan sebagai berikut “Slametan aja saya pesen”.

Kemudian peneliti mengonfirmasi waktu pelaksanaan Kenduri yaitu dilaksanakan setelah acara Srah-srahan dan tepatnya setelah maghrib. Peneliti kembali mengonfirmasi kegiatan atau rangkaian acara pada saat Srah-srahan di kediaman orang tua calon pengantin

putri dan menyampaikan bahwa S1 tidak turut hadir hanya mengrimkan rombongan sehingga tidak mengalami secara langsung.

S1 menyampaikan bahwa sebelum menggelar acara, beliau mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat untuk mengundang dan meminta doa restu. Kemudian peneliti menanyakan aktivitas yang dilaksanakan oleh S1 pada saat sebelum Srah-srahan dan Kenduri. S1 menjelaskan dan sekaligus menyisipkan keterangan tentang konsumsi sebagai berikut “acara kemarin itu kan pas liburan, dan semua keluarga pada kumpul, sudah cuma itu saja! Karena kan untuk makan dan Kenduri saya pesan katering. Ya minggu siang itu katering sudah datang, kan untuk persiapan nanti jam 3 itu (acara Srah-srahan) sama persiapan pas Kenduri kan makan juga. Jadi katering itu kan untuk kira-kira 50-an orang yang ngantar, terus beda katering, yang Kenduri beda katering, jam 4 datang. Terus makanan itu nanti dilanjutkan yang keduri sama dengan untuk yang seserahan. Orang disini itu dekornya itu malam kamis, malam 29 itu (malam sebelum Misa Syukur). Itu malam kamis itu ada lek-lekan (tirakatan) sampai jam 4 pagi yang dekor sampai jam setengah 7. Kamis itu toh misa syukur, Rabu sore itu gladi resik koor. Rabu siang dilalahe (syukurnya) tendanya sudah datang. Eh Selasa siang datangnya (tenda). jadi mintanya Rabu, tapi datangnya Selasa. Jadi kami meninggalkan adat pakai janur, sama yang ada pisang atau apa itu (tuwuhan)! kami meningalkan”.

Peneliti mengonfirmasi ulang upacara yang dilaksanakan pada saat upacara resepsi, kemudian S1 menjelaskan sebagai berikut “Temu Panggih, terus ada sawur apa ya namanya?! Itu isinya beras kuning, sama lintingan beras, itu dari pihak putri. Kan ada Balang-Balangan

Daun Sirih, terus Mecah Telur, terus itu ada pakai bokor nasi kuning. Pengantin kan sudah di panggung, jadi orang tua dari pengantin putri itu menyebar beras kuning itu. Tapi itu dilaksanakan sebelum undangan. Undangan kan jam 1 siang. Jadi sebelum jam 1. Jam 1 itu bukan mulai acara, itu jam 12 sudah mulai acara (adat). Jadi ini undangannya di gedung itu saya batasi. Undangan itu hanya teman manten, dan teman-teman rekan kerja yang belum pensiun, supaya tidak terlalu berdesak-desakan. Sama tokoh-tokoh sini. Jadi teman-teman dekat, saya undang kesini untuk misa syukur. Teman dekat saja, saya batasi hanya 400!”

Peneliti mengonfirmasi ulang kegiatan di kediaman calon pengantin putri, apakah ada kegiatan Midodareni. Kemudian S1 menjelaskan “Di sana ada ibadat. Kemudian dari sini calon pengantin kakung juga ada yang menemani. Pakai begondel, itu teman SMA dulu. Jadi itu tidur di sana menemani calon pengantin kakung di sana (kediaman orang tua calon pengantin putri)”. S1 juga menegaskan kembali gambaran umum

kegiatan sebagai berikut “Jadi yang saya alami kemarin begitu, sini memang termasuk sederhana. Semua makanan pesan, kecuali pada saat acara penutup, pas pembubaran panitia sini minta tolong kepada masyarakat. Panitianya dibentuk ya sebelumnya, jadi sekitar awal November itu kan panitia inti, cuma keluarga semua. Terus panitia besar itu tidak terlalu banyak. Pertama kali cuma keluarga yang diundang sekitar 10-an orang terus panitia besar sekitar 50-an orang. Tapi sebelum rapat panitia besar ini, kami rapat panitia kecil dulu. Rapat panitia besar ini tanggal 15 November. Kemudian setelah draf jadi, panitia kecil mencetak buku panduan ini, terus rapat besar sekitar 50-an (orang). Kalau pas penutup memang kami masak-masak untuk pembubaran panitia. Yang masak-masak masyarakat sekitar sini. Sekitar sini kan ada yang jual bakso, itu saya manfaatkan saat latihan koor. Eh bukan, itu saat rapat

panitia besar. Untuk misa syukur disini, Romo dari Sedayu, tapi saya pesannya sejak sekitar bulan Agustus tahun lalu. Karena itu kan masa-masa Gereja sedang sibuk karena masa Natal, jadi memang harus jauh-jauh hari”. Tidak

lupa peneliti menanyakan teknis pada saat menjelang upacara Ijab. S1 menjelaskan sebagai berikut “Jadi Mbak, saya berangkat ke sana (kediaman orang tua calon pengantin putri) jam setengah 5 pagi dari rumah. Kemudian di sini keluarga sudah ada yang mengatur”.

Tidak hanya informasi tentang pelaksanaan rangkaian upacara yang peneliti gali, akan tetapi tentang biaya yang dihabiskan dalam menggelar upacara ini juga peneliti tanyakan. S1 menjelaskan tentang biaya yang dihabiskan untuk acara Srah- srahan sebagai berikut “Barang-barang yang dibawa waktu Srah-srahan itu semua dipersiapkan oleh anak saya. Kemudian amplop itu 35 (juta). Perhiasan dan kelengkapan semua dari anak saya”.

Kemudian S1 menjelaskan tentang biaya untuk pesan paket Kenduri yakni 100 paket dengan setiap paket seharga Rp 37.000,00. sedangkan untuk biaya konsumsi pada saat sebelum Srah-srahan, sebelum Ijab, dan pada saat Misa Syukur, adalah sebesar Rp 18.913.000,00. berikut penjelasannya “Saya baru ngasih 15 (juta), tapi tak anggar 20 (juta). Sana baru mau bawa 15 (juta) kurangnya 3 (juta) sekian, jadi totalnya 18.913.000”. Peneliti melanjutkan pertanyaan

tentang biaya untuk acara misa syukur “Rias sini satu juta, saat misa syukur. Tapi yang di sana (saat pernikahan) itu pihak sana”. Penjelasan oleh

menjelaskan juga tentang persembahan yang diserahkan pada saat misa syukur tersebut “Untuk pisungsung (persembahan) dari keluarga 1,5 Juta dari umat itu 800 (ribu). Dekorasi 300 (ribu), tapi kami ucapan trimakasih tak kasih sekedar beli kaos. Tapi sebenarnya gak wajib. Tak kasih empat orang 400 (ribu)”.

Lama penyewaan tenda dijelaskan pula oleh S1 dan penjelasan lanjutan tentang keperluan pada saat Misa Syukur

“Tenda sewa sehari tapi karena bongkaran jadi sudah datang duluan. Dua hari sebelumnya sudah datang. Dekor sama nambah kain 200 (ribu). Tenda sama kursi 800 (ribu), terus sound sama genset 400 (ribu), loststrum (kelebihan daya) 150 (ribu). Kesekretariatan panitia 130. Transportasi 400 (ribu). Penutupan panitia 1 juta, memasak sendiri”.

Selain keperluan tersebut, S1 juga mengeluarkan biaya untuk kelompok paduan suara serta organis yang turut memeriahkan upacara Sepasaran pengantin dengan dikemas dalam Misa Syukur secara agama Katolik. Penjelasannya adalah demikian

“Organis sama koor, karena koor dari lingkungan sini jadi hanya mengisi kas lingkungan 600 (ribu), organis 200 (ribu)”.

Tidak lupa S1 juga menjelaskan dan menegaskan hal-hal penting lainnya “Terus habis (acara Misa Syukur) itu kami ater-ater (Uleh- uleh). Untuk Uleh-uleh itu 2 juta 6 ratus. Itu (untuk) panitia inti tak kasih (Uleh- uleh) itu sama keluarga dekat sama yang membawa mobil, karena tidak mau diganti (bensin) jadinya kami kasih Uleh-uleh itu”. Penjelasan berlanjut

tentang teknis makan malam yang disajikan pada saat upacara sepasaran tersebut “Waktu misa syukur kami ada dua macam konsumsi, ada

prasmanan sama dus. Jadi umat umum (undangan) itu pakai dus, yang prasmanan untuk romo, besan, sama keluarga. Kalau prasmanan semua kurang tempatnya. Jadi sini hanya untuk besan. Dari besan 50 (orang)”.

S1 juga menjelaskan bahwa saat pernikahan berlangsung, gereja yang menjadi tempat peresmian sedang merenovasi gedung, oleh karena itu, pengantin memberikan partisipasinya berupa sumbangan, dan dijelaskan sebagai berikut “Mantennya juga ngasih sumbangan untuk pembangunan gereja 1 juta. Tapi itu di luar anggaran ini, itu dari manten”.

Sebagai masyarakat yang tentu merasa berterima kasih atas bantuan tetangga sekitar, S1 memberikan sedikit ucapan terima kasih berupa uang lelah, hal ini S1 sampaikan demikian “Terus untuk ucapan (terima kasih) buat yang masak itu kami juga ngasih uang lelah sama bensin itu habis 200 (ribu)”. Biaya yang diperlukan tidak hanya pada

saat pelaksanaan. Akan tetapi, pada saat persiapan S1 juga mengeluarkan biaya untuk menjamu keluarga yang terlibat dalam menggelar perayaan tersebut. Penjelasan S1 adalah sebagai berikut “Rapat keluarga pertama sate, rapat panitia ada bakso (seharga) empat ratus delapan puluh ribu. Sate itu waktu rapat keluarga habis 530 ribu”. Demikian

penjelasan S1 tentang realisasi pembiayaan pada Tradisi Pernikahan Yogyakarta yang digelar.

b. Unit-unit Data Pelaksanaan Tradisi Pernikahan Yogyakarta Menurut S1

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, diperoleh unit-unit data yang diperlukan dalam penelitian ini. Berikut adalah unit-unit data yang diperoleh:

Tabel 8. Unit-Unit Data Pelaksanaan Tradisi Pernikahan Yogyakarta Menurut S1 No Unit Data Rangkaian Kegiatan Penjelasan Kegiatan

1 Pra Pernikahan

Januari 2016 - Berkunjung ke kediaman calon besan untuk perkenalan orang tua.

- Perlengkapan yang diperlukan sekedar oleh-oleh untuk calon besan.

Agustus 2016 - Mengajukan permohonan kepada Romo untuk memimpin upacara Misa Syukur.

Oktober-November

2016 - Latihan Koor untuk Misa Syukur setiap malam minggu. Awal November

2016 - Rapat panitia inti. -

-

Keperluan yang dipersiapkan adalah jamuan makan. Banyaknya panitia adalah kurang lebih 10 orang.

15 November 2016 - Rapat panitia besar. -

-

Keperluan yang dipersiapkan jamuan makan.

Banyaknya panitia adalah kurang lebih 50 orang.

Kurang lebih satu minggu sebelum hari pelaksanaan

- Mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat untuk meminta restu.

25 Desember 2016 - Menerima kedatangan makanan yang dipesan untuk kegiatan pelepasan rombongan dan Kenduri kurang lebih pukul 11.00 WIB.

- Pelepasan rombongan

pengantar calon pengantin putra untuk upacara Srah-srahan di kediaman calon pengantin putri sekitar pukul 14.30 WIB.

-

-

Pelepasan rombongan dikemas dalam bentuk ibadat sesuai tata cara agama Katolik. Perlengkapan yang dibawa antara lain: Peningset berupa perhiasan, busana pengantin, busana kerja berupa tas dan sepatu, alat-alat tidur, ayam

jago, alat make up, benda-benda rohani, makanan, sekedar amplop, gula teh, pisang Sanggan. - Penerimaan rombongan

kembali dari upacara Srah- srahan sekitar pukul 18.00 WIB.

- Kenduri sekitar pukul 19.00

WIB. - - Dihadiri oleh masyarakat di sekitar kediaman S1. S1 menyiapkan sebanyak 100 paket Kenduri untuk dihaturkan kepada masyarakat sekitar kediaman S1. 2 Pernikahan

26 Desmber 2016 - S1 berangkat menuju kediaman orang tua calon pengantin putri untuk merias diri pukul 04.30 WIB.

- Persiapan rombongan menuju lokasi Ijab (Gereja Katolik Klepu).

- Persiapan dilakukan dengan berkumpul di kediaman S1. - Pelaksanaan upacara Ijab pukul

08.00 WIB.

- Perjalanan menuju lokasi

resepsi pernikahan.

- Persiapan resepsi pernikahan. - Rangkaian upacara adat

Panggih sekitar pukul 12.00 WIB.

- Resepsi pernikahan diawali dengan upacara adat pernikahan Yogyakarta. - Resepsi pernikahan pukul 13.00

sampai sekitar pukul 15.00 WIB.

3 Pasca Pernikahan

27 Desember 2016 - Pemasangan tenda.

28 Desember 2016 - Gladi bersih koor sore hari. - Pemasangan dekorasi sampai

dengan pukul setengah tujuh malam.

- Tirakatan malam hari sampai pukul 04.00 WIB di hari berikutnya.

29 Desember 2016 - Persiapan konsumsi pada siang

hari.

- Misa Syukur sekitar pukul

19.00. -

-

Tamu undangan yang hadir kurang lebih 400 orang, dimana sekitar 50 orang diantaranya adalah keluarga besan. Jamuan yang

dihaturkan kepada tamu undangan dikemas dalam kotak makan sehingga dapat dibawa pulang. Sedangkan untuk keluarga, besan dan pastor pemimpin acara dihaturkan dalam bentuk makan bersama. 9 Januari 2017 - Pembubaran panitia. - Pembubaran panitia

dikemas dalam bentuk makan bersama di kediaman S1 dan yang membantu menyiapkan adalah beberapa ibu- ibu yang tinggal di sekitar kediaman S1. - Pemberian ‘Uleh-uleh’ - Uleh-uleh diberikan

kepada keluarga, dan panitia. Uleh-uleh yang diberikan berupa nasi dan lauk pauknya yang disiapkan oleh

beberapa ibu-ibu yang tinggal di sekitar kediaman S1.

Demikianlah unit data tentang rangkaian upacara-upacara pada Tradisi Pernikahan Yogyakarta yang dilaksanakan oleh S1 (orang tua pengantin putra). Selain data tentang rangkaian upacara, diperoleh pula data tentang pembiayaan dari pelaksanaan upacara- upacara itu. Oleh kerena itu, berikut adalah data tentang pembiayaan untuk menggelar Tradisi Pernikahan Yogyakarta menurut S1:

Tabel 9. Unit Data Pembiayaan Pelaksanaan Tradisi Pernikahan Yogyakarta Menurut S1

No Keterangan Biaya

1 Amplop untuk Srah-srahan Rp 35.000.000

2 Perlengkapan Srah-srahan Rp 2.000.000

3 Kenduri 100 Paket Rp 3.700.000

4 Konsumsi persiapan Srah-srahan, persiapan

pernikahan, misa syukur Rp 18.913.000

6 Tenda dan kursi dan kelebihan daya Rp 950.000

7 Sound System Rp 400.000

8 Dekorasi altar 300.000 ucapan terima kasih 400.000,

kain 200.000 Rp 900.000

9 Organis Rp 200.000

10 Koor Rp 600.000

11 Stipendium (ucapan terimakasih untuk pastor) Rp 400.000

12 Persembahan dari keluarga Rp 1.500.000

13 Persembahan kolektif dari umat (undangan) RP 800.000

14 Uleh-uleh RP 2.600.000

15 Transportasi Rp 400.000

16 Kesekretariatan Rp 130.000

17 Pembubaran panitia Rp 1.000.000

18 Uang lelah untuk juru masak dan bensin Rp 200.000

19 Konsumsi rapat panitia inti RP 530.000

20 Konsumsi rapat panitia besar Rp 480.000

Demikianlah unit-unit data yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap S1 sebagai orang tua pengantin putra yaitu tentang rangkaian upacara dan pembiayaannya. Data tersebut kemudian akan divalidasi dengan metode trianggulasi waktu. c. Validasi Data Tradisi Pernikahan Yogyakarta dari S1

Validasi dilaksanakan pada tanggal 2 April 2017 sekitar pukul 11.15-11.45 WIB. Berdasarkan hasil validasi, S1 menyampaikan bahwa pada pra pernikahan setelah acara melamar terdapat kegiatan musyawarah antara S1 dan pihak besan. Demikian yang disampaikan oleh S1 “Itu sebelum mengajukan permohonan kepada Romo, itu kompromi antar keluarga bahwa nanti bulan Desember, penentuan hari itu lho! Tanggal 26 Desember itu, tidak diputuskan sepihak tetapi dikompromikan. Memang pihak putri mengajukan hari kemudian minta persetujan sini (S1) lalu diputuskan 26 Desember (2016). Itu di bulan Februari kalau gak Maret. Tapi sepertinya Maret. Sama rembugan (kompromi)

acaranya. Itu bentuk acara sini (S1) mau bagaimana sana (pihak besan) mau bagaimana, sini sederhana saja, begitu”.

S1 juga mengonfirmasi bahwa kegiatan gladi bersih koor untuk Misa Syukur tidak dilaksanakan pada pukul 15.00 akan tetapi malam hari sekitar pukul 19.00 WIB. Sedangkan kegiatan dekorasi dan tirakatan berlangsung bersamaan dan lebih malam dari pada gladi bersih koor atau sekitar pukul 21.00 WIB. Jadi, berdasarkan hasil validasi diperoleh tabel pelaksanaan pernikahan menurut S1 sebagai berikut:

Tabel 10. Data Pelaksanaan Tradisi Pernikahan Yogyakarta Menurut S1

No Unit Data Rangkaian Kegiatan Penjelasa Kegiatan

1 Pra Pernikahan

- Berkunjung ke kediaman calon besan untuk perkenalan orang tua pada bulan Januari 2016.

- Perlengkapan yang diperlukan sekedar oleh- oleh untuk calon besan. Februari atau Maret

2016 - Musyawarah keluarga menentukan hari pernikahan dan bentuk acara.

Agustus 2016 - Mengajukan permohonan kepada Romo untuk memimpin upacara Misa Syukur.

Oktober- November

2016 - Latihan Koor untuk Misa Syukur setiap malam minggu.

Awal November

2016 - Rapat panitia inti. -

-

Keperluan yang dipersiapkan adalah jamuan makan.

Banyaknya panitia adalah kurang lebih 10 orang. 15 November 2016 - Rapat panitia besar. - Jamuan makan

banyaknya panitia adalah kurang lebih 50 orang. - Mengunjungi tokoh-tokoh

masyarakat untuk meminta restu kurang lebih satu minggu sebelum hari pelaksanaan.

25 Desember 2016 - Menerima kedatangan makanan yang dipesan untuk kegiatan pelepasan rombongan dan Kenduri

kurang lebih pukul 11.00 WIB.

- Pelepasan rombongan pengantar calon pengantin putra untuk upacara Srah- srahan di kediaman calon pengantin putri sekitar pukul 14.30 WIB.

-

-

Pelepasan rombongan dikemas dalam bentuk ibadat sesuai tata cara agama Katolik.

Perlengkapan yang dibawa antara lain: Peningset berupa perhiasan, busana pengantin, busana kerja berupa tas dan sepatu, alat- alat tidur, terus ayam jago, alat make up, benda-benda rohani, makanan, sekedar amplop, gula teh, pisang Sanggan.

- Penerimaan rombongan kembali dari upacara Srah- srahan sekitar pukul 18.00 WIB.

- Kenduri sekitar pukul 19.00

WIB. - Dihadiri oleh masyarakat di sekitar kediaman S1. S1 menyiapkan sebanyak 100 paket Kenduri untuk diaturkan kepada masyarakat sekitar kediaman S1. 2 Pernikahan (26

Desember 2016) - S1 berangkat menuju kediaman orang tua calon pengantin putri untuk merias diri pukul 04.30 WIB.

- Persiapan rombongan menuju lokasi Ijab (Gereja Katolik Klepu).

- Persiapan dilakukan dengan berkumpul di kediaman S1. - Pelaksanaan upacara Ijab

pukul 08.00 sampai kurang lebih pukul 09.30 WIB.

- Perjalanan menuju lokasi

resepsi pernikahan.

- Persiapan resepsi

pernikahan.

- Rangkaian upacara adat Panggih sekitar pukul 12.30 WIB.

- Resepsi pernikahan diawali dengan upacara adat pernikahan Yogyakarta. - Resepsi pernikahan pukul

13.00 sampai sekitar pukul 15.00 WIB.

3 Pasca Pernikahan - Pemasangan tenda 27

Desember 2016.

28 Desember 2016 - Gladi bersih koor sekitar

pukul 19.00 WIB.

- Pemasangan dekorasi sekaligus tirakatan sekitar pukul 21.00 WIB sampai

pagi.

- Tirakatan sekitar pukul 21.00 sampai hari berikutnya sekitar pukul 04.00 WIB.

29 Desember 2016 - Persiapan konsumsi siang

hari.

- Misa Syukur sekitar pukul

19.00 WIB. -

-

Tamu undangan yang hadir kurang lebih 400 orang, di mana sekitar 50 orang diantaranya adalah keluarga besan.

Jamuan yang dihaturkan kepada tamu undangan dikemas dalam kotak makan sehingga dapat dibawa pulang. Sedangkan untuk keluarga, besan dan pastor pemimpin acara dihaturkan dalam bentuk makan bersama. 9 Januari 2017 - Pembubaran panitia . - Pembubaran panitia

dikemas dalam bentuk makan bersama di kediaman S1 dan yang membantu menyiapkan adalah beberapa ibu-ibu yang tinggal di sekitar kediaman S1.

- Pemberian ‘Uleh-uleh’ - Uleh-uleh diberikan kepada keluarga, dan panitia. Uleh-uleh yang diberikan berupa nasi dan lauk pauknya yang disiapkan oleh beberapa ibu-ibu yang tinggal di sekitar kediaman S1.

Selain pada rangkaian kegiatan, S1 juga memberikan revisi pada pembiayaan. Pada poin biaya untuk perlengkapan Srah-srahan dana yang dihabiskan tidak Rp 2.000.000 akan tetapi S1 tidak mengetahui secara pasti sebab hal itu dipersiapkan oleh sang anak. Jadi meminta untuk tidak perlu mencantumkan data tersebut, karena perkiraan yang S1 sampaikan saat pengambilan data tidak setimbang dengan perlengkapan yang ada.

Tabel 11. Pembiayaan Pelaksanaan Tradisi Pernikahan Yogyakarta Menurut S1

No Keterangan Biaya

1 Amplop untuk Srah-srahan Rp 35.000.000

2 Kenduri 100 Paket Rp 3.700.000

3 Konsumsi persiapan Srah-srahan, persiapan

pernikahan, Misa Syukur Rp 18.913.000

4 Rias Misa Syukur Rp 1.000.000

5 Tenda dan kursi Rp 950.000

6 Sound System Rp 400.000

7 Dekorasi altar 300.000 dekorasi ruangan 400.000, kain

200.000 Rp 900.000

8 Organis Rp 200.000

9 Koor Rp 600.000

10 Stipendium Rp 400.000

11 Persembahan dari keluarga Rp 1.500.000

12 Pesembahan dari umat RP 800.000

13 Uleh-uleh RP 2.600.000

14 Transportasi Rp 400.000

15 Kesekretariatan Rp 130.000

16 Pembubaran panitia Rp 1.000.000

17 Uang lelah untuk juru masak Rp 200.000