• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah pendapatan dan biaya yang disajikan oleh perusahaan telah sesuai dengan undang-undang perpajakan.

2. Untuk mengetahui kemungkinan adanya koreksi fiskal (positif/negatif) terhadap laporan yang dibuat oleh perusahaan menurut undang-undang perpajakan.

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi salah satu syarat Sarjana pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Memberikan masukan kepada pihak perusahaan tentang pendapatan dan biaya yang dapat diakui berdasarkan Undang-undang perpajakan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Akuntansi dan Laporan Keuangan 1. Pengertian Akuntansi

Akuntansi menyajikan informasi keuangan secara kuantitatif dan relevan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (pemakai informasi tersebut) dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Baik dalam mengukur keberhasilan operasi perusahaan, maupun membuat rencana di masa yang akan datang.

Pemimpin perusahaan memerlukan catatan dan laporan akuntansi, dalam menentukan sejauh mana hasil-hasil yang dicapai sesuai dengan rencana.

Menurut Nunu Hasanu (2011: 1) American Accounting Association memberikan pengertian akuntansi sebagai : Suatu proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penelitian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.

Rahman Pura (2013:4) mengemukakan bahwa :“ Akuntansi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan dalam penyediaan jasa, yang berupa informasi keuangan kuantitatif dari suatu unit organisasi dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan ekonomi”

Tahapan kegiatan bisa dilaksanakan secara teoritis dan sistematis sehingga bisa menghasilkan informasi yang bedayaguna dan tepatguna. Dalam proses

kegiatannya akuntansi berdasrkan asumsi-asumsi tertentu. Dari asumsi ini timbul konsep dalam akuntansi. Konsep-konsep akuntansi adalah sebagai berikut:

1. Konsep Entitas Usaha (Accounting Entity Concept)

Perusahaan dipandang sebagai entitas terpisah dari pemilik, kreditur atau pihak yang berkepentingan lainnya.

2. Konsep Biaya/ Harga Pertukaran (Historical Cost Concept)

Akuntansi akan mencatat segala transaksi berdasarkan harga kesepakatan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam membentuk kekayaan/ aktiva perusahaan. Harga kesepakatan bisa disebut sebagai harga perolehan.

3. Konsep Kontinyuitas Usaha (Going Concern Concept)

Dalam Akuntansi, perusahaan dipandang sebagai satuan ekonomi yang terus menerus melaksanakan fungsi-fungsinya dalam mencapai tujuan.

Perusahaan berlangsung terus tanpa ada maksud membubarkannya, sehingga informasi perusahaan perlu dipisah-pisah menjadi informasi periodik.

4. Konsep Pemanding (Matching Cost and Revenues)

Untuk menentukan laba dalam akuntansi dalam periode tertentu, maka pendapatan dan biaya harus ditandingkan atas dasar kelayakan ekonomik.

Oleh karena itu pengakuan pendapatan dan biaya atas dasar akrual (accrual basis)

5. Konsep pengukuran Uang (Money Measuring Unit)

Alat pengukur yang paling baik untuk aktiva, kewajiban dan ekuitas serta perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya adalah uang. Laporan keuangan hanya mencakupi kegiatan yang dapat diukur dengan uang,

sehingga pencatatan transaksinya harus berdasarkan dokumen-dokumen asli.

6. Konsep periode Akuntansi.

Laporan keuangan harus dapat mencerminkan kondisi perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Periode akuntansi atau biasa dikenal dengan istilah

“Tahun Buku” perusahaan. Menurut jangka waktunya, ada dua macam tahun buku, yaitu: 1) Periode 1 Januari s.d. 31 Desember dan 2). Periode 1 Agustus s.d. 31 Juli.

Dikarenakan laporan keuangan yang dibuat harus berdasarkan periode tertentu, tentunya dalam akuntansi terdapat dua (2) macam pengakuan terhadap pencatatan transaksi khususnya untuk perkiraan pendapatan dan biaya. Dua macam pengakuan tersebut harus dijadikan dasar dalam pencatatan akuntansi, diantaranya berdasarkan:

a. Cash Basis

Pada dasarnya pengakuan pendapatan dan biaya yang akan dilaporkan dalam laporan laba/rugi, pada konsep ini harus berdasarkan pada periode dimana kas diterima dan dikeluarkan.

b. Accrual Basis

Pengakuan transaksi untuk dicatat dalam akuntansi tanpa memberikan apakah kas telah diterima atau telah dikeluarkan pada periode tersebut.

Pendapatan dicatat pada saat jasa atau penjualan diberikan kepada pelanggan. Begitupun upah akan dicatat dengan tanpa memberikan apakah kas sudah dikeluarkan atau belum.

2. Laporan Keuangan

Kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan yang tercermin pada laporan keuangan perusahaan pada hakekatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan. Informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan serta berguna bagi berbagai pihak, baik pihak-pihak yang ada dalam perusahaan maupun pihak-pihak yang berada diluar perusahaan.

Informasi yang berguna tersebut misalnya tentang kemampuan perusaahan untuk melunasi hutang jangka pendek, kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pokok pinjaman, dan keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan besarnya modal sendiri.

Nunu Hasanu (2011:119) mengemukakan bahwa: Pada dasarnya laporan keungan merupakan hasil dari proses akuntansi yang bisa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak berkepentingan dengan aktivitas tersebut.

Raja Adri Satriawan Surya (2012:16) yang mengatakan bahwasanya: laporan Keuangan adalah suatu kajian terstruktur dari posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas.

Di antara berbagai laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan kepada pemegang saham. Laporan tahunan/ annual report adalah laporan yang paling penting. Laporan tahunan ini diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Ada dua jenis informasi yang diterbitkan dalam laporan ini.

Pertama, adalah bagian verbal yang sering kali disajikan sebagai surat dari presiden direktur yang menguraikan hasil operasi perusahaan selama satu tahun lalu dan membahas perkembangan baru yang akan mempengaruhi operasi

perusahaan dimasa depan. Kedua, laporan tahunan yang menyajikan empat laporan keuangan dasar yaitu neraca, laporan laba/rugi, laporan laba ditahan dan laporan arus kas. Laporan-laporan ini menyajikan angka-angka akuntansi dari opersi dan posisi keuangan perusahaan. Data disajikan secara rinci dalam dua atau tiga tahun terakhir, bersama-sama dengan ikhtisar historis dari statistik operasi utama dalam lima atau sepuluh tahun.

Dengan mengenal laporan keuangan berarti kita mempunyai arah, mengetahui apa yang akan dicapai, mengetahui informasi apa yang harus disediakan (yang paling tidak harus sama dengan banyaknya rincian pos dalam laporan keuangan), dan akhirnya akan dapat membayangkan hubungan antara tempat mencatat atau alat pencatatan, yang disebut rekening, dengan informasi yang harus disajikan dalam laporan keuangan.

Tujuan akuntansi keuangan dan laporan keuangan menurut Akuntansi mempunyai tujuan utama adalah untuk memberikan Informasi ekonomi, antara lain tentang aktiva, hutang, modal, proyeksi laba serta perubahan aktiva dan hutang.

Nunu Hasanu (2011: 2) Informasi keuangan yang terkandung dalam laporan keuangan akan bermanfaat bila memenuhi karakteristik informasi yang berkualitas, antara lain:

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum laporan keuangan yaitu:

a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai aktivitas yang dilakuan perusahaan.

b. Untuk menetukan atau mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta menentukan derajat keuntungan yang dicapai perusahaan.

c. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diberi wewenang dan tanggung jawab.

d. Untuk menentukan perlu tidaknya penggunaan kebijakan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik

2. Tujuan Kuantitatif

Informasi keuangan akan bermanfaat bila dipenuhi ketujuh kualitas berikut:

a. Relavan

Relevan Informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya.

Bila informasi tidak relevan untuk maksud keperluan para pengambil keputusan, informasi demikian tidak akan nada gunanya.

b. Dapat dimengerti

Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya dan dinyatakan dalam bentuk dan istilah yang sesuai dengan batas pengertian para pemakai.

c. Daya Uji

Informasi yang dihasilkan harus bisa diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama untuk menghasilkan informasi yang dapat dipercaya. Artinya bahwa informasi yang dihasilkan harus berlandaskan pada realitas objektif dengan adanya bukti.

d. Netral

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak bergantung kepada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu.

e. Tepat Waktu

Informasi harus disampaikan sedini mungkin supaya digunakan secepat mungkin dalam pengambilan keputusan manajemen.

f. Daya Banding

Format dari informasi harus konsisten dan berlaku umum, sehingga bisa dibandingkan, baik dengan informasi dari periode yang lalu maupun dari perusahaan yang sejenis.

g. Lengkap

Informasi akuntansi harus lengkap dengan meliputi seluruh data akuntansi keuangan, sehingga penerimaan informasi bisa memahami secara keseluruhan dan tidak mempunyai pemahaman yang salah atas informasi tersebut.

Analisis keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporans keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting di samping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya. Ada tiga macam laporan keuangan yang pokok dihasilkan, (1) Neraca, (2) Laporan laba/rugi, (3) Laporan aliran Kas. Disamping ketiga laporan pokok tersebut, dihasilkan juga laporan pendukung seperti laporan laba yang ditahan, perubahan modal sendiri, dan diskusi-diskusi oleh pihak manajemen.

B. Pengertian Pajak dan Pajak Penghasilan.

1. Pengertian Pajak

Saat ini pajak merupakan sumber peneriamaan Negara yang utama. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah yang menginginkan pembangungan nasional harus dibiayai dengan sumber dana yang berasal dari masyarakat. Pada masa yang lalu sumber penerimaan Negara yang utama adalah dari hasil penjualan minyak dan gas bumi. Apakah kita hanya mengendalikan penerimaan Negara dari minyak dan gas bumi saja, hal ini sangat membahayakan kelangsungan pembangunan nasional, karena sumber alam jumlahnya terbatas dan semakin lama makin berkurang yang pada akhirnya suatu ketika akan habis sama sekali.

Lain halnya apabila sumber dana tersebut digali dari masyarakat, sepanjang masyarakat dan kegiatan ekonominya masih ada, maka sumber dana tersebut akan tetap ada. Untuk meningkatkan penerimaan pajak tersebut perlu adanya kesadaran dari masyarakat akan kewajiban pajaknya. Karena pajak yang terkumpul tersebut akan dipergunakan untuk kepentingan dan kesejahteraan kita bersama.

Herry Purwono (2010:6) Leroy Beaulieu dalam bukunya yang berjudul Traite de la Science des Finances 1906 “Pajak adalah bantuan, baik secara langsung

maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah”.

Mardiasmo (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Dari defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur :

1. Iuran dari rakyat kepada Negara yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupang uang (bukan barang).

2. Berdsarkan undang-undang pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Dari uraian diatas, fungsi pajak adalah hanya untuk mengisi kas Negara guna membiayai penyelengaraan pemerintah dan pembangunan. Selain dari fungsi budgetair tersebut sebenarnya pajak mempunyai fungsi yang lebih luas lagi yaitu fungsi mengatur (fungsi regurer). Penerapan fungsi mengatur dari pemungutan pajak dapat diterapkan dalam bidang ekonomi, moneter, sosial, budaya maupun politik.

Sistem pemungutan pajak pada dasarnya dibedakan menjadi tiga sistem yaitu:

a. Official assessment system

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terhutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan.

b. Self Assesment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terhutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, insiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk:

1) Menghitung sendiri pajak yang terhutang;

2) Memperhitungakan sendiri pajak yang terhutang;

3) Membayar sendiri jumlah pajak yang terhutang;

4) Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang; dan 5) Mempertanggungjawabkan pajak yang terhutang;

c. With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor, dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia.

Ditinjau dari sudut pembebanannya, pajak dibedakan menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah jenis pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh si pembayarannya dan pengenaannya secara

berkala. Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain dan pengenaannya secara insidentil.

Apabila ditinjau dari sudut wewenang pemungutannya, pajak dapat dibebankan menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat di mana hasilnya untuk membiayai pengeluaran pemerintah pusat sebagaimana tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah di mana hasilnya untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah sebagaimana tercantum dalam Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

2. Pengertian Pajak Penghasilan

Dengan semakin pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional dan globalisasi serta reformasi di berbagai bidang, maka perlu dilakuakan perubahan undang-undang tersebut guna meningkatkan fungsinya dan peranannya dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan nasional khususnya di bidang ekonomi.

Perubahan undang-undang pajak penghasilan tersebut dilakukan dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip perpajakan yang dianut secara universal, yaitu keadilan, kemudahan/efisiensi administrasi dan produktivitas penerimaan Negara setara tetap mempertaruhkan sistem self assessment. Oleh karena itu, tujuan dan arah penyempurnaan Undang-undang pajak penghasilan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Lebih mengigkatkan keadilan pengenaan pajak 2. Lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak

3. Menunjang kebijaksanaan pemerintah dalam rangka meningkatkan investasi langsung di Indonesia baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri di bidang-bidang usaha tertentu dan daerah tertentu yang mendapat prioritas.

Herry Purwono (2010:86) “Pajak penghasilan yaitu salah satu sumber penerimaan Negara yang berasal dari pendapatan rakyat, merupakan wujud kewajiban kenagaraan dan peran serta rakyat dalam pembiayaan dan Pembangunan Nasional”.

Siti Resmi (2014:74) Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak.

Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas peghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam bentuk pajak. Yang menjadi subjek pajak adalah:

1. Orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

2. Badan, terdiri dar PT, CV perseroan lainnya, BUMN, BUMD, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, dan bentuk badan usaha lain.

3. Bentuk usaha tetap

Yang menjadi objek pajak penghasilan. Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh, baik yang berasal dari

Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan.

Yang termasuk dalam pengertian penghasilan tersebut adalah:

1. Pengalihan atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh, termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.

3. Laba usaha

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan lain karena jaminan pengembalian utang.

7. Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun 8. Royalty

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta 10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11. Keuntungan karena pembebasan utang

12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing 13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva 14. Premi asuransi, termasuk premi reasuransi

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan sepanjang iuran tersebut ditentukan berdasarkan volume usaha atau pekerjaan bebas anggotanya.

16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari pengahsilan yang belum dikenakan pajak.

C. Pengertian Penghasilan Menurut SAK dan Undang-undang Perpajakan Penghasilan kena pajak atau laba fiskal (taxable profit) atau rugi pajak (tax loss) menurut PSAK (2004,PSAK No. 46.2 paragraf 07) adalah laba atau rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peratuaran perpajakan dan yang menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan.

Sedangkan menurut Undang-undang Perpajakan yang Sukrisno Agoes dan Estralita Trisnawati (2013: 209) Menurut Undang-undang PPh No. 36 Thn 2008, penghasilan yaitu setiap tambaha kemapuan ekonomi yang diterima/diperoleh WP, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumisi atau menambah kekayaaan WP yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:

a. Penggatian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lainnya dalam Undang-undang ini;

b. Hadiah dan undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

c. Laba usaha;

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk;

1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseoran, persekutuan dan beban lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

2. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan bada lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota;

3. Keuntungan karena likuiditas, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha;

4. Keuntungan karena pengalihan harta berupah hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keutungan lurus saru derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau perusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau pengusaha antara pihak-pihak yang bersangkutan;

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

g. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polisi, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

h. Royalty

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah;

l. Keuntungan karena selisih kurs matau yang asing;

m. Selisih lebih karena penilain kembali aktiva;

n. Premi asuransi;

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

Pengertian penghasilan dalam undang-undang ini tidak memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan wajib pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan.

D. Pengertian Biaya menurut SAK dan UU Perpajakan.

Beban pajak (tax expanses) atau penghasilan pajak (tax income) menurut PSAK (2004,PSAK No. 46.2 paragraf 07) adalah jumlah agregat pajak kini (current tax) dan pajak tanggungan (deferred tax) yang diperhitungakan dalam penghitungan laba rugi atau rugi pada satu periode.

Sebelum menghitung penghasilan yang dikenakan pajak, wajib pajak terlebih dahulu akan menentukan jumlah penghasilan bruto kemudian menentukan pengurangan atau biaya/beban yang dipekerjakan menurut peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib pajak badan dan orang pribadi yang menggunakan pembukuan dalam menghitung pengahasilan netonya perlu memperhatikan

dengan seksama mengenai pengurangan atau biaya yang diperbolehkan tersebut.

Biaya-biaya atau pengeluaran yang dapat dikurangkan dari pengahasilan bruto dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu beban/biaya atau pengeluaran yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun dan biaya/beban yang mempunyai masa manfaat lebih dari saru tahun. Beban/biaya atau pengeluaran yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan Bunga, biaya rutin penglolahan limbah dan sebagainya. Pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi. Disamping itu, apabila dalam satu tahun didapat keuangan karena penjualan harta atau karena selisih kurs, maka kerugian-kerugian tersebut dapat dikurangakan dari penghasilan bruto.

Siti Resmi (2014:92) menjelaskan bahwa pengurangan atau biaya yang diperkenakan dikurangkan dari penghasilan bruto untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak badan dan bentuk usaha tetap sesuai dengan pasal 6 UU No. 36 Tahun 2008 dan penjelasannya terdiri dari:

1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegitan usaha, antara lain:

a. Biaya pembelian bahan

b. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang.

c. Bunga sewa dan royalty d. Biaya perjalanan

e. Biaya pengolahan limbah;

f. Premi asuransi

g. Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri Keuangan;

h. Biaya administrasi;

i. Pajak kecuali Pajak Penghasilan;

2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain

2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain

Dokumen terkait