• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2) Uji Kesukaan Aroma

Tabel 12. Uji kesukaan aroma

Tingkat Kesukaan Nilai

Frekuensi Responden

Formula A Formula B Formula C Formula D

Sangat Suka 5 1 5 9 12

Suka 4 2 4 5 4

Netral 3 2 2 3 2

Tidak Suka 2 7 4 2 1

Sangat Tidak Suka 1 8 7 1 1

Total Responden 20 20 20 20

Rata-Rata 2,05 2,85 3,95 4,25

Gambar 9. Grafik uji kesukaan aroma 0 2 4 6 8 10 12 14

Formula A Formula B Formula C Formula D

Ju m lah R e sp o n d e n

Uji Kesukaan Aroma

Sangat Suka Suka Netral Tidak Suka Sangat Tidak Suka

5.2. Pembahasan

Pada penelitian ini dibuat tablet hisap berbahan aktif ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) dengan memvariasikan konsentrasi Hidroxy propilcelullose (HPC-SSL-SFP) sebagai pengikat dengan metode kempa langsung. Daun sirih (Piper betle L.) yang digunakan sebagai bahan aktif tablet hisap diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Cimanggu, Bogor. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa tanaman obat yang dibudidayakan secara intensif mulai dari pemilihan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan pemilihan waktu panen yang baik akan memaksimalkan dan mencegah variasi senyawa aktif tanaman obat (Katno, 2008).

Tanaman sirih dideterminasi di Puslit Biologi Botani LIPI Cibinong dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran jenis dari tanaman ini dan hasilnya menunjukkan bahwa tanaman ini adalah sirih spesies Piper betle L. dengan famili Piperaceae. Sebelum dilakukan proses ekstraksi, daun sirih (Piper betle L.) diolah terlebih dahulu menjadi simpilisa dengan beberapa tahap yaitu sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering dan perajangan. Setelah dilakukan sortasi basah dari 7 kg bahan baku yang mencangkup pembersihan kotoran yang melekat dan pemisahan bagian tanaman yang tidak diinginkan, diperoleh 5,3 kg daun sirh (Piper betle L.) segar. Daun sirih kemudian dicuci dan dikeringkan secara alamiah di tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari langsung dimana proses ini berlangsung selama 3 minggu.

Pengeringan dengan cara tersebut dilakukan karena kontak langsung dari sinar matahari berpotensi merusak dan menurunkan kadar senyawa aktif pada tanaman. Keuntungan dari pengeringan adalah menjaga mutu tanaman obat karena dapat menghambat pertumbuhan mikroba (bakteri dan jamur) serta mencegah aktivitas enzim yang ditemui pada tumbuhan seperti enzim hidrolase yang menghidrolisis kandungan ester yang terdapat pada minyak atsiri sehingga akan terbentuk senyawa alkohol dan asam yang tidak lagi memiliki aktivitas dan aroma dengan beberapa contoh yaitu terurainya metil salisilat tanaman gandapura (Gaultheria fragantissima Wall.); etil p-metoksi sinamat pada rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dan benzil asetat pada melati (Jasminum officinale L.) (Katno, 2008).

Selanjutnya dilakukan penyerbukan atau pengahalusan ukuran partikel dari 1,2 kg daun sirih kering dan diperoleh serbuk daun sirih kering seberat 550 gram. Semakin halus serbuk simplisia maka proses ekstraksi menjadi lebih efektif dan efisien (Depkes RI, 2000). Hal ini dapat dimengerti karena proses tersebut dapat membuat materi yang terlarut lebih homogen, meningkatkan luas permukaan materi yang diekstraksi dan memfasilitasi penetrasi pelarut ke dalam sel tumbuhan yang mengandung metabolit sekunder (Sarker, 2006). Kemudian dilakukan penapisan fitokimia terhadap serbuk daun sirih (Piper betle L.) untuk mengidentifikasi kandungan metabolit sekunder, hasilnya adalah daun sirih (Piper betle L.) mengandung: alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kumarin dan minyak atsiri.

Ekstrak daun sirih yang digunakan pada pembuatan tablet hisap diperoleh melalui proses maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Pemilihan metode maserasi dalam upaya menarik komponen senyawa aktif pada daun sirih dilandasi oleh beberapa hal yaitu maserasi merupakan metode ekstraksi yang sederhana, pengadukan mekanik yang membuat campuran bahan dan pelarut menjadi homogen, dilakukan pada temperatur ruangan dan dalam keadaan tertutup sehingga dapat meminimalkan terdegradasinya metabolit yang bersifat termolabil (Sarker, 2006). Selain itu, metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% dalam proses ekstraksi daun sirih dilakukan dengan dasar bahwa pada penelitian sebelumnya ekstrak etanol 70% daun sirih (Piper betle L.) memiliki efek imunomodulator secara in vivo terhadap mencit (Permatasari, 2009).

Proses maserasi dilakukan selama 5 hari dengan merendam serbuk daun sirih dengan pelarut etanol 70% sambil diaduk dan diendapkan selama 24 jam, terhadap sisa ampas dilakukan penyarian berulang hingga diperoleh filtrat bening. Ekstrak kemudian dipekatkan untuk meningkatkan jumlah senyawa terlarut dengan alat rotrary evaporator pada suhu 450C. Ekstrak kental yang didapat sejumlah 93 gram dengan rendemen sebesar 16,91 % terhadap total massa serbuk kering daun sirih (Piper betle L.). Pengujian parameter nonspesifik yang dilakukan pada ekstrak kental meliputi pengukuran kandungan lembab (moisture content) dan kadar abu (ash content). Kandungan lembab pada ekstrak kental diukur

dengan menggunakan alat moisture analyzer. Alat tersebut mengukur kandungan lembab secara termogravimetri. Analisis termogravimetri kandungan lembab mendefinisikan kelembaban sebagai massa yang susut ketika suatu material dikeringkan yaitu massa air yang menguap serta senyawa yang volatil dan komponen yang mudah terdegradasi (Ohaus corp., 2000). Ekstrak kental daun sirih memiliki nilai kandungan lembab 8,47%. Nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu jika tidak dinyatakan lain kandungan air adalah tidak lebih dari 10% (Depkes RI, 2000).

Pengujian selanjutnya yaitu penentuan kadar abu pada ekstrak kental sirih. Pengukuran kadar abu dapat memberikan gambaran tentang kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Kadar abu yang terdapat pada ekstrak kental sirih adalah 1,44 %.

Ekstrak kental sirih (Piper betle L.) tidak mudah untuk langsung diformulasikan ke dalam bentuk sediaan tablet. Kestabilan serta karakteristik ekstrak tersebut akan sangat berpengaruh terhadap metode pembuatan tablet, misalnya kesetabilan terhadap pemanasan, kelembapan, juga sifat alir. Karena ekstrak bersifat higrsoskopis maka diperlukan bantuan adsorben untuk mengatasi kendala ini (Jufri dkk, 2007). Selain itu penambahan bahan adsorben bertujuan untuk mempersingkat waktu pengeringan karena bahan adsorben berfungsi untuk mengikat air yang terdapat didalam ekstrak, sehingga air lebih cepat menguap dibandingkan dengan ekstrak yang dikeringkan tanpa penambahan bahan adsorben dan mencegah kerusakan ekstrak akibat panas (Sembiring, 2009). Adsorben

yang digunakan untuk mengeringkan ekstrak kental sirih adalah avicel PH 102 dengan perbandingan 1:1, kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven berusuhu 45oC selama 24 jam. Serbuk ekstrak yang diperoleh dari hasil pengeringan kemudian dievaluasi sebelum dikempa menjadi tablet hisap.

Hasil pemeriksaan organoleptis terhadap serbuk ekstrak daun sirih (Piper betle L.) diperoleh: serbuk ekstrak berwarna coklat, beraroma khas dan berasa pahit. Serbuk ekstrak daun sirih memiliki kandungan lembab sebesar 2,16%. Ini menunjukkan karakter dari serbuk ekstrak yang sedikit higroskopis (≤ 2%) karena jika kandungan lembab pada bahan aktif

maupun eksipien terlalu besar (higroskopis 6-15%) akan mempengaruhi stablitas, kompaktibilitas dan sifat alir massa cetak tablet (Gibson, 2000). Hasil pemeriksaan sifat alir yang dilakukan terhadap serbuk ekstrak daun sirih meliputi: pengukuran laju alir, sudut henti dan kompresibilitas adalah 7,67g/detik, 20,34o dan 8,15%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa serbuk ekstrak daun sirih telah memenuhi kriteria sifat alir yang baik dengan acuan: laju alir yang baik 4-10g/detik, memiliki sudut kemiringan (sudut henti) kurang dari 30o dan kompresibilitas yang tidak lebih dari 20% (Aulton, 2002; Gibson 2000; Khan, 2005).

Metode kempa langsung adalah metode pembuatan tablet yang digunakan pada penelitian ini. Keuntungan dari metode kempa langsung dibandingkan dengan metode lainnya (granulasi basah dan kering) yaitu proses pembuatan tablet yang sederhana dimana tidak ada pengolahan mekanik kecuali hanya proses pencampuran zat aktif dengan eksipien,

stabilitas zat aktif yang bersifat termolabil dan sensitif terhadap kelembabapan dapat ditingkatkan karena tidak melibatkan proses pembasahan dan proses pengeringan pada massa serbuk, selain itu tahapan proses pembuatan tablet yang singkat sehingga dapat menghemat waktu produksi (Lachman, 1989).

Untuk mengetahui apakah campuran massa serbuk dari zat aktif (serbuk ekstrak sirih) dan eksipien dapat dicetak menjadi tablet atau tidak maka dilakukan evaluasi yang meliputi: evaluasi kandungan lembab, laju alir, sudut henti dan kompresibilitas. Hasil evaluasi kandungan lembab pada massa cetak tablet dari keempat formula adalah 3,14%; 3,26%; 3,5% dan 3,81% . Hasil ini telah memenuhi syarat kandungan lembab yang telah ditetapkan yaitu 2-5% (Lachman, 1994). Kandungan lembab yang terlalu besar akan menghasilkan lapisan uap teradsorbsi pada permukaan partikel serbuk sehingga terbentuk jembatan cair (bridge liquid) antar partikel. Akibatnya kohesivitas antar partikel meningkat yang berakibat pada buruknya sifat aliran massa serbuk (Gibson, 2000).

Massa cetak tablet dari keempat formula memiliki sifat alir yang baik yang dapat dilihat dari data laju alir dan sudut henti. Laju alir dari formula A, B, C dan D adalah 7,49 g/detik, 7,12 g/detik, 6,49 g/detik dan 6.02 g/detik, hasil ini telah memenuhi syarat laju alir yang baik yaitu 4-10 g/detik (Aulton, 2002). Hasil evaluasi sudut henti formula A, B, C dan D adalah 21,7o; 24,34o; 25,28o dan 28,290, sehingga telah memenuhi syarat sudut henti yang baik yaitu kurang dari 30o (Khan, 2005). Data laju alir massa cetak tablet keempat formula terlihat mengalami penurunan dari

7,49 g/detik menjadi 6,02 g/detik, sedangkan untuk sudut henti bertambah besar dari 21,7o menjadi 28,290.

Peningkatan konsentrasi penggunaan HPC-SSL-SFP sebagai pengikat dapat mempengaruhi sifat alir keempat formula akibat meningkatnya jumlah partikel halus (fines) dalam massa cetak tablet. Rata-rata ukuran partikel dari HPC-SSL-SFP adalah kurang dari 20 µm (Abe et al, 2011). Sifat alamiah dari partikel padat halus yaitu memiliki kemampuan dalam mengsi ruang atau celah antar partikel lain sehingga dapat memperpendek jarak antar partikel. Semakin kecil ukuran partikel (< 50 µm) maka semakin besar gaya Van der Walls yang dihasilkan, selain itu gaya Van der Walls akan meningkat bila jarak antar partikel sempit karena gaya ini berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antar partikel. Dengan pengaruh gaya Van der Walls maka terjadi peningkatan sifat kohesifitas antar partikel yang akan mempenaruhi sifat aliran massa cetak tablet (Gibson, 2000).

Hasil evaluasi kompresibilitas dari keempat formula adalah 11, 17%; 12,85%; 15,15% dan 16,81%. Hasil ini menunjukkan bahwa semua massa cetak tablet memiliki kompresibilitas yang baik yaitu kurang dari 20% (Gibson, 2000). Nilai kompresibilitas sering disebut juga dengan index carr yang merupakan persenstase perbandingan antara selisih densitas nyata (bulk density) dan densitas mampat (poured density). Perubahan nilai densitas berkaitan dengan sifat kohesifitas antar partikel serbuk. Semakin tinggi nilai kompresibilitas maka serbuk semakin kohesif dan sifat aliran menjadi memburuk (Khan, 2008). Sehingga ada korelasi

antara peningkatan konstrasi penggunaan HPC-SLL-SFP dengan meningkatnya kohesifitas dan sifat aliran massa serbuk.

Hasil evaluasi distribusi ukuran partikel pada massa cetak tablet keempat formula ini menunjukkan hampir semua massa serbuk yaitu 97,2% (formula A); 96,8% (formula B); 95,6% (formula C) dan 95,2% (formula D) tersebar pada ukuran partikel kurang dari 850 µm. Dengan demikian ukuran partikel massa cetak tablet seragam dikisaran nilai kurang dari 850 µm. Distribusi ukuran partikel akan sangat berpenagruh terhadap variasi berat tablet, waktu hancur dan sifat aliran pada saat pengisian die (Lachman 1994).

Tablet hisap dengan bahan aktif serbuk esktrak daun sirih (Piper betle L.) pada masing-masing formula memilki karakteristik yang sama yaitu berbentuk bulat dengan dua sisi yang cembung (bikonkaf), berwarna putih berbintik coklat, dengan aroma khas sirih dan rasa yang manis. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap tablet hisap yang meliputi: pengujian keseragaman ukuran dan berat, pengujian waktu hancur, kekerasan dan friabiltas.

Tablet hisap dari keempat formula memiliki diameter rata-rata 20,34 mm; 20,33 mm; 20,32 mm dan 20,33 mm, hasil tersebut mendekati standar ukuran tablet hisap yaitu 5/8 - 3/4 inchi atau setara dengan 15,88 mm–19,05 mm (Lachman, 1989). Tebal rata-rata tablet hisap dari keempat formula adalah 8,18 mm; 8,18 mm; 8,17 mm dan 8,17mm. Hasil evaluasi keseragaman ukuran terhadap 20 tablet telah memenuhi syarat yaitu yaitu

ketebalan tidak boleh kurang dari 1 1/3 tebal tablet dan tidak boleh lebih dari 3 kali diameter tablet (Depkes RI, 1979).

Sedangkan berat rata-rata keempat formula tablet adalah 2,042 g; 2,039 g; 2,045 g; dan 2,040 g; memenuhi berat standat tablet hisap yaitu 1,5 – 4 gram (Lachman, 1989). Hasil evaluasi keseragaman berat terhadap 20 tablet untuk tiap formula telah memenuhi syarat yaitu jika ditimbang satu persatu tidak lebih dari 2 buah tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang 5% dari bobot rata-ratanya. Dan tidak satu pun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari 10% (Depkes RI, 1979).

Tablet hisap dikempa dengan tekanan tertentu hingga memiliki kekerasan yang lebih besar dari tablet konvensional yang setara dengan permen obat keras (hard candy lozenges) yaitu 30-50 kg/inchi2 bila dikonversikan ke satuan centi meter menjadi 11,81 – 19,86 kg/cm2 (Lachman, 1989). Kekerasan tablet hisap dari keempat formula adalah 8,32 kg/cm2; 10,27 kg/cm2;12,5 kg/cm2 dan 14,44 kg/cm2 dimana formula C dan D telah memenuhi syarat kekerasan tablet hisap. Data ini menunjukkan suatu korelasi bahwa semakin besar konsentrasi HPC-SSL-SFP yang digunakan dapat meningkatkan kekerasan tablet hisap.

HPC-SSL-SFP adalah senyawa eter selulosa tersubtitusi oleh gugus hidroksi propil ( –OCH2CH(OH)CH3)n yang berupa partikel sangat halus (Super Fine Powder) berukuran dibawah 20 µm (Rowe, 2009; Abe et al, 2011). Senyawa selullosa dapat menghasilkan tablet yang keras karena mampu meningkatkan kohesifitas massa serbuk melalui kekuatan

ikatan hidrogen yang dibentuk oleh gugus hidroksil (-OH) yang melekat pada molekul selulosa (Lacman, 1989). Selain itu HPC dengan jenis ukuran partikel sangat halus memiliki sifat deformasi plastik yang baik saat dikempa sehingga dapat meningkatkan kekompakan massa serbuk dan bersifat elastis sehingga massa serbuk mudah dikempa (kompresibel) (Dürig, 2007).

Hasil evaluasi friabilitas terhadap keempat formula adalah 0,0789% ; 0,04305%; 0,0292%dan 0,0191%, hasil ini memenuhi syarat friabilitas yang telah ditentukan yaitu kurang dari 0,8% (Lachman, 1994). Semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat maka tablet yang dihasilkan semakin keras dan kompak sehingga tahan terhadap guncangan mekanik yang diberikan.

Tablet hisap dari keempat formula memiliki waktu hancur yaitu 10,32 menit; 8,336 menit ; 6,278 menit dan 4,325 menit. Waktu hancur formula A , B dan C telah memenuhi syarat yaitu 5-10 menit (Lacman, 1989). Terdapat hubungan antara waktu hancur dengan konsentrasi penggunaan bahan pengikat yaitu semakin tinggi konsentrasi bahan pengingkat maka waktu hancur tablet hisap semakin singkat. Hal ini dapat dimengerti karena HPC-SSL-SFP adalah senyawa derivat selulosa yang larut air (Abe et al, 2011). Sifat alamiah dari senyawa selulosa yaitu mudah mengembang bila beraksi dengan air sehingga tablet mudah hancur (Lachman, 1994). Oleh karena itu, hal ini dapat menjelaskan bahwa variasi bahan pengikat HPC-SSL-SFP dapat mempengaruhi waktu hancur tablet hisap.

Hasil uji kesukaan terhadap ke-20 responden menunjukkan bahwa rasa tablet hisap formula C banyak disukai responden dengan nilai rata-rata 4,15 yang berada pada kategori ”suka” dalam skala numerik hedonik. sedangkan rasa tablet hisap formula A tidak disukai oleh responden dengan nilai rata-rata 2,05 dan berada pada rentang ”tidak suka” dalam skala numerik hedonik. Untuk kesukaan terhadap aroma, tablet hisap dengan formula D banyak disukai responden dengan nilai rata-rata 4,25 yang menunjukkan kategori suka, sedangkan formula A tidak disukai responden dengan nilai rata-rata 2,05 dan berada pada rentang ”tidak suka”

BAB VI

Dokumen terkait