• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II UNSUR KESALAHAN DALAM TINDAK PIDANA ILLEGAL

A. Unsur Kesalahan

Adapun ditentukannya kejahatan karena adanya kesalahan dalam sebuah perbuatan sehingga timbul peristiwa hukum. Ihwal kesalahan itu adalah pencelaan yang ditujukan oleh masyarakat, yang menerapkan standar etis yang berlaku pada waktu tertentu (sebut hukum), terhadap manusia yang melakukan perilaku yang menyimpang yang sebenarnya dapat dihindarinya. Bereaksi secara positif (berkehendak) terhadap tuntutan (perintah) masyarakat hukum dapat dikembalian pada tadelnswerte Rechtgesinnung (pandangan tercela terhadap hukum), tiadanya rasa kebersamaan, atau ringkasnya, egoisme yang tidak dapat diterima dalam kehidupan bermasyaraat.41

Dua hal yang harus dipenuhi untuk dapat dipidananya seseorang yaitu ada perbuatan lahiriah (actus reus) dan ada keadaan batin yang jahat/tercela (mens rea).42

Mens rea sama dengan istilah sikap kalbu manusia yang merupakan hasil proses cipta, rasa dan karsa (kehendak atau keinginan).43 Doktrin mens rea disebut sebagai dasar dari hukum pidana, dalam praktek bahkan ditambahkan orang bahwa

41

Jan Remmelink,Hukum Pidana Komentar Atas Pasal-pasal Terpenting dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia, Terjemahan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), Hal.142

42

Sudarto, Hukum Pidana I, Cetakan II, (Semarang: Yayasan Sudarto Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 1990), Hal. 44, dikutip dari Tesis Ferdinan Agustinus, Sistem Pertanggungjawaban Pidana dan Relevansinya Bagi Usaha Pembaharuan Hukum Pidana Nasional, 2003, Semarang, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Hal. 68

43

pertanggungjawaban pidana menjadi lenyap jika salah satu dari keadaan-keadaan atau kondisi-kondisi memaafkan itu.44 Seseorang mempunyai kesalahan pada waktu melakukan perbuatan pidana dilihat dari segi masyarakat dia dapat dicela, setiap orang yang melakukan perbuatan pidana akan dipidana jika ia mempunyai kesalahan (dasar dari dipidananya sipembuat).45

Menurut Simon, kesalahan adalah “adanya keadaan psikis yang tertentu pada

orang yang melakukan perbuatan pidana dan adanya hubungan antara keadaan tersebut dengan perbuatan yang dilakukan yang sedemikian rupa, sehingga orang itu

dapat dicela karena melakukan perbuatan pidana.”46 Unsur-unsur kesalahan

dihubungkan dengan adanya perbuatan pidana, untuk adanya kesalahan yang mengakibatkan dipidananya sipelaku/terdakwa haruslah melakukan perbuatan pidana.47 Adapun unnsur kesalahan yaitu mampu bertanggungjawab, dengan kesengajaan atau kelalaian, tidak ada alasan pemaaf.48

Kemungkinan dapat dihindarinya (terjadinya) perilaku menyimpang merupakan lapisan pertama untuk menetapkan kesalahan, yang mana perilaku itu memiliki sifat layak dipidana (strafwaardigheid).49 Wetboek van Strafrecht (yang selanjutnya disingkat dengan Sr.) mulai abad ke-19 yang berkenaan dengan sektor

44

Roeslan Saleh, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggung Jawaban Pidana, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), Hal. 20.

45

Ibid., Hal. 75. 46

Moeljatno,Op.Cit.,Hal. 167 47

Roeslan Saleh,Perbuatan Pidana..,Op.Cit.Hal.79. 48

Pasal 37 ayat 2 RUU KUHP, Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, http://www.djpp.kemenkumham.go.id/ diakses 5 Desember 2013 pukul 09.32 WIB

49

Ibid. yang ditegaskan disini adalah bahwa sifat ketercelaan (verwijtbaarheid) merupakan pengertian yang memiliki jenjang atau tingkatan, sehingga memiliki kesalahan dalam pelbagai tingkatan.

kejahatan, kesalahan berawal dibatasi pada 2 (dua) pengertian psikologis yaitu: kesengajaan (dolus) dan kelalaian (culpa).

1. Kesengajaan (dolus)

Dolus dapat dikaitkan pada tindakan/perbuatan, akibatnya dan unsur-unsur lain dari delik. Dalam dolus terkandung elemen kehendak dan intelektual atau pengetahuan, dan tindakan dengan sengaja selalu dikehendaki dan disadari/diketahui. Kesengajaan menghendaki dan menginsyafi terjadinya suatu tindakan beserta akibatnya (willens en wetens veroorzaken van een gevolge). Seseorang melakukan suatu tindakan dengan sengaja harus menghendaki dan menginsyafi tindakan tersebut dan/atau akibatnya.50 Maka kesengajaan dapat dimengerti sebagai (berbuat) dengan hendak dan maksud atau dengan menghendaki dan mengetahui (willens en wetens) untuk memenuhi unsur-unsur delik sebagaimana ditemukan dalam perumusan kejahatan.

Kesengajaan itu sendiri terdiri dari:51

a. Kesengajaan sebagai maksud (Opzet als Oogmerk) yaitu untuk menimbulkan akibat tertentu.

b. Kesengajaan sebagai kepastian (Opzet als zekerheidsbewustzijn) yaitu akibat yang tidak dikehendaki pasti terjadi.

c. Kesengajaan sebagai kemungkinan (bersyarat/dolus evantualis) bahwa akibat yang dikehendaki hampir pasti terjadi (sadar kemungkinan besar), dipandang sebagai kemungkinan yang tidak dapat diabaikan (sadar kemungkinan) tetapi diterima.

Berkaitan dengan kesengajaan ini di dalam ilmu pengetahuan ada 2 teori tentang kesengajaan52yaitu:

50

E.Y.Kanter, S.R.Sianturi,Op.cit.Hal. 167. 51

D.Schaffmeister, N.Keijzer,E.PH.Sutorius editor J.E Sahetapy,Agustinus Pohan, Hukum Pidana, (Citra Aditya Bakti: Surabaya, 2011), Hal. 81.

a. Teori Kehendak (Wilstheorie), seseorang dianggap sengaja melakukan perbuatan pidana apabila orang tersebut menghendaki dilakukannya perbuatan itu;

b. Teori Pengetahuan/membayangkan (Voorstelling-theorie) mengatakan bahwa sengaja berati membayangkan akan timbulnya akibat pebuatannya. Dalam teori ini orang tidak bisa menghendaki akibat (dari suatu perbuatan), tetapi hanya bisa membayangkan (akibat yang akan terjadi).

2. Kelalaian (culpa)

Penjelasan tentang apa itu schlud atau culpa ada di dalam Memori van Toelicthing (MvT)53 sewaktu Menteri Kehakiman Belanda mengajukan rancangan undang-undang hukum pidana, dimana dalam pengajuan rancangan itu terdapat penjelasan mengenai apa yang dimaksud denganschludatauculpa. Dalam pengajuan rancangan itu yang dimaksud dengan kelalaian54adalah:

a. Kekurangan pemikiran yang diperlukan (gebrek aan het nodige denke),

b. Kekurangan pengetahuan/pengertian yang diperlukan (gebrek aan de nodige beleid),

c. Kekurangan kebijakan yang disadari (gebrek aan de nodige beleid). Kealpaan atau tidak hati-hati (culpa)terdiri dari :55

a. Kealpaan yang disadari yaitu akibat yang tidak dikehendaki dianggap dengan semberono tidak akan terjadi. Sipelaku tidak membayangkan atau menduga akan timbulnya suatu akibat, tetapi ia berusaha untuk mencegah namun timbul juga akibat tersebut.

52

Tongat,Op.Cit.Hal. 238 53

Memori van Toelicthing (MvT) adalah penjelasan atas Wet Book van Strafrecht, yaitu penjelasan resmi atas KUHP Belanda. Karena KUHP Belanda (singkat WvS) kemudian diberlakukan di Indonesia berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1946 (untuk Jawa dan Madura) dan kemudian berdasarkan Undang-undang No. 73 Tahun 1958 diberlakukan untuk seluruh wilayah Indonesia, maka

Memori van Toelicthing sebagai penjelasan WvS juga dapat dirujuk sebagai penjelasan terhadap KUHP.

54

Ibid.Hal. 277 55

b. Kealpaan yang tidak disadari yaitu orang tidak berfikir meskipun dia seharusnya berfikir. Pelaku tidak membayangkan atau menduga akan timbulnya suatu akibat yang dilarang dan diancam hukuman oleh Undang- undang.

Kelalaian adalah tidak atau kurang diperhitungkannya oleh yang bersangkutan kemungkinan munculnya akibat fatal yang tidak dikehendaki oleh pembuat undang- undang, padahal hal itu dapat dilakukannya.

Dokumen terkait