• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uraian Materi

Dalam dokumen Model Pembelajaran Problem Based Learning (Halaman 34-56)

Pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah memuat langkah-langkah yang koheren dengan proses pemecahan masalah. Telah dibahas sebelumnya empat tahap strategi pemecahan masalah dikemukakan Polya (1981) yaitu yaitu: (1) memahami masalah, (2) menyusun rencana pemecahan, (3) menjalankan rencana pemecahan, (4) menguji kembali penyelesaian yang diperoleh.

PBL

Analyze scenario List hypotheses List the known List the unknown List what needs to be done Develop problem statement Gather information Present findings Reflect

Gambar 2.x. Alur Siklus Problem Based Learning (sumber: www.niu.edu/facdev)

Tahapan Dalam Pelaksanaan Problem Based Learning

Menurut Fogarty, dalam Satyasa (2008) proses pembelajaran dengan pendekatan PBL dijalankan dengan 8 langkah, seperti berikut.

1. Menemukan masalah

Peserta didik diberikan masalah yang tidak terdefinisikan secara jelas (ill-defined) yang diangkat dari konteks kehidupan sehari-hari. Pernyataan permasalahan diungkapkan dengan kalimat-kalimat yang pendek dan memberikan sedikit fakta-fakta di seputar konteks permasalahan. Pernyataan permasalahan diupayakan memberikan peluang pada peserta didik untuk melakukan penyelidikan. Peserta didik menggunakan kecerdasan inter dan intra-personal untuk saling memahami dan saling berbagi pengetahuan antar anggota kelompok terkait dengan permasalahan yang dikaji.

2. Mendefinisikan masalah

Peserta didik mendefinisikan masalah menggunakan kalimatnya sendiri. Permasalahan dinyatakan dengan parameter yang jelas. Peserta didik membuat beberapa definisi sebagai informasi awal yang perlu disediakan. Pada langkah ini, peserta didik melibatkan kecerdasan intra-personal dan kemampuan awal yang dimiliki dalam memahami dan mendefinisikan masalah.

3. Mengumpulkan fakta-fakta

Peserta didik membuka kembali pengalaman yang sudah diperolehnya dan pengetahuan awal untuk mengumpulkan fakta-fakta. Peserta didik melibatkan kecerdasan majemuk yang dimiliki untuk mencari informasi yang berhubungan dengan permasalahan. Pada tahap ini, peserta didik mengorganisasikan informasi-informasi dengan menggunakan istilah “apa yang diketahui (know)”, “apa yang dibutuhkan (need to know)”, dan “apa yang dilakukan (need to do)” untuk menganalisis permasalahan dan fakta-fakta yang berhubungan dengan permasalahan.

Peserta didik menyusun jawaban-jawaban sementara terhadap permasalahan dengan melibatkan kecerdasan logic-mathematical. Peserta didik juga melibatkan kecerdasan interpersonal yang dimilikinya untuk mengungkapkan apa yang dipikirkannya, membuat hubungan-hubungan, jawaban dugaannya, dan penalaran mereka dengan langkah-langkah yang logis.

5. Menyelidiki

Peserta didik melakukan penyelidikan terhadap data-data dan informasi yang diperolehnya berorientasi pada permasalahan. Peserta didik melibatkan kecerdasan majemuk yang dimilikinya dalam memahami dan memaknai informasi dan faktafakta yang ditemukannya. Guru membuat struktur belajar yang memungkinkan peserta didik dapat menggunakan berbagai cara untuk mengetahui dan memahami (multiple ways of knowing and understanding) dunia mereka.

6. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan

Peserta didik menyempurnakan kembali perumusan masalah dengan merefleksikannya melalui gambaran nyata yang mereka pahami. Peserta didik melibatkan kecerdasan verbal-linguistic memperbaiki pernyataan rumusan masalah sedapat mungkin menggunakan kata yang lebih tepat. Perumusan ulang permasalahan lebih memfokuskan penyelidikan, dan menunjukkan secara jelas fakta-fakta dan informasi yang perlu dicari, serta memberikan tujuan yang jelas dalam menganalisis data.

7. Menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan secara kolaboratif

Peserta didik berkolaborasi mendiskusikan data dan informasi yang relevan dengan permasalahan. Setiap anggota kelompok secara kolaboratif mulai bergelut untuk mendiskusikan permasalahan dari berbagai sudut pandang. Pada tahap ini proses pemecahan masalah berada pada tahap menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan yang dihasilkan dengan berkolaborasi. Kolaborasi menjadi mediasi untuk menghimpun sejumlah alternatif pemecahan masalah yang menghasilkan alternatif yang lebih baik ketimbang dilakukan secara individual.

8. Menguji solusi permasalahan

Peserta didik menguji alternatif pemecahan yang sesuai dengan permasalahan aktual melalui diskusi secara komprehensif antar anggota kelompok untuk memperoleh hasil pemecahan terbaik. Peserta didik menggunakan kecerdasan majemuk untuk menguji alternatif pemecahan masalah dengan membuat sketsa, menulis, debat, membuat plot untuk mengungkapkan ide-ide yang dimilikinya dalam menguji alternatif pemecahan.

Tahap-tahap atau Langkah-langkah PBL Sebagai model pembelajaran, Arends dalam Wardhani (2006:7) mengemukakan ada lima tahap pembelajaran pada PBL. Lima tahap ini sering dinamai tahap interaktif, yang sering juga sering disebut sintaks dari PBL. Lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap tahapan pembelajaran tergantung pada jangkauan masalah yang diselesaikan. Berikut tahapan yang perlu Anda lakukan apabila menerapkan PBL di kelas:

Tahap Kegiatan Yang Dilakukan Guru 1. Orientasi peserta didik

pada situasi masalah

Menjelaskan tujuan

pembelajaran, logistik yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan tugas, memotivasi peserta didik agar terlibat pada aktivitas pemecahan

masalah yang dipilihnya. 2. Mengorganisasi

peserta didik untuk belajar

Membantu peserta didik mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan

penjelasan dan pemecahan masalah

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pelaksanaan tugas, misalnya berupa laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya 5. Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka tempuh atau gunakan

Pemanfaatan TIK dalam PBL

Mengapa Anda memilih untuk menerapkan PBL dalam pembelajaran di kelas Anda?

Jawaban Anda biasanya diawali dengan kalimat: karena pembelajaran dengan guru sebagai satu-satunya sumber belajar sudah tidak sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan zaman. Tentu saja hal tersebut benar. Kemudian ditambah lagi dengan penjelasan bahwa untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan zaman maka guru harus bisa menerapkan strategi pembelajaran yang lebih kreatif agar kemampuan peserta didik lebih berkembang.

Salah satu katalisator dalam mencapai tujuan belajar yang lebih baik tersebut adalah pemanfaatan TIK. Anda perlu mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran. TIK menjadi bagian dari strategi pembelajaran. Bukankan peran guru sekarang ini menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar? Serta dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada peserta didik untuk mengalami peristiwa belajar (Division of Higher Education UNESCO, 2002).

TIK sangat memungkinkan untuk diintegrasikan dalam PBL. Bahkan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar pada peserta didik. Tentu

saja mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran harus sesuai dengan prinsip berikut ini:

1. Aktif; memungkinkan peserta didik dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.

2. Konstruktif; memungkinkan peserta didik dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.

3. Kolaboratif; memungkinkan peserta didik dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.

4. Antusiastik; memungkinkan peserta didik dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

5. Dialogis; memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana peserta didik memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.

6. Kontekstual; memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ” problem-based atau case-problem-based learning

7. Reflektif; memungkinkan peserta didik dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. (Jonassen (1995), dikutip oleh Norton et al (2001)).

8. Multisensory; memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik (dePorter et al, 2000).

9. High order thinking skills training; memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung juga meningkatkan ”ICT & media literacy” (Fryer, 2001).

Berdasarkan karakteristik PBL yaitu: 1) pengajuan pertanyaan atau masalah, 2) berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu, 3) penyelidikan autentik, 4) menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya, dan 5) kolaborasi, maka pelaksanaan PBL akan lebih menarik dan efektif apabila diintegrasikan dengan TIK.

Langkah-langkah dalam PBL dapat melibatkan TIK saat dilaksanakan. Misalnya untuk pendahuluan di mana guru mengenalkan masalah maka penggunaan TIK akan lebih memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik misalnya melalui tayangan video dibandingkan dengan guru menyampaikan masalah melalui ceramah saja. Kesuksesan PBL tergantung kemampuan guru dalam menghadapkan peserta didik dengan masalah-masalah realistis sehingga peserta didik dapat mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan kemampuan mandiri (self directed).

Dalam proses pelaksanaan PBL, penggunaan TIK dapat membantu menyajikan masalah-masalah yang lebih rumit dunia nyata. Misalnya melalui program simulasi yang berbasis komputer di mana di dalamnya terdapat program berisi masalah yang sengaja dibuat kompleks dan dibiarkan tidak jelas supaya peserta didik bisa berlatih menyortir informasi yang penting untuk memecahkan masalah dan mengabaikan informasi yang tidak penting. Pengerjaan simulasi ini bisa dilakukan secara berkelompok.

Gambar 2.x. Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran berkelompok sumber: www.understood.org

Contoh yang dipaparkan di atas adalah pemanfaatan TIK sebagai fasilitas dominan dalam PBL. TIK dapat dimanfaatkan dalam beragam cara untuk pelaksanaan PBL. Misalnya untuk memfasilitasi proses pencarian referensi pemecahan masalah, menjadi alat bantu mempermudah komunikasi dengan sesama anggota kelompok, dan sebagainya. TIK dapat digunakan untuk proses belajar mandiri maupun untuk pembelajaran kolaboratif, Selanjutnya pada tahap penyajian hasil pemecahan masalah, TIK dapat memberikan hasil lebih. Contoh paling mudah adalah penggunaan aplikasi presentasi.

Gambar 2.x. Peserta didik mempresentasikan hasil tugas kelompoknya sumber: www.ethicsed.org

Sekarang Anda menjadi lebih memiliki gambaran yang lebih jelas untuk menerapkan PBL di kelas, bukan?

Selanjutnya Anda perlu mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk model pembelajaran PBL yang mengintegrasikan TIK. Pendekatan Anda dalam mengintegrasikan TIK ke dalam RPP ada dua macam, yaitu:

1. Pendekatan Idealis

Langkah penyusunan RPP dengan pendekatan idealis adalah dengan cara:

b. menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; dan

c. menentukan aktifitas pembelajaran dengan memanfaatkan TIK (seperti modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

2. Pendekatan Pragmatis

Sedangkan langkah penyusunan RPP dengan pendekatan pragmatis adalah dengan cara berikut:

a. mengidentifikasi TIK (seperti buku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang ada atau mungkin bisa dilakukan atau digunakan.

b. memilih topik-topik apa yang bisa didukung oleh keberadaan TIK tersebut.

c. merencanakan strategi pembelajaran yang relevan untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator capaian hasil belajar dari topik pelajaran tersebut.

Sepertinya pendekatan yang tepat untuk menyusun RPP model PBL adalah dengan pendekatan idealis. Karena Anda sudah idak perlu menetapkan strategi pembelajaran. Anda sudah menetapkan akan menggunakan model PBL, jadi pendekatan yang lebih tepat adalah dengan menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran kemudian diikuti dengan aktivitas pembelajaran dan sumber belajar yang sesuai untuk kebutuhan pemecahan massalah. Pengintegrasian TIK dapat dimasukkan dalam kegiatan awal (pembuka), kegiatan inti, hingga kegiatan penutup termasuk untuk penilaian dan evaluasi.

Persiapan

Perencanaan yang dilakukan guru akan memudahkan pelaksanaan berbagai tahap kegiatan pembelajaran dan pencapaian tujuan yang diinginkan, antara lain sebagai berikut:

a. Menetapkan tujuan pembelajaran

Guru menetapkan tujuan pada saat perencanaan dan tujuan itu dikomunikasikan dengan jelas kepada peserta didik pada tahap berinteraksi.

b. Merancang situasi masalah yang sesuai

Hal penting yang harus dilakukan guru adalah adalah merancang situasi masalah yang sesuai dan merencanakan cara-cara untuk memberi kemudahan bagi peserta didik dalam melaksanakan proses perencanaan penyelesaian masalah. Situasi masalah yang baik memenuhi lima kriteria, yaitu:

1) Masalah harus autentik, artinya masalah harus lebih berakar pada dunia nyata daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu

2) Masalah seharusnya tak terdefinisi secara ketat dan dapat menghadapkan peserta didik pada suatu makna misteri atau teka-teki, hal tersebut akan mencegah jawaban sederhana dan dapat menimbulkan adanya alternatif pemecahan yang masing-masing alternatif memiliki kekuatan dan kelemahan.

3) Masalah hendaknya bermakna bagi peserta didik dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual mereka, artinya masalah yang diberikan terjangkau oleh pikiran peserta didik dan modal dasar untuk menyelesaikan masalah sudah dimiliki peserta didik. 4) Masalah hendaknya cukup luas untuk memungkinkan guru

menggarap tujuan pembelajaran mereka dan masih cukup terbatas untuk membuat layaknya pelajaran dalam waktu, tempat dan sumber daya yang terbatas.

5) Masalah hendaknya efisien dan efektif bila diselesaikan secara kelompok, artinya masalah itu memang layak dikerjakan dalam kelompok dan dengan dilaksanakan dalam kelompok akan lebih

lancar dibandingkan kalau dilaksanakan secara individu, bukan sebaliknya.

c. Mengorganisasi sumberdaya dan rencana logistik

Dalam hal ini tugas guru adalah mengorganisasi sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan peserta didik. Guru bertanggung jawab dalam memasok bahan yang diperlukan dalam kegiatan. Bila bahan yang dibutuhkan tersedia di sekolah maka tugas perencanaan yang utama oleh guru adalah mengumpulkan bahan-bahan tersebut dan menyediakan bahan-bahan tersebut untuk peserta didik. d. Merancang teknik dan prosedur penilaian hasil belajar yang akan

diterapkan

Teknik dan prosedur penilaian yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran ini tidak terlepas dari tujuan pembelajaran dan tuntutan kemampuan dalam penyelesaian masalah yang tercermin pada materi masalah yang akan diselesaikan. Untuk itu, hal yang harus diperhatikan adalah tentang teknik penilaian dalam PBL, teknik penilaian manakah yang relevan untuk diterapkan dalam PBL. Apakah penilaian kinerja peserta didik? Apakah penilaian portofolio? Apakah penilaian potensi belajar? Apakah penilaian afektif atau sikap? Ataukah penilaian usaha kelompok?

Dalam pelaksanaannya, PBL merupakan bagian dari integrasi kurikulum yang menggunakan pendekatan sistem. Sebuah pembelajaran dapat dirancang dengan dengan memasukkan metode pembelajaran termasuk PBL untuk mencapai hasil belajar berupa pengetahuan, keahlian, dan sikap.

PBL akan berhasil apabila Anda menyusun skenario yang baik. Skenario pembelajaran ini harus dapat memandu peserta didik untuk mengarah pada area belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berikut ini panduan dalam menyusun skenario pembelajaran yang dapat dituangkan dalam bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran): a. Tujuan pembelajaran harus jelas dan konsisten dengan materi yang

b. Permasalahan harus sesuai dengan kurikulum dan tingkat pemahaman peserta didik atau sesuai dengan kehidupan keseharian mereka.

c. Skenario harus berisi unsur intrinsic yang menarik bagi peserta didik atau relevan bagi masa depannya

d. Permasalahan harus bersifat terbuka sehingga tersedia beragam alternatif penyelesaian

e. Skenario harus menarik peserta didik untuk berpartisipasi dalam mencari informasi dari beragam sumber belajar

f. Integrasikan pemanfaatan TIK dalam PBL baik untuk bahan apersepsi, maupun untuk digunakan peserta didik dalam mencari referensi pemecahan masalah, atau untuk mempresentasikan hasil dari proses pencarian solusi.

Contoh-contoh materi untuk men-trigger peserta didik dalam skenario PBL: a. Data hasil percobaan

b. Foto-foto c. Video d. Artikel koran

e. Artikel dalam jurnal saintifik f. Kasus nyata atau simulasi

Saat menentukan tujuan pembelajaran dalam PBL, Anda memiliki dua jenis tujuan pembelajaran, yaitu 1) tujuan pengetahuan kognitif terkait materi yang dipelajari, dan 2) tujuan pengembangan keterampilan pemecahan masalah dan belajar mandiri. Kemampuan pemecahan masalah dan pembelajaran mandiri adalah tujuan jangka panjang, dan peserta didik memerlukan pegalaman terus menerus untuk mencapai tujuan tersebut. Mengatakan bahwa peserta didik yang terlibat dalam PBL memerlukan satu masalah untuk dipecahkan adalah seperti mengatakan bahwa atlet memerlukan bola basket jika mereka ingin belajar bagaimana bermain bola

Dalam tahap Persiapan ini, tuangkan rencana pelaksanaan PBL Anda dalam bentuk RPP

basket. Akan tetapi, Anda tentu tahu bahwa sekedar memiliki bola basket tidak memastikan atlet menjadi pemain yang andal. Maka demikian juga mendapatkan masalah tidak memastikan peserta didik akan menjadi pemecah masalah yang andal. Lalu masalah bagaimana yang sebaiknya diberikan kepada peserta didik?

Sebelum Anda memilih masalah yang akan diberikan, Anda perlu mengenali karakteristik peserta didik Anda terlebih dulu. Kemudian utamakan untuk memilih masalah yang paling dekat dengan keseharian peserta didik. Pastikan peserta didik Anda memiliki pengetahuan awal yang cukup terkait masalah tersebut.

Selanjutnya rencanakan pula mengenai akses materi. Ketersediaan bahan belajar untuk memecahkan masalah perlu dipersiapkan. Anda perlu mengingat ada berapa kelompok yang Anda bentuk, ketersediaan waktu belajar, dan sebagainya. Setelah mengidentifikasi topik, menentukan tujuan pembelajaran, memilih masalah, dan mengakses materi-materi yang diperlukan, Anda kini siap untuk menerapkan PBL di kelas Anda.

sumber: Modul Pembelajaran Berbasis Masalah di SD, PPPPTK Matematika Kemdiknas 2010

Seperti yang telah disebtkan di atas, penerapan PBL hadir dalam dua level yaitu: yang pertama peserta didik harus memecahkan satu masalah spesifik dan memahami materi yang terkait, dan kedua peserta didik harus mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan menjadi peserta didik yang mandiri. Untuk membantu peserta didik memenuhi tujuan-tujuan ini, pembelajaran dengan model PBL dilaksanakan dalam empat fase, yaitu:

1. Fase mereview dan menyajikan masalah

Penerapan PBL dimulai saat Anda mereview pengetahuan awal yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan kemudian menyajikan masalah itu sendiri. Sebagian besar pengalaman peserta didik biasanya berkutat pada masalah yang terdefinisikan dengan jelas ( well-defined), yaitu masalah-masalah dengan satu solusi yang benar dan metode tertentu untuk menemukannya (Mayer & Wittrock, 2006).

Nyaris semua soal cerita yang dijumpai peserta didik di dalam buku matematika mereka sudah didefinisikan dengan jelas. Sedangkan sebagian besar masalah yang kita jumpai di dunia nyata adalah masalah yang tidak terdefinisikan dengan jelas (ill-defined), yaitu masalah-masalah dengan lebih dari satu solusi, tujuan yang bercabang, dan tidak ada strategi pasti untuk mencapai solusi (Mayer & Wittrock, 2006).

Untuk pelaksanaan PBL, akan lebih tepat bila menggunakan masalah yang ill-defined. Pada fase ini Anda juga mulai membentuk kelompok peserta didik.

2. Fase menyusun strategi

Dalam fase ini peserta didik menyusun strategi pemecahan masalah. Anda juga harus siap memberikan bimbingan dengan tetap mempertimbangkan durasi waktu dan strategi pembimbingan sehingga peserta didik lebih kreatif mencari pemecahan masalah.

Setelah kelompok-kelompok menentukan strategi, Anda dapat segera meminta mereka untuk berusaha memecahkan masalah. Atau, Anda

bisa mengumpulkan kembali seluruh kelas dan meminta masing-masing kelompok untuk melaporkan strategi mereka agar mendapatkan umpan balik dari teman sekelas.

3. Fase menerapkan strategi

Pada fase ini, peserta didik menerapkan strategi kelompok mereka. Ada kalanya proses tidak berjalan lancar sehingga Anda harus memberikan sokongan (scaffolding), dukungan pembelajaran yang membantu peserta didik menyelesaikan tugas-tugas yang tidak mampu mereka pecahkan sendiri (Puntambekar & Hubscher, 2005). Bentuk sokongan yang paling umum adalah memberikan pertanyaan yang memandu.

4. Fase membahas dan mengevaluasi hasil

Dalam fase ini Anda meminta peserta didik untuk menilai kesahihan solusi mereka. Anda dapat meluruskan kekeliruan pengertian yang mungkin terjadi. Namun Anda bukannya bersikap bahwa satu-satunya pemecahan solusi Anda-lah yang paling benar. Proses setiap individu dan kelompok hingga menemukan solusi pemecahan masalah menjadi poin penting pembelajaran dengan model PBL.

Penilaian dan Evaluasi

Penilaian pembelajaran menurut paradigma konstruktivistik merupakan bagian yang utuh dengan pembelajaran itu sendiri. Bertolak dari pandangan ini dan mencermati tahapan yang harus dilalui peserta didik dalam belajar dengan model PBL, maka penilaian PBL dilaksanakan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Oleh karenanya, penilaian pembelajaran dilaksanakan secara nyata dan autentik. O’Malley dan Pierce dalam Satyasa (2008), mendefinisikan authentic assesment

sebagai bentuk penilaian di kelas yang mencerminkan proses belajar, hasil belajar, motivasi, dan sikap terhadap kegiatan pembelajaran yang relevan. Lebih lanjut dikemukakan tentang penilaian yang relevan dalam PBL antara lain:

a. Penilaian kinerja peserta didik

Pada penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu,

seperti: menulis karangan, melakukan suatu eksperimen, menginterpretasikan jawaban pada suatu masalah, memainkan suatu lagu, atau melukis suatu gambar.

b. Portofolio peserta didik

Portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dengan portfolio dapat dipakai untuk penilaian pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif. Penilaian kolaboratif dalam PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan

peer-assessment. Self-assessment adalah penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar. Peer-assessment adalah penilaian dimana peserta didik berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya. Portofolio peserta didik adalah hasil karya peserta didik yang didokumentasi secara sistematis. Hasil karya yang dapat dimasukkan

Dalam dokumen Model Pembelajaran Problem Based Learning (Halaman 34-56)

Dokumen terkait